Part 28

29 3 2
                                    

Masa prakerin begitu cepat berakhir. Tanpa terasa 3 bulan sudah berlalu. Dan pagi ini aku sudah harus memulai rutinitas sekolahku seperti biasa.

Aku berlari ke kamar mandi karena bangun sedikit kesiangan. Jam sudah menunjukkan pukul 6 dan aku baru membuka mata. Mana cukup untuk hidupku yang kelewat santuy? Bangun jam 5 saja masih berpotensi terlambat.

Sampai di depan kamar mandi, kakiku tergelincir dan aku tersungkur dengan posisi mengenaskan. Mungkin lebih mirip anak-anak. Tanganku yang berusaha meraih tembok untuk pegangan pun malah tergores paku dan meninggalkan bekas memanjang.

Bodoamatlah sama lukaku. Aku bersiap dengan cepat. Tapi luka di tangan kananku yang tertutup lengan seragamku semakin terasa. Tidak ada waktu untuk memikirkan luka itu. Aku mengendarai motorku dengan sedikit mengebut. Melampiaskan perih yang semakin menjadi-jadi.

Begitu motorku sudah terparkir manis di parkiran sekolah, aku langsung menyingkap lengan bajuku. Pantas saja terasa semakin perih karena darahnya masih mengalir dan hampir mengenai lengan seragamku. Aku jadi ngeri sendiri melihatnya.

Aku mempercepat jalanku agar segera sampai di kelas. Beruntung aku tidak terlambat hari ini.

"Pagi, Ra!" Sapa Asyifa yang ternyata sudah berada di kelas ketika aku sampai.

"Pagi!" Jawabku sambil melepaskan tas ransel hitamku dengan sedikit kesusahan.

"Tangan kamu kenapa?"

"Jatuh. Temenin ke toilet dong!" Pintaku yang langsung diangguki Asyifa.

"Kok bisa?" Tanyanya sambil berjalan mengikuti ku berjalan ke toilet.

"Tadi bangun kesiangan, terus buru-buru, nyusruk deh." Jelasku.

"Gila! Itu lukanya panjang banget, Ra! Aku mintain kain kasa sama obat luka di ruang guru ya?" Serunya panik ketika aku membersihkan darah yang hampir mengenai seragamku dengan air.

Oh iya, sekolahku nggak ada UKS-nya. Karena biasanya kalau ada yang sakit langsung dipulangkan. Itu kalau parah. Kalau cuma panas, pilek, nggak ada alasan nggak ikut pelajaran. Anak STM kan kuat!

"Boleh. Tapi tungguin dulu."

Setelah sampai di depan ruang guru, Asyifa masuk sedangkan aku menunggu di luar. Mau ikut masuk malu kalau ditanyain tentang luka di tangan kananku.

Tidak lama Asyifa keluar dengan kotak putih di tangannya. Perempuan itu langsung menghampiri ku.

"Arasya kamu apain, Fa, kok sampai luka gitu?" Tanya Pak Rino, guru olahraga yang sering kali memergoki ku datang terlambat.

"Kok saya sih, Pak? Orang dia datang-datang udah kayak gini."

"Saya nggak percaya sama kamu. Diapain, Ra, kamu sama Asyifa? Didorong ya gara-gara pacarnya kamu deketin?"

"Eh? Enggaklah. Saya nggak pernah makan temen, Pak. Makan es krim masih enak ngapain jadi kanibal?"

Pak Rino hanya tertawa meledek dan segera pergi. Mungkin mau ke lapangan karena jam pelajaran seharusnya sudah dimulai.

"Gila! Perih juga ya?"

"Tahan dong. Lagian kamu juga aneh-aneh, bisa-bisanya jatuh sampai luka kayak gini? Kayak bocah aja."

"Tahan aku kalau kayak gini. Sakitnya nggak seberapa. Palingan lebih sakit lihat doi deket sama yang lain." Ucap ku tanpa berani melihat lukaku.

"Kenapa jadi bucin gini coba? Emang udah pernah?"

"Belum."

"Kok tau kalau lebih perih?"

"Lihat kamu nangis-nangis kalau ditinggalin pas sayang-sayangnya."

Perjalanan Cewek STMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang