Minjoo Pov
Aku menutup telepon dengan cepat , lalu melemparkannya ke tempat tidur. Ini jelas bukan yang aku harapkan, setelah kejadian tadi aku tidak tau harus bersikap seperti apa . Dan bagaiman dia mendapatkan nomorku? Yuri kembali dari dapur , dan dia menatapku dengan aneh.
"Ada apa denganmu? Sepertinya kamu baru saja melihat hantu." Dia berkata dan aku menyingkirkan kejadian tadi , lalu mengedipkan mataku sekali.
"A-Ah tidak ... maksudku itu bukan apa-apa .." jawabku dan ponselku bergetar lagi. Yuri melihat ke bawah melihat nomor tak dikenal menelfonku.
"Siapa itu?" Dia bertanya , buru-buru aku membalik ponselku, membuat layarnya menghadap ke bawah.
"Tidak ada, ini panggilan tidak dikenal." Aku menjawab cepat , berusaha tidak terdengar gugup. Dia hanya mengangkat bahu lalu berjalan keluar dari kamar. Aku meraih telepon kembali, melihat berapa kali dia meneleponku.
5 panggilan tidak terjawab dari +82 22 1234 1234
Ponselku bergetar lagi , itu nomor yang sama dan aku tahu itu nomor Yujin. Aku menggeser tombol warna hijau lalu meletakkan telepon di telinga , menunggu orang diseberang sana untuk memulai pembicaraan. Jantungku berdetak begitu kencang, karena aku tahu siapa pemilik nomor ini. Lelaki Yang aku cintai selama 6 tahun dan masih sampai sekarang. Kekasih asa SMA dan teman masa kecilKU, Ahn Yujin. Aku tidak bisa mendengar apa pun selain suara seseorang yang bernapas.
"Halo?" Aku katakan dan tidak ada suara balasan. Aku tidak bisa mendengar apa pun.
"Yujin?" Aku berseru, masih tidak ada jawaban.
"Aku tahu itu kamu yang menelepon, aku minta maaf aku akan menutup teleponnya ..." Aku berhenti sejenak , menggigit bibirku mencoba yang terbaik untuk tidak menangis. Dia tidak berbicara karena aku tidak mendengar apa-apa.
"Aku sangat merindukanmu, ... Tapi aku tahu itu sudah berakhir di antara kita. Hari dimana kau pergi. Maafkan aku .." Aku menutup telepon lalu meletakkan teleponku tanpa sadar air mataku menetes. Semakin lama mengalir dengan deras , aku tidak tau mengapa, aku tidak pernah berhenti mencintainya.
"Maaf aku masih mencintaimu."
Seseorang mengetuk pintu kamar , aku langsung menghapus air mataku dengan lengan baju. Aku mendongak dan melihat Yuri menatapku, dengan cemas. Dia berjalan ke arahku lalu dia duduk di sampingku di tempat tidur. Yuri tidak mengatakan apa-apa, seolah dia tahu apa yang sedang terjadi. Dia memelukku dan aku menangis karena pundaknya basah oleh air mataku.
"Menangislah sampai kamu tenang ..." Hanya itu yang dia katakan dan aku terus menangis.
Setelah menangis selama 10 menit, Yuri memberikan tisu menyeka air mataku.
"Apakah, kamu baik-baik saja?" Dia bertanya dan aku hanya mengangguk.
"Sudah lebih baik, terima kasih."
"Kau tahu, aku selalu di sini untukmu, tapi jangan menyimpannya untuk dirimu sendiri. Ketika aku melihat bagaimana si brengsek itu memperlakukanmu, aku sangat terkejut."
"Maaf, aku berjanji tidak akan menyimpan apa pun lagi." Yuri semakin mendekat lalu memelukku.
"Itulah gunanya sahabat bukan?"
"Ya...tentuu"
"Ayo, mari kita makan siang." Yuri menarik tanganku , menyeretku keluar dari kamar. Kami berdua berjalan ke meja makan duduk di bangku biasa kami makan. Dia memasak pasta untuk kita dan aku bisa mempercayai masakannya. Kami berdua belajar memasak karena kami memutuskan untuk tinggal bersama dan kami tidak selalu bisa mengandalkan delivery makanan. Kurasa Yuri lebih pandai memasak dari pada aku .... Aku masih mencoba baik-baik saja, setelah mendapat telpon dari Yujin . Aku memberi tahu Yuri, apa yang terjadi sekarang yang membuatku menangis dan dia menatapku, terkejut.
"Dia menelponmu tapi tidak bicara?" Yuri terdengar marah tapi akhirnya dia menghela nafas.
"Aku ingin marah tapi aku tidak bisa. Mungkin dia hanya ingin kamu tahu dia masih peduli?"
"Aku berharap begitu, bagaimana kalau dia hanya mencoba memberitahuku bahwa-" Sebelum aku bisa melanjutkan, bel pintu berdering. Kami berdua saling memandang dan kembali ke pintu.
"Apakah ada tamu yang kita tunggu?" Dia bertanya dan aku mengangkat bahu.
"Aku tidak tahu, kurasa tidak ada." Yuri berjalan ke pintu, dengan aku di belakangnya. Dia melihat lubang intip dan tidak melihat siapa pun di sana.
"Tidak ada .." Katanya hampir kecewa. Aku melihatnya dan tetap saja, tidak ada seorang pun di sana.
Kami berdua membelakangi pintu dan sekali lagi bell berdering. Yuri melihat lubang intip lagi dan tidak ada seorang pun. Dia bernafas saat membuka pintu dan matanya melebar ketika melihat apa yang ada di luar. Aku memandangnya ketika aku bertanya-tanya apa yang salah dengannya. Matanya berkaca-kaca dan dia menyeringai bahagia. Aku menarik pintu, membukanya sedikit lebih lebar dan melihat apa yang dilihatnya.
"Selamat datang, tidak mau memeluk kami?" Yena berkata sambil membuka kedua tangannya lebar-lebar.
"Ayolah aku masih menunggu." Dia berkata dan Yuri berlari kepadanya segera memeluknya. Mereka berdua saling berpelukan dan yang lainnya tersentuh. Mereka semua memasuki rumah kami meskipun tidak terlalu besar tetapi cukup untuk kami semua.
"Kurasa sudah sangat lama kita tidak seperti ini." Kata Hyewon dan kami semua mengangguk.
"Kamu lebih cantik sekarang Minjoo, dan kamu juga Yuri." Hyewon memuji kami dan kami berdua hanya tersipu malu.
"Yah, terima kasih, kalian juga tidak terlalu buruk." Aku berbicara dan mereka semua tertawa.
"Chaeyeon , aku melihat caramu menari, wahhh daebak!" Aku memberinya acungan jempol dan dia menyeringai bahagia. Hyewon duduk di sampingku saat dia menatapku tidak mengatakan apa-apa.
"Aku merindukanmu." Chaeyeon berkata dan Hyewon bersama Yena merapat di antara kami.
"Kami juga !! Kami merindukanmu!" Mereka berkata dan Chaeyeon memutar matanya. Kami semua mendekat berpelukan kecuali Yujin.
"Dimana dia?" aku bertanya dan mereka semua melihat sekeliling.
"Dia seharusnya berada di sini sekarang, dia perlu berbicara dengan produser mengenai album baru."
"Bagaimana kabarmu?" aku bertanya dan mereka semua hanya tersenyum pahit.
"Itu bagus karena penggemar kami mendukung tetapi kami tidak pernah punya teman yang bisa kami percayai. Berbeda dengan kalian berdua." Yena berkata dan aku hanya tertawa.
"Tidak apa-apa, kalian adalah grup paling populer sekarang."
"Tapi kita kesepian ..." Hyewon melanjutkan dan aku merasa kasihan pada mereka. Aku mendekati mereka dan memeluk mereka. Mereka semua tersenyum lalu mereka memeluk kami kembali.
"Betapa kami merindukan kebodohanmu, bersama dengan Yuri yang suka bertarung." Kata Chaeyeon, menepuk kepalaku seperti anak kecil. Bel pintu berbunyi lagi, aku melihat mereka semua. Dan Mereka balik menatapku dan menyeringai.
"Aku pikir itu tamu specialmu Minjoo." Yena berkata dan semua kompak tersenyum padaku. Yuri mendorongku ke pintu dan aku berjalan dengan ragu-ragu.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
When Mars Love Venus
FanfictionMinjoo suka belajar, Yujin suka bermain . Minjoo membencinya, Yujin suka menggodanya . Bayangkan tumbuh dewasa dengan seseorang sangat berbeda denganmu. Yujin dan Minjoo telah menjadi tetangga sejak bayi tetapi masalahnya adalah, mereka adalah keb...