Twenty Four

404 25 3
                                    

"Rama,"

Cowok berambut hitam pekat itu berhenti saat Rara memanggilnya.

"Kemarin, kok kamu buru2 banget sih ngajak kita pulang di cafe?"

Rama menatap ke samping, mendengar pertanyaan Rara yang tidak bisa ia jawab.

"Ma, kenapa diam?"

"Euh, itu Ra. Mama aku lagi sakit. Jadi aku harus cepat pulang." Rama terpaksa berbohong.

"Yaampun! Rara doain, semoga cepet sembuh ya mama kamu." Ujar Rara.

"Iya Ra, makasih."

Mereka tengah berada di koridor sekolah yang mana sekarang sedang waktunya istirahat. Rara baru saja dari perpustakaan, sementara Rama ingin pergi ke ruang guru karena disuruh bu Ros untuk mengambil bukunya.

Kring! Kring!

Bel masuk akhirnya berbunyi dan waktu istirahat berakhir. Rama dan Rara masih di koridor, dimana siswa-siswi lain juga ada disana.

"Jom ke kelas." Ajak Rara.

"Kamu pergi duluan aja, Ra. Aku harus bawa buku bu Ros dulu. Nanti aku nyusul." Ucap Rama.

Rara pun hanya mengangguk dan pergi ke kelas meninggalkan Rama. Rama masih diam dipijakannya, untuk memastikan Rara tak kenapa-kenapa sampai punggung Rara tak terlihat.

Membalikkan badan, Rama kembali melangkahkan kakinya untuk ke ruang guru.

"Jan,"

Suara yang tak asing olehnya, membuat Rama menghentikan langkah setelah dia keluar dari ruang guru dan sudah membawa bukunya.

"Jan tunggu." Orang yang memanggil Rama dengan sebutan Jan itu, mendekat dan menatap Rama.

"Kemarin kamu kenapa menghindar dari aku?" Tanya orang itu yang ternyata Selfi.

"Kak, aku mohon kakak pergi dari sini. Nanti aku ceritain semuanya sama kakak. Tapi aku mohon, sekarang kakak pergi, ya!" Pinta Rama dengan wajah memelas.

"Tapi kenapa jan? Kenapa harus nanti, dan kenapa gak sekarang? Oh iya, sejak kapan kamu ada di Indonesia dan pindah sekolah kesini? Kok aku gak tau?"

Berbagai pertanyaan Selfi lontarkan membuat Rama semakin gelisah, takut ada seseorang yang melihatnya bersama Selfi. Tidak ada yang boleh tahu kalau dia adalah sepupunya Selfi.

"Kak Sel, tolong ngertiin aku. Aku mohon kakak pergi dari sini. Aku tak nak ada orang yang tengok kita kak." Desis Rama.

"Nggak Jan. Aku gak akan pergi, sebelum kamu jawab pertanyaan aku." Selfi bersikeras ingin tahu apa alasan Rama ada di Indonesia dan pindah ke sekolahnya.

"Iya kak, aku akan jawab pertanyaan kakak nanti. Tapi sekali lagi aku mohon kakak pergi." Lagi-lagi Rama meminta Selfi pergi yang justru membuat Selfi tak suka, harus melihat wajah memelas Rama yang memintanya untuk pergi.

"Sayang,"

Irwan datang dan merangkul pundak Selfi. Ia melihat Rama dan Rama juga melihatnya, membuat mereka teringat kembali pertemuan mereka di UKS waktu itu.

"Dia kan cowok yang sama Rara di UKS. Ngapain dia sama Selfi?" Batin Irwan.

"Jadi, cowok ni pacarnya kak Selfi. Kenapa juga kak Selfi mau sama cowok macam dia." Batin Rama.

"Yaudah Jan, aku tunggu kamu dirumah. Pokoknya kamu harus ceritain semuanya dan gak ada yang harus ditutupi lagi." Pinta Selfi.

Rama mengangguk, dan Selfi berlalu ke kelasnya bersama Irwan. Rama menghembuskan napasnya lega karena tak ada satu orang pun yang melihat dia dan Selfi, selain Irwan pacar sepupunya itu.

•••••

Rara baru sampai dikelasnya dan duduk dibangku dia yang sudah 3 hari ini sebangku dengan Rama. Ia memainkan I-phone-nya, menunggu bu Ros yang akan mengajar dikelasnya.

Sebelumnya, bu Ros sudah ada dikelas sebelum dia datang. Tapi bu Ros permisi dan ijin ke toilet terlebih dahulu sambil menunggu buku yang akan dibawa Rama, sebagai bahan mengajar dia dikelas.

"Heh, Ra sini." Panggil Aulia.

Rara mendongak dan menautkan sebelah alisnya, "Apa?"

"Mau gak?" Aulia menunjukkan beberapa snack dikedua tangannya membuat Rara langsung berdiri dan ingin menghampiri Aulia.

Biasa, kalau soal makanan Rara selalu gercep karena itu adalah hobinya. Padahal kemarin, dia sok menolak makanan banyak di depan Rama. Tapi saat tidak ada Rama, dia malah senang melihat makanan.

"Aduh kenapa harus keinjek bangku sih rok Rara?!" Rara berusaha menarik roknya yang nyangkut di bawah kaki kursi.

"1.. 2.. 3... "

Bruk!

"Akh!" Dengan sekali tarik Rara terjatuh, menabrak kursi Rama dan buku milik Rama pun ikut terjatuh ke lantai.

Bertumpu pada meja, Rara kembali berdiri dan tak sengaja melihat sebuah amplop surat, yang tergeletak disamping buku catatan Rama. Rara mengambil amplop itu dan melihatnya.

"Kok kayaknya Rara pernah lihat amplop surat ini?" Gumam Rara memutar amplop itu. Ia ingin membuka amplop itu namun dicegah Rama yang ternyata sudah ada dikelas.

Rama mengambil amplop itu ditangan Rara dan menyimpannya ditas. Rara yang melihat Rama seperti itu, mengernyitkan dahinya.

"Ma, itu--"

"Itu surat dari sahabat aku, Ra." Ujar Rama.

"Kamu punya sahabat pena juga?"

"Maaf anak-anak ibu lama" Guru IPA sekaligus BK itu kembali ke kelas dengan bedak dan lipstik yang selalu ia bawa kemana-mana.

"Rama, mana buku yang ibu suruh kamu ambil diruangan ibu?" Pinta bu Ros.

"Sudah saya simpan dimeja bu." Ucap Rama.

"Yasudah kamu duduk. Rara, kamu juga." Perintah bu Ros.

Mereka berdua mengangguk dan duduk dibangku mereka. Rara sedikit kesal karena ia tak jadi mendapatkan snack dari Aulia.

•••••

Wanita paruh baya membuka pintu saat seseorang mengetuk pintu rumahnya. Ia melihat Rama dengan bingung.

"Kamu--"

"Jan, tante." Wanita itu merasa aneh melihat Rama tersenyum.

"Kamu serius kalau kamu Jan?" Tanya wanita itu. Rama hanya mengangguk.

"Yaudah, ayo masuk."

Rama masuk dan duduk di sofa kala wanita itu menyuruhnya untuk menunggu diruang tamu. Melihat sekeliling ruang tamu itu, Rama jadi teringat terakhir dia kesini. Dimana setelah pulang dari sini ia mampir dulu ke Mall, untuk membeli sebuah buku yang baru terbit incarannya sejak lama.

"Ma, Selfi pulang."

Rama mendengar Selfi yang ternyata baru pulang dari sekolah setelah dia.

"Baru pulang, kak?" Tanya Rama.

"Eh, kamu udah disini. Aku kira masih di sekolah." Ujar Selfi saat menyadari ada Rama dirumahnya.

"Okey, jangan lama-lama. Sekarang kamu ceritain semuanya. Kenapa kamu bisa ada disini? Biasanya walaupun kamu disini, kamu hanya berlibur dan menginap dirumah. Jadi, aku minta kamu ceritain semuanya sama aku." Lanjut Selfi. Siapa tahu dia bisa membantu Rama, kalau ada alasan yang membuat Rama datang ke Indonesia, selain hanya main ke rumahnya.

Mengangguk pelan, Rama mulai menceritakan semuanya pada Selfi.

•••••

Jangan lupa voment (vote dan comment), biar tambah semangat ngetiknya 🔥😍

Jum. 13 Desember 2019.

Dear, Sahabat PenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang