I Miss You

760 77 32
                                        

Minjoo Pov

Aku membuka pintu dan melihatnya berdiri di sana terengah-engah seperti kehabisan oksigen.  Apakah dia berlari ke sini?  Sebelum aku sempat bereaksi, Yujin menarikku ke pelukannya.  Aku terdiam dan kaget.  Aku tidak berharap dia benar-benar datang ke sini, dan benar-benar berpikir bahwa dia tidak peduli lagi denganku.  Mataku mulai berkaca-kaca saat aku membalas pelukannya ,  membenamkan wajahku di dadanya yang lebar. 

Yujin memelukku erat , dan yang lain berjalan ke arah kami sambil tersenyum bahagia.  Chaeyeon bersandar ke pintu karena dia tidak bisa menahan perasaan bahagia bahwa sekarang, hidup kita sudah lengkap.  Kami berdua memasuki rumah dan itu benar-benar canggung , padahal baru saja dia memelukku seperti tidak ada hari esok.
 

Yah canggung , tapi hanya bagiku dan Yujin.

 
Kami sudah putus tapi kami berpelukan seperti tadi dan itu bukan hal yang akan dilakukan bagi mantan kekasih yang sudah berpisah lama.  Kami semua duduk di ruang tamu dan hening.  Tidak ada yang mengatakan apa-apa dan bahkan tidak ada yang mau memulai apa pun.
 

"Uhm jadi ..." Yuri berbicara, mencoba memulai percakapan.

"Ada apa? Apakah kamu mencoba untuk mencairkan  suasana?"  Hyewon menjawab sambil tersenyum jahil dan Yuri menggigit bibirnya.  Setidaknya dia berusaha.

"Yah, sudah beberapa saat sejak kita berkumpul disni jadi mengapa tidak memulai pembicataan? Kalian telah kehilangan banyak moment bersama."  Kata Yuri sambil memutar matanya dan dengan bercanda mendorong Hyewon yang tertawa melihat Yuri sangat berusaha.

"Benar, jadi apa yang kita lewatkan?"  Hyewon bertanya dan Yuri menyeringai bahagia.

"Tentang Minjoo yang akan menikah hahaha."  Dia tertawa dan semua orang menoleh padaku dengan wajah tanpa ekspresi.

"Apa yang salah, kawan?"  Tanyaku dan Chaeyeon menggelengkan kepalanya.

"Aku benar-benar marah ketika aku tahu kamu akan menikah. Kenapa kamu tidak memberi tahu kami?"

"Menurutmu aku tau dimaana kalian ?"  Aku bertanya dan Chaeyeon mengerutkan dahinya.

"Jadi, bagaimana ceritanya? Apakah kamu masih akan menikah dengan si brengsek jahat itu?"  Chaeyeon bertanya dan aku menggelengkan kepala.

"Yah, kami memutuskan untuk menikah karena urusan perusahaan tetapi aku rasa sudah tidak tahan lagi. Jadi, aku lepaskan semuanya."

"Aku pikir kita harus menyelesaikan banyak hal, tetapi kami akan meninggalkan kalian berdua untuk menyelesaikan urusan kalian."  Chaeyeon berdiri dan menatapku.  Dia menyeringai bahagia saat memberi aku tanda perdamaian.  Seolah-olah dia bersinar cerah dengan senyum itu, dia benar-benar bahagia.

Hyewon dan Chaeyeon meninggalkan rumah.  Sebelum Chaeyeon pergi, dia melihat ke belakang dan matanya bertemu dengan mataku.

"Goodluck .." Dia berkata.  Aku tersenyum lalu  mengangguk.  Chaeyeon menutup pintu di belakangnya dan itu tenang.
 

Yujin mencuri pandang padaku dan aku melakukan hal yang sama.  Yena tidak tahan dengan situasi sunyi itu, jadi dia berdiri dan semua perhatian tertuju padanya.

"Yuri, ayo kita keluar dan mencari makanan."  Dia berinisiatif mengajak Yuri pergi dan aku tahu dia ingin aku dan Yujin memiliki waktu untuk bicara.  Yuri menganggukkan kepalanya lalu dia memakain jaketnya sebelum berjalan ke pintu.  Mereka berdua pergi dan akhirnya kami berdua.
 

Sungguh, ini sangat canggung.  Bukannya aku tidak tahu harus berkata apa padanya hanya saja... Aku terlalu bingung sekarang.  Yujin memegang tanganku , cengkeramannya lebih erat.  Aku menoleh untuk menatapnya dan dia tersenyum pahit.

"Apa yang salah?"  aku bertanya dan dia menggelengkan kepalanya.

"Kamu tahu ketika aku mendengar kamu akan menikah, aku merasa duniaku hilang ... Aku merasa seperti baru saja kehilangan segalanya .. Seperti aku ... Aku tidak ingin kehilangan kamu ... Aku tahu itu  egois aku tidak di sini dan aku tidak tahu bagaimana keadaanmu dan ... aku- "Bahkan sebelum dia bisa melanjutkan berbicara, aku memberinya kecupan di bibir.  Matanya  melebar , dia terkejut dengan tindakanku yang tiba-tiba.

"Tapi aku tidak menikahinya kan?"

"Yah tidak ,tapi hampir ..." Sekali lagi aku menciumnya.

"Ya ampun, kenapa kamu sangat kaget? Kita sudah sering berciumankan sebelumnya?"  Aku menggoda dan dia menggigit bibirnya.  Bahkan sebelum aku bisa mengatakan apa-apa, dia meraih wajahku dan menciumku dengan kasar.

"Ya, dan aku sangat merindukannya. Aku merindukan sentuhanmu, aku merindukan ciumanmu, aku merindukan pelukanmu ... aku merindukanmu ..."

"Jadi Ahn Yujin yang sekarang adalah pria paling tampan di dunia? Dan tipe ideal banyak wanita?"

"Kenapa kamu mengatakan itu.    Apa kamu cemburu?"

"Yah, aku harus membagi kamu dengan banyak wanita di dunia ... Tapi selama kamu hanya memberikan hatimu kepadaku .. aku baik-baik saja dengan itu."

"yes, my girl."

"Aku bukan pacarmu ... Kita sudah putus, ingat?"

"Ah ya Minjoo ... Kamu baru saja kembali padaku sayang."  Kami berdua duduk di sofa , lalu Yujin menarikku lebih dekat kepadanya.

"Yah baiklah , itu tidak bisa di tolak." kekehku
 

---------


Kami berdua menonton film sambil berbaring bersama di sofa.  Kami mendengar langkah kaki dari luar dan aku tahu itu Yuri dan Yena.  Mereka memasuki rumah dan tersenyum, menatap kami.

"Apa kabar kalian?"  Mereka bertanya dan kami berdua hanya mengangkat bahu.

"Seperti bagaimana seharusnya."  Yujin berkata dan aku meletakkan kepalaku di dadanya.  Mereka menaruh bahan makanan di lemari es dan mengatur semuanya.
 

* Kring kring *
 

Telepon Yujin berdering ketika dia segera bangkit dari duduknya.  Yena berjalan ke ruang tamu, bertanya-tanya dengan siapa Yujin berbicara.

"Hyung, kita harus pergi."  Aku cemberut saat dia mengatakan itu.  Kami baru saja bersama.  Yujin menatapku sambil menepuk kepalaku.

"Aku akan kembali, oke? Aku mencintaimu."  Dia mencium bibirku lali dia meraih mantelnya dan bergegas keluar.  Yena mencium pipi Yuri dan bergeggas mengikuti Yujin keluar.  Pasti ada sesuatu yang mendesak bagi mereka sampai terburu-buru.

Sudah satu jam sejak mereka pergi dan tidak ada pesan dari Yujin.  Yuri sekarang di sampingku dan dia sedang mengunyah makanan ringan.  Aku menoleh padanya dan menendang lengannya menggunakan kakiku.

"Apakah kamu tidak khawatir?"  Aku bertanya dan dia berkedip.

"Untuk apa?"

"Mereka tidak mengabari kita ??"

"Mereka pasti sibuk ..." Jawabnya lagi terus memakan makanan ringannya.  Aku mengambilnya dan dia memelototiku lalu aku sengaja mengunyahnya di hadapannya yang lebih mengganggunya.  Waktu berlalu dan segera pukul 12 tengah malam.  Tidak ada pesan satupun.
 

Aku berjalan ke kamarku saat lalu mematikan lampu.  Aku menutup pintu ,  lalu  berjalan ke tempat tidur untuk  berbaring.  Aku membuka twitter untuk memeriksa pembaruan timeline dari Izone karena mereka memiliki akun media sosial.  Pembaruan terakhir adalah dari tweeting Hyewon bahwa mereka harus bersiap-siap untuk latihan.  Aku scroll lebih banyak tentang Izone dan melihat bahwa mereka memiliki tur mendatang.
 


To: Yujinie 💙
Setelah latihan tolong istirahat dengan baik. Aku sayang kamu hehe
 

Setelah memberinya pesan , aku tertidur sambil memeluk ponselku.










Tbc.









When Mars Love VenusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang