Chapter 14

45.5K 1.4K 93
                                    

Sepulang dari Bali, Celline jatuh sakit. Sejak semalam ia demam dan hari ini memutuskan tidak ke kantor. Ia sudah mengirim pesan singkat pada Kenzie untuk izin dan memberitau pria itu agar tidak usah menjemputnya.

Baru saja Celline ingin memejamkan mata, panggilan dari pria itu menggetarkan ponselnya.

"Kamu sakit apa, Cel?" tanya Kenzie to the point.

"Demam, nggak enak badan juga."

"Udah minum obat, belum?"

"Udah kok."

"Yaudah, ntar aku kesana bawain sarapan."

"Nggak usah, kamu 'kan harus ke kantor."

"Kamu lupa? Aku ini bos."

Celline mendengus kesal. "Jam sembilan pagi ini kamu ada meeting, Ken."

"Nanti aku minta Alvian untuk cancel."

"Mulai 'kan kebiasaannya. Aku nggak suka, ya, kamu nggak bertanggung jawab sama pekerjaan gini. Kalau sama pekerjaan aja kamu nggak bisa tanggung jawab, gimana sama aku?"

"Kalau ibu negara yang minta, mana bisa aku tolak." Kenzie terkekeh ringan. "Yaudah, aku jenguk sepulang kantor aja, ya."

Celline mengangguk. Meski tau Kenzie tidak melihat.

"Get well soon, sayang."

"Makasih."

"Love you."

"Aku juga."

"Juga apa?"

"Udah, ah, aku mau istirahat."

Celline langsung memutuskan panggilan secara sepihak.

----------

Sekitar jam satu siang Celline memaksakan diri memasak omlette untuk makan siang. Sejak pagi belum makan dan kini perutnya sudah keroncongan.

Sepiring omlette dan segelas susu sudah tersaji di atas meja. Celline mencuci tangan sebelum makan. Ketika bokongnya hendak mendarat di kursi, bel apartment berbunyi.

Celline menengok ke arah jam dinding. Kemudian segera membukakan pintu.

Cklek!

Wanita itu langsung mengernyitkan dahi melihat tamu laki-laki yang berdiri di depan pintu.

"Hai, Cel." sapanya agak canggung.

"Raka?" Celline masih tidak percaya Raka berdiri di depan pintu apartmentnya.

"Lo kaget, ya? Sorry, tapi gue kesini cuma mau jenguk lo."

"Masuk dulu," Celline mempersilahkan Raka masuk.

Celline dan Raka duduk di meja makan karena Celline segera ingin makan dan kebetulan Raka tidak keberatan. Menghindari fitnah dan hal lainnya yang tidak diinginkan, Cellin membuka lebar puntu utama. Kebetulan meja makan Celline bisa langsung terlihat dari pintu, jadi tidak perlu khawatir akan ada orang asing yang masuk.

"Sorry, nih, gue sambil makan." ucap Celline kedua kalinya.

Raka meletakkan keranjang buah ke atas meja makan. "Santai aja, Cel."

"Kok bisa sampai sini?"

"Tadi gue ke kantor lo untuk urusan rumah yang mau gue beli. Gue tadinya mau ke ruangan lo, tapi kata Tania lo nggak masuk karena sakit."

"Jadi Tania yang kasih alamat gue ke lo?"

Raka mengangguk santai.

Parah banget lo, Tan. Gimana kalau Kenzie tau? batin Celline menyesali perbuatan sahabatnya.

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang