Sore ini Rana sedang duduk di taman. Menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya membuat moodnya menjadi baik. Langit mendung, namun tak ada yang tahu apakah setelah ini hujan akan turun atau hanya mendung saja. Cuaca memang kadang tak menentu.
“Rana.”Panggil seseorang dari arah belakang membuat Rana menengok.Ternyata dia adalah Gabrian. Lelaki yang baru ditemui dan dikenalnya kemarin serta mengantar Rana pulang.
“Hai, Gabrian.” Balas Rana tersenyum membuat Gabrian duduk di sampingnya.
“Sering kesini juga?” Tanya Gabrian, Rana mengangguk
“Kalau lagi kesepian suka kesini” Gabrian membalasnya dengan anggukan juga, Keadaan hening seketika.
Tak lama, mendung berubah menjadi rintik hujan. Bedanya, kali ini hujan tak sederas kemarin. Rana dan Gabrian berlari mencari tempat berteduh.
Sialnya, Rana hanya memakai baju kaos biasa. Ia lupa membawa jaket.
Saat mereka sampai di depan sebuah ruko tutup untuk berteduh, Gabrian menyampirkan jaket kulit yang ia kenakan ke tubuh Rana. Karena Gabrian melihat Rana sibuk meniup serta menggosok kedua telapak tangannya karena kedinginan.“Lah?Kok?”Tanya Rana sambil mendongak menatap Gabrian yang lebih tinggi darinya.
“Pake aja, Lo kedinginan kan?” Jawab Gabrian tersenyum menatap Rana
“Terima kasih” Ucap Rana kemudian sambil tersenyum
Gabrian membalasnya dengan senyum hangat.
Hujan perlahan mulai reda. Membuat Rana dan Gabrian menghembuskan nafas lega karena hujan kali ini tidak sampai malam. Gabrian pun mengantar Rana pulang ke rumahnya karena sudah terlalu sore.
Saat sampai di kamar, Rana baru menyadari bahwa jaket Gabrian masih ia kenakan. Ia ingin mengirimi Gabrian pesan, tetapi ia tidak mempunyai kontak Gabrian. Ia pun memutuskan untuk mencuci jaket tersebut kemudian mengembalikannya besok di sekolah.
Saat Rana turun ke bawah untuk mencuci jaket, ia bertemu dengan Ibunya yang memang sedang berada di dapur.
“Jaket siapa, na? Sepertinya jaket laki-laki.” Tanya Ibu.
“Jaket temen Bu, Rana pinjam tadi terus lupa dikembaliin. Jadi Rana mau cuci dulu.” Jawab Rana tenang.
“Temen atau pacar kamu?” Sahut Ayah yang baru saja datang.
“Temen, Ayah.” Jawab Rana sambil menghela nafas pelan.
Ayah dan Ibu Rana tertawa menanggapi jawaban Rana “Pacar juga gapapa, na” Ucap Ibu sambil terkekeh.
“Terserah Ayah sama Ibu aja deh” Ucap Rana sambil menuju kamar mandi dapur untuk mencuci jaket Gabrian. Ayah dan Ibunya hanya terkekeh pelan menanggapi.
Setelah mencuci jaket Gabrian dan mandi di kamar mandi dapur, Rana menuju kamarnya untuk beristirahat karena ia sangat lelah hari ini.
Keesokannya Rana bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Seperti biasa ia menyapa orang tuanya yang sudah menunggu di meja makan dan sarapan terlebih dahulu sebelum pergi ke sekolah.
Di tengah acara sarapan berlangsung, seseorang mengetuk pintu rumah Rana. Rana pun beranjak untuk membuka pintu.
“Eh, Gabrian. Mau ambil jaket yah? Bentar aku ambilin.” Ucap Rana.
“Bukan-bukan. Gua mau ngajak lu berangkat sekolah bareng.” Jawab Gabrian menghentikan Rana yang ingin berlari ke kamarnya mengambil jaket Gabrian.
“Siapa, Rana?” Teriak Ibunya dari dalam.
“Temen Rana, Ibu.” Jawab Rana.
“Suruh masuk dulu sarapan bareng.” Ucap Ayah.
“Sarapan dulu, yuk. Ini juga masih pagi banget.” Ajak Rana dan Gabrian hanya mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Pesan Untuk Hujan [END]
Short StorySebuah Kisah yang entah bisa membuat pembaca tersentuh atau tidak. Orang-orang mungkin berfikiran bahwa Hujan hanyalah sebuah kejadian alam yang biasa terjadi, Tapi tidak dengan Rana. Seorang gadis yang berfikiran terbalik dengan orang-orang itu...