Part 10

99 7 1
                                    

Yang lain libur, kami sekolah. Yang lain jalan-jalan, kami sekolah. Yang lain tiduran di rumah, kami sekolah. Itu yang aku dan anggota OSIS lain rasakan. Mungkin bukan hanya di sekolahku, di sekolah lain pun sama.

Rasanya setiap sudut dari gedung besar sekolah ini sudah sangat membosankan. Setiap hari pemandangan yang sama, orang-orang yang sama. Hanya candaan yang selalu terasa baru yang mampu membunuh kebosanan kami.

Puncak kegilaan anak OSIS terlihat saat-saat seperti ini. Terbukti ketika Anggara dan Irfan mengambil speaker dari gudang dan menghubungkan pada ponsel Aryan yang tengah memutar lagu-lagu yang sedang hitz.

Tawaku benar-benar pecah saat teman-temanku satu per satu menari dengan gaya konyol. Bahkan Andra kini sudah melepas setangan lehernya yang kini sudah beralih fungsi seolah menjadi kerudung atau apalah maksudnya. Dengan paras yang mendukung, kalau niat dandaninnya pasti siapapun bisa tertipu. Aku aja sebagai cewek minder lihat Andra.

"Najis, Ndra!" Seru Anggara seraya tertawa.

Kedatangan Kak Dino menghentikan tawaku serta mengalihkan perhatianku yang sedari tadi tertuju pada teman-temanku yang menggila.

"Ra, tolong kamu pindahin data dari sini ke lembaran yang ini ya?" Tanya Kak Dino sambil memberikan tumpukan kertas yang sepertinya tidak dapat dihitung lagi beserta map merah yang berisi beberapa lembar kertas dengan kolom-kolom kosong.

"Yang lain aja deh, Kak! Masih ngantuk aku."

Aku tidak bohong. Aku benar-benar sangat ngantuk. Selama sebulan terakhir, aku tidak tau kenapa jadi susah tidur. Di siang hari aku tidak pernah punya waktu untuk sekedar tidur santai. Tapi di malam hari aku hanya akan tertidur paling lama satu hingga dua jam. Dan pagi tadi aku harus sudah sampai sekolah sebelum jam 7. Tenagaku saja belum benar-benar terkumpul.

"Sekertarisnya siapa?" Kalimat itu lagi. Menyebalkan sekali.

"Aku mundur aja deh jadi sekertaris. Pindahin jadi seksi apa gitu atau sekalian dikeluarin juga nggak apa-apa!" Jawabku kesal.

"Nggak bisa gitu. Aku sebagai ketua OSIS yang nentuin jabatan kamu. Dan buat ngeluarin kamu juga harus ada alasan yang kuat. Lagian kamu yang paling ngerti."

Ya, Kak Dino ketua OSIS menyebalkan yang memilihku menjadi sekertaris. Katanya aku yang paling ngerti. Paling ngerti dari mananya coba? Ikut organisasi aja baru sekali. Tapi kalau masalah administrasi dan surat-menyurat dari kecil aku sudah diajari oleh ayahku sih. Tapi kan banyak yang lebih berpengalaman gitu. Kayak Zidan gitu misalnya, dia pura-pura tolol padahal pernah keceplosan saat bersama ku bahwa dia mantan ketua OSIS sewaktu SMP.

Dengan terpaksa aku menyalin data pada tumpukan tebal kertas di depanku. Bisa dibilang makanan tiap ngumpul. Jahat emang Kak Dino.

"Ngantuk, Sya?" Tanya Zidan yang sepertinya menyadari bahwa aku berkali-kali menguap.

"Lumayan."

"Mau digantiin?"

"Kamu emang nggak sibuk?"

"Enggak. Aku gantiin aja. Daripada kamu nahan ngantuk gitu."

"Makasih, Zidan! Teman terbaik deh, biarpun agak lemot, hehe...."

"Dasar! Kamu tiduran di Ruang OSIS aja sana kalau ngantuk!"

"Nggak bisa tidur."

"Katanya ngantuk?"

"Aku nggak bisa tidur di tempat umum."

Gini loh. Masalahnya aku cewek. Teman-temanku cowok semua. OSIS yang cewek aja cuma aku, Asyifa, sama Kak Misha. Dan Kak Misha juga nggak datang hari ini, jadi cuma aku sama Asyifa. Wajar dong pikiranku waspada terus apalagi kalau mau tidur? Meskipun aku yakin teman-temanku yang di sini baik-baik. Kalaupun ada yang macam-macam yang lain pasti bantuin aku.

Perjalanan Cewek STMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang