Part 17

54 3 0
                                    

"Aku siapa di hidup kamu sekarang?"

Jujur, aku ragu kalau Rayhan menganggap ku sahabatnya. Rayhan yang ku kenal tidak pernah meragukan ku. Dia satu-satunya orang yang mau mengulurkan tangannya untuk ku ketika saat semua orang enggan bahkan untuk sekedar melihat ku.

"Menurut kamu siapa?" Bukannya menjawab pertanyaanku, Rayhan justru melemparkan pertanyaan itu berbalik padaku.

"Yang aku tau, kamu sahabatku sejak 4 tahun yang lalu?" Jawabku ragu.

"Kamu tau itu dan masih tanya?"

"Siapa tau aja kamu lupa sama aku."

"Kalau aku lupa sama kamu nggak mungkin mau bicara sama kamu sekarang, Ra!"

Ketika aku mau menyangkal pernyataan Rayhan, suara Anggara yang memanggil ku membuat suaraku kembali tertahan. Ah makhluk yang satu ini ingin sekali ku hujat karena insiden tasnya Zidan tadi.

"Ara!"

"Apaan?!" Kalau lihat dia bawaannya jadi pengen ngegas.

"Galak banget sih! Santai aja dong!"

"Makanya nggak usah jahil jadi orang!"

"Jahil apaan?"

"Yang naruh tasnya Zidan di atas lemari kamu kan?"

"Haha.... yang di dalam tasnya Zidan tadi seragam kamu beneran ya?"

"Sengaja kan kamu?"

"Tadi waktu ngambil chargeran di tasnya Zidan ada rok abu-abu sama seragam OSIS tapi namanya kelipat. Aku udah ngira punya kamu. Kamu tadi berangkat sama Zidan juga kan? Aku taruh aja di atas lemari biar kamu kesusahan ngambilnya, haha....."

"Aku patahin kaki kamu beneran lama-lama!"

"Oh iya, Zidan mana? Aku kira sama kamu tadi."

"Tadi emang sama aku, terus keluar sama Aryan mau ngambil motor di bengkel dekat pertigaan katanya tapi sampai sekarang belum balik."

"Padahal mau aku suruh gantiin."

"Jangan dong! Zidan sama aku aja."

Aku nggak tau Anggara di bagian apa. Tapi kalau Zidan gantiin dia berarti kan Anggara yang di sini.

"Segitunya nggak mau jauh-jauh dari Zidan!"

"Iya dong, Zidan kan teman terbaikku. Kalau kamu sih teman terbangs*t."

Mendengar ucapanku, Rayhan memandang ku terkejut. Memang, sejauh mengenalnya aku tidak pernah menunjukkan sisi bar-bar seperti ini. Pernah ku katakan bukan kalau aku sebelumnya hanya seorang kutu buku? Dan Rayhan mengenal ku hanya sebatas kutu buku dan gadis tomboy yang lemah. Tapi di sini? Apa aku bisa menjadi seperti itu? Tidak. Aku harus bisa sesekali bersifat bar-bar. Setidaknya perilakuku tidak murahan.

"Yaudahlah, cari yang lain aja." Putus Anggara.

"Pergi sana!" Usirku.

Anggara kembali meninggalkan ku berdua bersama Rayhan. Aku menyadari dengan sangat jelas, Rayhan seolah ingin menanyakan banyak hal.

"Ada apa, Rey?"

"Sejak kapan kamu suka ngomong kasar?"

"Kadang-kadang kalau mereka keterlaluan aja."

"Kamu cewek baik-baik kan?"

"Ya?"

"Cewek baik-baik tidak akan bicara kasar. Cewek baik-baik itu perilaku dan perkataannya baik."

"Apa masih ada? Di mana orang seperti itu bisa diterima? Nggak ada, Rey. Apa kamu bukan orang baik?"

"Aku cowok. Perilakuku masih bisa diterima."

Perjalanan Cewek STMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang