Chapter 1

222K 4.3K 25
                                    

Kenzie (26)

Celline (23)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Celline (23)

Celline (23)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

----------

Celline Annastasia, perempuan cantik berusia dua puluh tiga tahun. Kini ia sedang bekerja di perusahaan Margatama Corp. Menjadi sekretaris seorang Kenzie Alvaro Margatama yang sudah seminggu ini menjadi kekasihnya. Perusahaan ini sendiri adalah milik ayah Kenzie, Dinata Margatama.

Terhitung baru tiga bulan Celline bekerja diperusahaan ini dan sudah dapat menarik perhatian bosnya. Sejujurnya Celline hanya bekerja dengan benar sesuai peraturan yang tertera. Namun entah mengapa Kenzie selalu tertarik pada Celline. Seakan ada magnet yang menariknya untuk terus berada disamping Celline. Seiring berjalannya waktu, perasaan Kenzie kian merekah. Ia selalu memberikan perhatian kecil untuk Celline. Ternyata usahanya tidak sia-sia. Waktu Kenzie menyatakan cinta, Celline menerimanya.

Banyak yang meragukan perasaan Celline pada laki-laki itu. Semua hanya berpikir bahwa Celline hanya mau memanfaatkan Kenzie. Memang siapa sih yang tidak mau dengan bos berusia dua puluh enam tahun itu? Tidak ada.

"Sayang, ayo istirahat." Kenzie berdiri di depan pintu ruangan Celline yang setengah dibukanya.

"Kamu duluan aja, aku masih harus menyelesaikan agenda untuk minggu depan." Celline tak menengok Kenzie barang sedetik saja. Ia terlalu sibuk mengetik di atas keyboard komputernya sambil mengecek tanggal di kalender mejanya.

Kenzie masuk ke dalam ruangan Celline, tak lupa menutup pintu kembali.

"Sayang, kamu bisa selesaikan nanti." Kenzie duduk di kursi depan meja Celline.

"Aku nggak suka nunda pekerjaan."

Kenzie menatap kekasih hatinya yang lebih sibuk berkutat pada pekerjaannya. Sekitar lima detik berikutnya Kenzie berdiri mendekati Celline. Kenzie meraih tangan Celline dan membuat Celline meninggalkan kursinya.

"Aku bisa minta Alvian untuk handle pekerjaan kamu." Kenzie memegang kedua pinggul Celline yang kini berada dalam dekapannya.

Tangan Celline menahan dada bidang Kenzie agar tersisa jarak antar keduanya, meski hanya beberapa sentimeter. "Ini pekerjaanku, jadi aku harus menyelesaikannya."

"Sayang, jangan keras kepala."

"Tapi, Ken-"

Belum selesai Celline bicara, kini bibirnya sudah di lumat dengan lembut oleh Kenzie. Tangan Kenzie menekan tengkuk Celline untuk memperdalam ciuman mereka.

"Hmmm..." desah Celline dengan pelan.

Kenzie sangat menyukai bibir mungil Celline. Rasanya ia ingin dua puluh empat jam non stop menyesap bibir manis itu. Kian lama Celline mulai merasa kehabisan oksigen, ia berusaha mendorong pelan dada Kenzie tapi percuma. Kenzie lebih kuat menahan tubuh Celline.

"Sayang, ahh..." rintih Celline ketika bibir Kenzie melonggar, memberinya waktu sedetik untuk bernapas. Kemudian kembali menikmati bibir berwarna merah muda tersebut.

Dengan sisa-sisa tenaga dan kesadaran yang Celline miliki, ia mendorong tubuh Kenzie menjauh. Lebih kuat dari yang tadi hingga tubuh Kenzie mundur dua langkah.

"Stop, Ken!" tegas Celline.

"Cel, what are you doing?" Kenzie sedikit kesal dengan perlakuan Celline.

"Aku mau selesaikan pekerjaanku dulu, kamu makan duluan aja."

"Cel-"

Ucapan Kenzie terputus karena ada yang membuka pintu. Muncul lah empat orang dari balik pintu tersebut. Ya, disana ada Felix, Alvian, Tania dan Lily yang juga karyawan sekaligus sahabat Kenzie dan Celline. Felix dan Tania juga berpacaran loh, bahkan sudah dua tahun. Kalau Lily dan Alvian sekitar delapan bulan lalu baru resmi berpacaran. Setidaknya jauh lebih lama daripada hubungan Celline dan Kenzie.

Felix dan Alvian adalah teman Kenzie sejak SMA hingga kuliah, makanya Kenzie menjadikan mereka sebagai karyawan juga agar persahabatan itu terus berlanjut. Untuk Tania sendiri, awalnya karyawan biasa yang melamar pekerjaan di perusahaan ini. Berbeda dengan Lily, salah satu paman Lily pernah bekerja disini tetapi karena beliau pindah ke luar kota maka Lily diminta pamannya untuk mengisi posisinya-terlebih perusahaan langsung menyetujui.

"Makan siang yuk, gue ada voucher makan gratis di restoran jepang nih." Tania mengangkat beberapa lembar kertas yang di sebutnya sebagai voucher.

"Kalian duluan aja, gue masih ada kerjaan." Celline kembali duduk di kursi kerjanya.

"Astaga Cel, kerjaan mah nanti aja. Lagian, ini jam istirahat." ujar Lily.

"Tapi pekerjaan gue nanggung banget. Ada baiknya kalau gue selesaikan dulu."

"Yaudah kalau gitu. Lo ikut nggak, Ken?"

Kenzie hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan Tania.

"Yaudah yuk, gue laper." ajak Alvian.

Mereka satu persatu keluar dari ruangan Celline. Terakhir, tersisa Kenzie. Kenzie menatap Celline dengan tajam. Sementara Celline hanya melirik saja tanpa berniat berkata apapun. Akhirnya Kenzie berjalan keluar dan membanting pintu dengan keras.

Celline sebenarnya kesal dengan Kenzie karena Kenzie terlalu menganggap remeh suatu hal. Celline adalah tipe orang yang tidak bisa meninggalkan pekerjaan begitu saja. Bukannya mengerti, Kenzie malah hendak menggunakan kekuasaannya. Dia memang bos sekaligus anak pemilik perusahaan, tapi bukan berarti bisa memerintah pekerjaan pada orang lain, kan? Semua sudah punya tugas masing-masing.

Sifat Kenzie dan Celline sangat bertolak belakang. Tapi sepertinya cinta telah menyatukan mereka.

----------

"Makan Ken, jangan di aduk mulu. Nggak akan jadi dollar, tuh ramen." ujar Felix dengan sarkas.

Kenzie beralih dari mangkuk ramen, kini ke teh ocha. Kenzie menyeruput teh itu.

"Kusut ama sih, Ken?" tanya Alvian yang baru saja menyuapkan sepotong sushi ke dalam mulut.

"Pusing gue," jawab Kenzie seada-adanya.

"Kenapa? Masih belum di kasih sama Celline? Wajar lah, namanya juga baru seminggu jadian. Sabar, bakal ada waktunya." tutur ambigu Alvian.

"Sialan lo!"

"Makanya jangan kebanyakan mikir." tambahnya.

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang