Part 29

43 3 0
                                    

Bel pulang tinggal beberapa menit lagi. Dan aku lupa tidak memberitahu Zidan jika mau pulang bareng ketika istirahat tadi. Apalagi kelas laki-laki itu sedang berlangsung pelajaran guru paling killer. Tidak ada yang berani bersuara di jam guru itu meski di luar kelas semua guru bisa menjadi humoris.

Hari ini aku tidak membawa motor karena motorku menginap di bengkel. Tadi saja aku menumpang sepupuku yang mau kerja. Dan bagaimana nanti aku bisa pulang saja belum tau.

Ku pandangi ponselku dengan bingung. Siapa yang mau ku hubungi?

Tiba-tiba ponselku bergetar. Ada panggilan masuk dari seseorang yang katanya sahabatku. Dia sendiri yang berjanji tapi akhir-akhir ini aku tak merasakan kehadirannya sebagai sahabat.

"Ada apa?" Tanya ku setelah menerima panggilan itu.

"Masih hidup kamu?" Tanya laki-laki itu.

Akhir-akhir ini aku tidak menghubungi nya. Pesan darinya pun tidak banyak ku tanggapi dan sepertinya laki-laki itu tau aku tidak ingin diganggu. Aku butuh istirahat untuk rasa sakit itu lagi. Aku juga lelah dihujat tanpa sebab. Dan lebih menyakitkan ketika kalimat itu keluar dari mulut seorang sahabat.

"Kalau cuma mau basa-basi mending matiin aja deh!"

"Kamu kenapa sih?"

"Bingung aku tuh. Kalau mau ngehujat aku jangan sekarang." Gimana aku nggak berpikiran negatif coba kalau tiap dia menghubungi ku selalu berujung menghujat?

"Bingung kenapa?"

"Udahlah, aku jawab juga kamu nggak bakal mau bantu. Nggak mungkin kamu mau jemput aku."

"Jemput kamu di sekolah? Emang nggak bawa motor?"

"Motorku masih di bengkel dari kemarin belum aku ambil."

"Kamu tadi berangkat gimana?"

"Aku tadi diantar sepupuku sekalian dia mau kerja. Terus tadi lupa bilang sama temen kalau mau pulang bareng. Ya kalau dia nggak sama temennya. Aku nggak bisa pulang ini!" Jelasku frustasi.

Teman sekelasku tidak ada yang rumahnya searah dengan ku. Jadi mereka tidak ada yang bisa diharapkan meski dari tadi melihat ku berkali-kali berteriak frustasi.

"Ya udah aku jemput. Udah mau pulang belum?" Ada angin apa nih dia tiba-tiba mau? Biasanya dia paling nggak mau ke wilayahnya anak STM. Katanya buas-buas penghuninya. Lewat di depan sekolahku di jam sekolah aja nggak pernah mau. Lebih milih lewat jalan muter kalau terpaksa harus lewat depan sekolahku.

"10 menitan lagi kayaknya."

"Oke, aku jalan sekarang."

"Emang kamu udah pulang?"

"Jam kosong kelasku. Pulang sekarang juga nggak masalah."

Rayhan memutuskan panggilannya sepihak sebelum aku memprotesnya. Iya, yang baru saja menelepon ku tadi Rayhan.

Teman-temanku sudah mulai keluar kelas. Padahal gerbang masih ditutup rapat. Mungkin mereka akan membuat keributan lagi. Apalagi ada beberapa kelas yang juga sudah keluar.

Melihat sekeliling ku yang sudah kosong, aku pun ikut keluar. Tepat ketika aku melangkahkan kakiku keluar kelas, seperti yang ku duga, suara klakson motor kini terdengar bersahutan. Benar-benar menunjukkan karakter anak STM.

Hal seperti ini sudah tidak asing bagi ku. Hampir setiap pulang sekolah keributan semacam ini terdengar. Tapi beruntungnya, selama aku sekolah di sini belum pernah ada kejadian tawuran atau semacamnya.

Saat aku berjalan, tiba-tiba saja ada seseorang yang menepuk pundak ku dari belakang. Hampir saja aku memukulnya, tapi ku urungkan ketika tau siapa pelakunya.

Perjalanan Cewek STMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang