CHAPTER 3

122 31 7
                                    

"Ada yang bisa mengerjakan soal ini?" tanya Bu Raya—guru matematika.
   

"Loh? Itu kan belum dipelajari, bu."

"Susah banget."

"Rumit kayak dia."
    

"Ibu hanya mengetes kalian, apakah selama ini kalian ber-inisiatif mempelajari mateti yang belum saya ajarkan apa tidak." ujar Bu Raya
 
Dengan sigap, Allysha mengangkat tangan kanannya.

"Ya, silahkan maju ke depan, Allysha." ujar Bu Riya.

Allysha bangkit dari duduknya lalu mengambil spidol dan menulis semua jawaban dari beberapa soal yang diberikan.

Tak perlu waktu lama, Allysha sudah selesai menjawab soal matematika itu.

Bu Raya memeriksa semua jawaban Allysha dan ternyata...

"Kamu sangat pintar, Allysha. Semua jawabannya benar." ujar Bu Raya.

Semua murid terkagum karena menurut mereka materi tersebut sama sekali belum mereka pelajari sebelumnya.

"Bagaimana kamu bisa mengerjakannya dengan benar? Padahal kita belum sampai ke materi ini." tanya Bu Raya.

"Karena disekolah sebelumnya, saya sudah diajarkan materi seperti ini, bu." sahut Allysha tersenyum.

"Ya sudah, kamu boleh duduk. Pertahankan prestasimu." ujar Bu Raya.

Allysha mengagguk lalu kembali ke bangku nya.

"Kok lo bisa sih ngejawab soal begituan? Gue aja eneg liatnya." tanya Yerin.

"Cari tahu, cermati, pelajari." balas Allysha tersenyum tipis.

Yerin hanya tertawa pelan dan mengagguk.

>>>>>>

Disisi lain, kelas Kenath sedang menjalani Try Out untuk persiapan ujian di semester depan.

"Ken." panggil Atha dengan berbisik.

Kenath menoleh dan melihat seperti Atha yang ingin menanyakan sesuatu dan Kenath sudah hafal trik Atha jika ada ulangan.

"Bantuin gue nomor 20 - 30 dong." bisik Atha.

Kenath tidak menyaut dan kembali fokus pada lembar jawabannya.

"Ken!" bisik Atha lagi.

"Atha Daniel! Kamu sedang apa?!" tanya pengawas.

Atha yang tercyduk pun memejamkan matanya sambil menunduk.

"Gaada apa-apa, Pak. Ini kepala saya pegal." elak Atha.

"Pindah ke depan!" ujar pengawas tersebut.

Dengan pasrah, Atha beranjak dari duduk nya dan pindah ke meja depan. Tetapi sebelum itu dia menatap tajam Kenath yang sedang memasang wajah datarnya.

"Dasar kampret." umpat Atha.

Kenath hanya tersenyum miring mendengar umpatan Atha, sebenarnya itu hanya ide jahil nya supaya Atha tidak terus mengganggu konsentrasinya.

Nothing Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang