KANTIN

16 2 1
                                    

Yenna yang tengah asik menyantap baksonya pun hanya diam mendengarkan percakapan orang-orang yang ada di depannya. Ia tak akan menyia nyiakan makanan gratis yang ia santap sekarang. Pasalnya Rendy temannya telah mentraktir Yenna karena Yenna telah membelinya minum. Ini sungguh balasan yang adil batin Yenna.

Keana yang tak terima dengan ucapan Dillon dan Rendy bilang beberapa menit yang lalu merasa kesal.

"Gilaa yang bener aja." Tanya Keana kesal dan bercampur penasaran.
Dillon dan Rendy pun hanya mengganguk mengiyakan dan meminum minuman pesanan mereka masing-masing dengan santai.

Iyap benar mereka ternyata istirahat di kantin bersama. Dan banyak pasang mata yang melihat kagum dan iri kepada Keana dan Yenna.
Kenapa mereka bisa bersama dengan pangeran tampan di sekolah batin mereka berbicara.

Beberapa menit yang lalu...

"Yang bener aja kembaran gua jadi ketua tim hore di turnamen yang di adakan deket ini?." Tanya Yenna terkejut. Buat apa kembarannya di pilih jadi ketua tim hore untuk menyemangati tim basket di sekolahnya.

"Iya begitulah, lagian kakak lu itu punya suara mengelegar kayak toa mesjid, pasti seru." Jawab Dillon santai dan menyeruput es tehnya.

Yenna yang mendengarnya pun melirik Dillon dengan kesal, enak saja kembarannya di samain toa mesjid. Walu gitu-gitu Yanna bisa saja akan membuat telinga semua orang akan budek seketika.
Dan akhirnya Yenna pun memilih diam dan menyantap baksoknya.

"Ngapain sih harus Yanna? Kan tim chirss ad?." Tanya Keana masih penasaran.

Heran aja gitu kan Ray menyuruh Yanna mengikutinya ternyata hanya untuk membuat persetujuan Yanna yang akan menjadi ketua tim hore di sekolahnya. Tak masuk akal batinnya.

Helaan nafas terdengar di mulut Rendy yang sedari tadi menyimak mereka. Ia baru saja memberi tahu maksud Ray yang membawa Yanna untuk mengikutinya karena ia mengetahui isi hati Ray. Sebenernya bukan itu saja ada maksud lain di balik itu semua, tetapi ia tak mau memberi tahu.

"Ya karena tim hore leboh heboh pasti bakalan seru, dan suara Yanna kan emang gede pantes sih jadi ketuanya." Ujar Rendy sambil menonpang kepalanya dengan satu tangan.

"Dih.. tapi gak harus Yanna jugak kalik. Gua curiga ada maksud lain di balik ini semua." Ujar Keana sambil meletakkan jarinya di dagu seolah sedang berfikir mencari alasan yang tepat.

Rendy dan Dillon yang melihat tingkah Keana pun hanya mengedikkan bahu acuh mau menjawab dugaan keana pasalnya dugaan Keana tak meleset sama sekali.

Yenna yang sedari tadi menyimak pun hanya diam saja tak menggubris, terserah lah menurutnya yang penting ia tak akan kecipratan untuk ikut jadi tim hore di turnamen.


Sedangkan di tempat lain Yanna yang tengah duduk santai di sofa raung ketua osis dengan kedua kaki yang  naik keatas sofa dan menyilangkannya pun menghela nafas kasar sedari tadi ia hanya perang pikiran dan batin. Bilang saja Yanna tak sopan tetapi ia benar-benar kesal sekarang.

"Gimana?" Tanya Ray yang sedikit bosan dengan keterdiaman Yanna, sedari tadi Yanna tak mengeluarkan sepatah kata pun kepadanya. Yang Ray lihat hanya tatapan kesal dan helaan nafas kasar yang terdengar.
Jujur Ray yang melihat wajah kesal Yanna ingin tertawa tapi sebisa mungkin ia tahan.

"Engak mau!." Jawab Yanna tegas sembari melototkan matanya kepada lawan bicaranya.

Yang benar saja beberapa menit yang lalu Ray memintanya jadi ketua tim hore untuk sekolahnya. Yanna pikir kan ia akan mendapatkan hukuman karena telah mengerjai satpam sekolah yang tak menperbolehkan Yanna masuk. Iya, yanna tadi ke sekolah telat sedikit gak banyak waktu tapi tetap saja gak boleh masuk dan alhasil Yanna mengerjai satpam itu dengan menunjuk ke arah samping kalo ada uang jatuh. Karena lengah akhirnya Yanna bisa menerobos masuk... 'dasar mata duitan' batinnya.

"Ayanna saya tau kamu tadi telat dan mengerjai satpam. Sebagai gantinya saya suruh kamu jadi ketua tim hore sekolah." Ucapnya santai.

"Tapi kenapa harus saya kak?". Tanya Yanna dengan tampang memohon andalannya semoga saja orang yang menyebalkan di depanya ini luluh, batinnya.

"Mau tau alsannya?" Tanya balik Ray, ia cukup ampuh dengan tatapan memohon Yanna, karena ia sudah biasa menghadapinya.

Yanna yang mendengar itu pun hanya menggangguk berulang kali dengan tampang lucu karena reflek. Ia sangat penasaran kenapa dirinya yang di pilih dan bukan yang lain. Yanna sungguh keberatan akan hal itu.

Ray yang melihat tampang lucu dari Yanna pun hanya tersenyum tipis.
"Karena suara kamu gede dan kamu itu seperti cacing kepanasan gak bisa diam. Jadi bisa menguntungkan untuk tim dan karena itu juga tim lawan akan sedikit terganggu dengan suara kamu." Jawab Ray santai sekali seperti tidak ada beban sama sekali saat mengatakannya.

Yanna yang mendengarkan pun hanya mendengus kasar dan tampang datar, ia benar-benar tak habis pikir emang berpengaruh apa?. Dan perkataan itu sangat menjengkelkan baginya. Gak tau aja kalo Yanna teriak di dekat telingnya Yanna jamin abis ini dia tak akan bisa mendengar.

"Kak, kenapa gak Fina aja sih?. Bukannya dia anggota osis? Lagian ya kak saya ini bukan anggota, enak aja main nyuruh." Ujar Yanna membela diri dan bernegosiasi sedikit. Yanna ingat kalo Fina juga anggota osis karena dia ingin lebih dekat dengan ketos. Jadi apa salahnya ia membantu Fina dan mengurangi pikiran buruk darinya.

"Hemm Fina ya?". Tanya Ray sambil berfikir. Ia tahu betul kalo Fina sangat menyukainya terlebih tingkahnya selama ini yang memperhatikanya. Tetapi ia tak suka akan semua itu, ia lebih suka kalo ia yang mengejar bukan di kejar, ray tak mau koadrat laki-laki jatuh karena itu. Dan Ray tahu kalo Yanna tengah berusaha mendekatkan Fina kepadanya agar Yanna tak di musuhi lagi.

"Tidak, anggota osis punya tugas masing-masing untuk acara turnamen yang di adakan di sekolah ini, jadi apa salahnya saya memilih kamu?." Ujar Ray tegas untuk menolak dan sedikit membujuk perempuan di depannya.

Yanna pun mendengus pelan dan tersenyum manis melihat Ray di depannya.

"Ayo lah kak, fina juga suaranya gede tau, kakak mah gak tau aja. Kalo kaka denger pasti suka." Bujuk Yanna agar Ray mempertimbangkan ini semua.

"Engak, saya sukanya kamu." Jawab Ray rada ngegas sambil mengebrak meja kecil di samping tempat yang ia duduki. Ray jengah dengan ini semua. Kenapa perempuan di depannya ini keras kepala menurut sedikit apa susahnnya, batinnya.

Krik..krik.. krikk..

Hening...
Tak ada kata yang di keluarkan satu pun dari bibir Yanna, ia cukup terkejut mendengarnya dan tak bergerak di posisinya ia melihat Ray dengan tatapan tak percaya. Sebenernya ia sedikit ragu dengan ucapan Ray barusan sepertinya telinganya bermasalah.

Mengetahui sesuatu Ray pun dengan sigap menyuruh Yanna pergi dari ruangannya dan tetap dengan pendiriannya untuk Yanna yang akan menjadi ketua tim hore.

"Udah pergi sana satu lagi kamu akan tetap jadi ketua tim hore sekolah dan lupakan ucapan saya barusan." Ujar Ray sedikit menarik tangan Yanna untuk berdiri dan mendorongnya keluar. Setelah di rasa Yanna keluar Ray pun menutup pintu ruangannya sedikit keras ia sedikit malu dengan ucapannya barusan mana tadi rada ngegas.

'Goblok keceplosan'. Batinnya merutuki ucapannya.

Yanna yang tengah berdiri di depan pintu pun hanya menatap heran.
'Gila'. Batinnya sambil mengerakkan jari tangannya ke dahi.
Yanna heran dengan tingkah ketosnya sekarang kenapa dia jadi sedikit gila dan menyuruh Yanna sesuka hatinya. Dan kalo berbicara dengan Yanna pun selalu panjang dan sedikit menyebalkan.
Tak ambil pusing Yanna pun berjalan memasuki kelasnya yang sebentar lagi akan masuk.

"Kayaknya abis ini gua harus bersihin telinga."

.........................
Makasih telah membaca cerita gaje aku. Ini mungkin sedikit pendek dan awas typo bertebaran

Vote komennya jangan lupa
Terimakasih.

WANT TO CHANGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang