Twenty Seven

178 21 2
                                    

Tepat pukul tujuh pelajaran pun dimulai. Bu Nazwa menerangkan materi sampai setengah jam. Lalu ia meminta murid-muridnya untuk mengerjakan latihan untuk nilai plus. Ia keluar kelas setelah semua murid mengerti dan mulai mengerjakan.

"Baru juga pelajaran pertama udah ada latihan aja." Dumel Putri yang mulai malas.

"Udah kerjain aja jangan banyak ngomong." Ucap Aulia yang sibuk menulis soal.

"Siapa juga yang banyak ngomong. Orang cuma... " Putri menghitung kata demi kata dengan jarinya.  "6 kata aja kok."

Di bangku lain. Rama dan Rara sama-sama fokus dengan latihannya sendiri. Sesekali mereka bertanya dan menukar jawaban yang tidak dimengerti oleh mereka. Sampai handphone Rama tiba2 bunyi menganggu konsentrasi mereka.

"Maaf, aku matiin dulu hp nya." Rama hendak mematikan handphonenya namun dicegah Rara.

"Angkat aja teleponnya. Siapa tau penting." Ucap Rara dengan posisi tangan masih menulis.

Rama pun mengangguk dan mengangkat teleponnya.

"Hallo"

"Hallo Ji"

Rara menghentikan tulisannya saat mendengar panggilan itu.  "Ji?" Gumamnya.

Rama terkejut dan terlihat cemas. Ia sontak mematikan teleponnya sebelum Rara melihatnya.

"Ma, tadi siapa yang nelepon kamu?" Tanya Rara penasaran.

"Itu cuma salah sambung Ra." Jawabnya.

"Masa sih!"

"Iya, kamu tak percaya?"

Bukannya Rara tidak percaya. Rara hanya penasaran kenapa penelepon Rama tadi memanggil Rama dengan sebutan 'Ji'. Padahal sudah jelas jauh berbeda antara nama Rama dengan panggilan itu. Apa mungkin Rama memakai nama samaran?

"Ra,"

"Hah! Nggak Ma, Rara percaya kok. Cuma Rara jadi ingat sahabat Rara aja." Ucapnya seraya menulis kembali soal jawaban yang tadi sempat terhenti.

"Apa maksud ucapan Rara?" Batin Rama.

1 jam sudah mereka mengerjakan latihan itu. Bu Nazwa pun kembali ke kelas dan meminta semua murid untuk mengumpulkannya di meja guru.

"Ayo semuanya kumpulkan bukunya. Beres tidak beres kumpulkan, jangan ada yang tidak mengumpulkan." Perintah bu Nazwa.

"Baik bu." Seru semua murid.

Satu per satu mengumpulkan bukunya di meja. Putri yang melihat teman-temanya mengumpulkan ke depan, merebut buku Aulia dan menyalin semua jawaban ke dalam bukunya. Sedari tadi dia hanya mengerjakan soalnya dan baru menjawab dua soal.

"Makanya kalau ada latihan itu langsung dikerjain. Dasar putri pemalas" Cibir Aulia.

"Aku bukannya malas, tapi cuma lagi malas aja." Ngeles Putri sebelum mengumpulkan bukunya.

"Baik, karena semuanya sudah mengumpulkan. Ibu ingin kalian membuat makalah untuk tugas pertemuan selanjutnya. Satu makalah untuk 2 orang, terserah kalian mau dengan siapa. Mengerti kalian."

"Mengerti bu."

Selesai mengucapkan itu bu Nazwa pun  keluar dan pergi ke kelas lain.

•••••

"Ra, kamu ngerjainnya sama Rama aja ya? Biar aku sama Putri." Ucap Aulia.

Mereka bertiga kini berjalan menuju parkiran untuk pulang.

Dear, Sahabat PenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang