Part-4

129 5 0
                                    

Tadi sewaktu aku praktek, tiba-tiba dipanggil ke ruang OSIS. Bersama Asyifa juga tentunya. Makanya sekarang aku memakai seragam berbeda di antara yang lain. Ya, meskipun ditemani Asyifa.

Aku memang belum masuk praktek langsung. Baru pengenalan alat dan penggunaannya. Katanya sih tahun pertama memang begitu. Tapi tetap saja wajib memakai seragam praktek ketika berada di bengkel. Kenapa? Tentu saja untuk keselamatan kerja. Dan juga biar seragamnya tidak kotor. Namanya bengkel tetap saja kotor. Meskipun belum sepenuhnya terjun dalam mesin tapi peralatannya juga kotor. Apalagi saat penggunaan las listrik.

Jangan salah! Biarpun cewek tetap harus praktek las loh. Dan hasilnya juga lumayan rapi. Serius. Nilaiku praktek las 80 ke atas semua. Anak-anak cewek yang lain juga. Anehnya, malah anak-anak cowok banyak yang gagal dan harus praktek ulang.

"Ara! Kamu bisa fotocopy surat dispensasi kan? Bentar lagi pergantian jam. Nanti kita nggak dapat izin."

Kebiasaan di sini. Surat dispensasinya menyusul kalau melewati pergantian jam. Kalau nggak sampai pergantian jam ya nggak buat. Buang-buang kertas.

"Sendiri, Kak?" Tanyaku pada Kak Dino yang tadi menyuruhku.

"Nggak berani?"

"Males aja, Kak! Fotocopynya kan lewat depan SMA."

"Yaudah terserah kamu kalau mau ngajak temen."

"Dan, temenin!"

Bukannya aku penakut atau apa. Aku hanya malas saja kalau harus mendengar cewek-cewek SMA yang membicarakanku yang tidak-tidak. Kalau ada temen kan nggak parah-parah banget. Apalagi kalau cowok. Cewek kan biasanya jaga image di depan cowok. Kalau ketahuan ngomongin temennya si cowok hancur sudah pencitraannya, haha....

Maafin ya, Dan! Nggak bermaksud manfaatin.

"Sya!"

"Ya?"

"Kamu emang kalau praktek gitu ngapain?"

"Sama aja kayak yang cowok. Tadi sih praktek ngelas."

"Kamu ngelas? Emang bisa?"

"Ngeremehin banget sih!" Seru ku mengambil potongan besi yang sudah dilas rapi dari saku seragam praktekku.

"Ini kamu yang buat?"

"Yaiyalah, siapa lagi?!"

"Dibantuin temen gitu misal?"

"Enggak. Kelasku kan cuman dikit, beda sama kelas kamu. Kalau ada yang dibantuin pastilah ketahuan."

"Iya juga sih. Tapi masa kamu ngelas sendiri? Masa hasilnya rapi gini? Kuat banget lagi."

"Iya. Itu punyaku. Masih nggak percaya?"

"Percaya......"

"Cuma nggak yakin aja!" Tambahnya.

"Pengen ya itu mulut kamu yang dilas?"

"Sadis!"

"Makanya jangan ngeselin!"

"Kamu lucu sih kalau lagi kesel!"

Kata-kata itu lagi. Iya, Zidan selalu mengatakan itu. Katanya aku lucu saat marah. Udah kecil, kalau marah galak. Kayak anak kecil gitu katanya. Emang aku sekecil itu ya?

"Itu cewek STM?"

"Cewek kayak gitu di STM?"

"Cari sensasi doang pasti! Cuma numpang tenar, paling nggak sampai satu tahun keluar!"

"Eh, itu teman SMP-ku bukan sih?! Ara, yang anaknya pendiam banget!"

"Pendiam kok masuk STM! Acting doang pasti, cari muka!"

Perjalanan Cewek STMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang