Part 2

221 15 1
                                    

Sejak obrolanku dengan Kak Dirga beberapa hari yang lalu, akhirnya aku memutuskan untuk ikut seleksi OSIS. Hari ini aku tengah berada di aula bersama Asyifa dan anak-anak lain yang mengikuti seleksi. Tentu ada juga kakak-kakak OSIS yang tersebar di setiap sudut ruangan.

"Maaf, Kak, terlambat!" Seru seseorang yang datang dari arah pintu masuk.

Lagi dan lagi. Ini calon anak organisasi hobi terlambat semua. Percaya gak percaya, aku tadi masuk ke ruangan ini cuman ada 5 orang ditambah kakak-kakak OSIS 7 orang jadi 12 orang. Padahal menurut informasi, ngumpul di aula jam 9.00. Aku aja datang jam 9.10.

Mana pula baru datang langsung dikasih kertas yang isinya tentang kepemimpinan dan organisasi. Aku sebagai bocah yang belum punya pengalaman organisasi sama sekali hanya menuliskan sejujur-jujurnya sesuai yang aku tau. Beruntunglah aku sering baca buku, jadi taulah sedikit-sedikit tentang organisasi.

"Gila, Ra! Panjang banget! Udah kayak buat cerpen aja sih." Seru Asyifa ketika melihat selembar kertas di depanku yang telah penuh coret-coretan.

"Habisnya aku nggak tau mau diisi gimana. Jadi ya aku tulis setahuku dari buku-buku yang pernah aku baca."

"Iya deh yang kutu buku mah."

Aku beranjak dari tempat dudukku. Berniat mengumpulkan kertas yang sudah penuh dengan coretan tanganku itu kepada kakak-kakak OSIS yang ada di depan.

"Nitip deh, Ra, kalau mau ngumpulin." Suara Asyifa menginterupsi gerakanku.

Baru akan melangkahkan kakiku, suara lain dari belakang ku kembali membuat langkahku tertahan.

"Arasya! Hey!"

Aku menoleh menatap seseorang di belakangku dengan bingung. Dia laki-laki yang baru datang tadi. Aku bahkan tidak mengenalnya. Dari mana dia tau namaku?

"Kamu Arasya kan? Iyalah pasti. Pinjam pulpen dong! Udah selesai kan?" Ini bocah ya, udah nanya, dijawab sendiri lagi! Mana minjamnya maksa.

Aku memberikan pulpen kuning dengan boneka minions ditutupnya milikku kepada cowok aneh itu. Mengabaikan pemikiran tentang cowok itu, aku segera ke depan untuk mengumpulkan kertas di tanganku. Tenang, aku tidak tertarik sama sekali dengan laki-laki itu. Hanya merasa aneh. Dari mana dia tau namaku coba?

🔧🔧🔧

Setelah seleksi tertulis selesai, kami dibawa ke lapangan utama. Dan kalian tau? Kami dites PBB. Ini jam 11 siang. Matahari mulai panas-panasnya. Lah kami malah dijemur di lapangan, dites PBB. Untung anak STM, malulah mau ngeluh!

Anak cewek hanya dites selama 30 menit. Sedangkan anak cowok entah mau sampai kapan dijemur di tengah lapangan. Padahal penampilannya udah berantakan banget. Rambut acak-acakan, keringetan, bajunya juga udah ikutan basah kena keringat.

Setelah kakak-kakak OSIS menyuruh ku dan Asyifa istirahat tadi, kami langsung ke kantin membeli air mineral. Hanya membeli air mineral dan langsung kembali ke lapangan. Dan di sinilah kami sekarang, di tepi lapangan bersama Kak Misha melihat anak-anak cowok yang tengah berbaris di tengah lapangan. Panas-panas gini rasanya suara bentakan kakak-kakak OSIS membuat kepala bertambah pusing.

Kita anak STM tapi kan kita manusia juga. Namanya dijemur di lapangan siang-siang gini ya panas, capek, pusing, wajarlah. Gaada anak STM tahan panas, tahan banting. Anak STM juga manusia gaes, bisa capek, bisa sakit. Dikira anak SMA doang yang punya capek? Kita tampang sama seragam doang yang sangar. Aslinya? Sama aja sama anak-anak lain di luar sana.

"Gila! Panas banget! Minta minumnya dong, Sya!" Seru seorang cowok yang tiba-tiba duduk di sebelahku sambil menepuk pelan bahuku.

Perjalanan Cewek STMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang