Pt11 - Penyesalan

69 8 0
                                    

Keesokannya Rana masih sama seperti kemarin. Dingin. Gabrian sampai saat ini belum mengetahui penyebab berubahnya Rana.

Sepulang sekolah, Fira dan Elsa mengajak Rana untuk nongkrong sebentar di Café. Iqbal katanya akan menyusul mereka. Saat mereka sudah sampai, Rana dan sahabat-sahabatnya memesan minum dan cemilan. Saat mereka menikmati pesanan mereka, Iqbal datang menghampiri meja Rana dkk.

Saat asyik mengobrol meskipun Rana sama sekali tidak tertarik dengan obrolan mereka, Elsa tiba-tiba berucap sesuatu.

"Ran, bukannya itu Gabrian?" Ucap Elsa menunjuk pojok cafe. Rana mengalihkan tatapannya menuju arah yang ditunjuk Elsa. Begitu pula dengan Fira dan Iqbal.

Iqbal terbawa emosi. Ia menghampiri Gabrian dan menariknya keluar dari Café tersebut dan memukul Gabrian. Gabrian tidak membalas pukulan tersebut.

"Sejak kapan lo jadi suka mainin perasaan cewek kayak gini?" Ucap Iqbal dengan nafas yang tidak teratur setelah memukul Gabrian.

"Maksud lo apa?" Tanya Gabrian.

"Kenapa lo deket sama Lisa padahal Lisa udah ninggalin lo dulu? Gua selama ini masih bisa nahan emosi gua liat foto kalian berdua di social media Lisa. Tapi sekarang gua ga bisa, An. Lo keterlaluan. Lo liat ada Rana di sana sedangkan lo asyik sama cewek lain di depan pacar lo sendiri!" Ucap Iqbal emosi.

"Lo tanyain coba sama orang yang lo bela. Apa pantes dia berubah cuma karena gua ninggalin dia di pantai?" Ucap Gabrian mulai tersulut emosi.

"Penyebab dia berubah bukan karena kejadian lu ninggalin dia di pantai, bodoh! Itu Karena lo ga ada di sisi dia disaat dia kehilangan orang tuanya. Kemana lo selama ini? Apa lo udah cari tau kebenarannya? Nggak kan?" Ucap Iqbal. Gabrian hanya diam tak bergeming. Orang tua Rana meninggal? Kenapa gua gatau? Ucap Gabrian membatin.

"Kenapa diem? Lagi nyesel lo?" Ucap Iqbal tertawa meremehkan. "Udah sebulan Rana kayak gini lo ga ada niat cari tau penyebabnya? Hah! Pecundang lo, An. Lo lebih milih nemenin cewek kayak dia sedangkan Rana, pacar lo! orang tuanya meninggal!. Di mana tanggung jawab lo sebagai cowoknya? Dia ada di saat lo lagi terpuruk sedangkan lo ga ada disaat dia terpuruk!?" Lanjutnya masih dengan tawa yang meremehkan.

Gabrian masih diam mencerna ucapan Iqbal. Ternyata ia benar-benar salah menanggapi perubahan sikap Rana. Gabrian sangat menyesal. Ia mencoba mendekati Rana, tapi Rana mundur membuat Gabrian mengurungkan niatnya.

Hubungannya dengan Rana benar-benar sudah hancur karena kesalahannya sendiri dan Lisa yang mencoba mempengaruhinya.

Lisa yang melihat pertengkaran tersebut tersenyum menang. Tinggal melaksanakan rencana terakhir bisa dipastikan Gabrian akan kembali dan menjadi miliknya seutuhnya.

Gabrian terus mencoba meminta maaf kepada Rana lewat pesan. Tetapi, Rana hanya membacanya. Bahkan untuk berbicara dan bertemu dengan Gabrian pun sepertinya Rana enggan. Berbagai cara telah dilakukan Gabrian untuk mendapatkan hati Rana kembali. Tetapi hasilnya nihil. Rana tidak berubah.

Suatu hari, Gabrian kembali meminta maaf kepada Rana dengan mendatangi rumahnya. Rumahnya terlihat sepi. Seperti tidak ada kehidupan di sana. Gabrian mencoba mengetuk pintu utama beberapa kali. Setelah Rana membukanya, Rana kembali menutup pintu tersebut. Tapi kalah cepat dengan Gabrian yang langsung menahannya.

"Rana, please. Dengerin aku sekali ini aja" Pinta Gabrian dengan nada menyesal. Rana berpikir sejenak dan membiarkan Gabrian duduk dengan bahasa tubuhnya. Gabrian yang melihat Rana berubah pikiran tersenyum tulus.

"Aku ninggalin kamu tiba-tiba di pantai waktu itu sebenarnya aku ga ada maksud buat ninggalin kamu. Aku buru-buru, Ran. Mamanya Lisa kritis. Lisa punya gangguan psikis yang kalo dia sendiri dia bisa kambuh dan nyakitin dirinya sendiri kalo dia ada masalah. Jadi aku buru-buru ke rumah sakit takut Lisa kambuh. Mamanya Nyuruh aku selalu ada di samping dia. Maafin aku juga yang selingkuhin kamu. Dan..untuk masalah orang tua kamu yang kecelakaan, aku bener-bener ga tau apa-apa tentang itu. Iqbal ga ngasih tau aku. Maafin aku, Ran" Ucap Gabrian menundukkan kepala dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Ia menyesal sejak mengetahui semuanya.

"Apa segitu susahnya nge-chat aku? Apa segitu susahnya kamu nanya kabar aku? Apa segitu susah nanya ke aku atau ke orang lain kenapa aku berubah?" Ucap Rana tersenyum miring.

"Aku waktu itu bener-bener dalam pengaruhnya Lisa, Ran. Lisa pengaruhin aku sejak aku buat dia tenang waktu itu. Aku gatau maksud dari perkataannya selama ini. Aku bener-bener bodoh, Rana. Aku selalu nganggap dia masih sama kayak waktu kita SMP. Maafin aku, Ran. Please, kasih aku kesempatan kedua. Aku sayang sama kamu" Ucap Gabrian dengan nada penuh penyesalan.

Rana mencoba mencerna ucapan Gabrian. Memikirkan apakah ia memberi kesempatan kedua atau melupakan Gabrian saja.

Akhirnya Rana mengangguk. Memberi Gabrian kesempatan kedua untuk memperbaiki semuanya. Gabrian sangat senang. Ia bersyukur karena Rana mau memaafkannya.

Rana berpikir, semua orang juga punya kesalahan yang mereka perbuat. Tuhan saja mampu memaafkan hambanya, kenapa hambanya tidak?

"Makasih udah mau kasih aku kesempatan, Ran. Aku janji ga aka kecewain kamu lagi" Ucap Gabrian. Dan Rana hanya mengangguk kecil.

Beberapa lama berbincang, dan menguatkan Rana tentang Orang tuanya yang meninggal Gabrian pun berpamitan untuk pulang. Seperti biasa ia mengacak rambut Rana sebelum pergi dari sana. Gabrian sangat bahagia hari ini.

Saat Gabrian sudah tidak terlihat, Rana berlari masuk ke dalam rumahnya. Ia menutup pintu dan menahan senyumnya. Akhirnya ia dan Gabrian bisa kembali bersama. Ia berharap agar Gabrian tidak melakukan kesalahan lagi. Ia pun masuk menuju kamarnya.

Setelah sampai di kamarnya, Rana masih sama, senyum senyum sendiri sambil memegang pipinya yang memerah seperti kepiting rebus. Ia pun memutuskan untuk mandi dan istirahat karena besok masih hari sekolah.

Di sisi lain, Gabrian juga tak mampu menahan senyumnya. Gadisnya kini telah kembali seperti gadisnya yang dulu. Gadisnya yang ceria dan periang. Ia kembali memiliki Rana. Ia sangat bersyukur karena Rana memiliki hati yang lembut dan masih mau memaafkannya meskipun kesalahannya terbilang sangat fatal untuk sebuah hubungan. Ia berjanji tidak akan mengulangi kesalahannya lagi.

Maafkan jika kau masih mampu bertahan,

Tinggalkan, jika kau sudah tak tahan.

#ByunIra

#SebuahPesanUntukHujan

Sebuah Pesan Untuk Hujan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang