RAGU

58 6 9
                                    

"Hidup memang tentang pilihan, lalu sejak kapan aku mulai kesulitan memilih?"

Aku memandangi wajahnya yang sedang tersenyum, menimang-nimang hadiah yang baru saja kuberikan padanya. Sejujurnya terasa biasa saja, tapi entah mengapa reaksi spontannya justru berhasil menarik sudut bibirku.

Harus kuakui. Dekat dengannya membuatku ingin menjaganya. Ada suatu perasaan dimana yang kuinginkan hanya untuk membuatnya tersenyum. Aku bangga bisa mendapatkan perhatiannya.

Dia menyukaiku. Jelas aku tahu karena sudah lama terbiasa menghabiskan waktu dengannya. Aku juga menyukainya. Tak sekali pun aku merasa keberatan akan hadirnya. Sesuatu yang tentunya tidak perlu kalian tanyakan lagi.

Malam tidak pernah terasa begitu singkat sebelum aku mengenalnya. Aku ingin menghargai kesungguhannya dengan setulus hati, sebelum akhirnya Tuhan memberiku pilihan lain. Mencoba mengecohkanku yang terlalu lelah untuk bermain-main lagi.

Dimulai dari awal yang sangat sederhana, namun kini aku bahkan tak bisa lagi memejamkan mata dengan tenang atau memaksa otakku untuk berhenti memikirkan tentang dirinya.

Aku menyipitkan mata, membiarkan hadirnya yang kini harus kuakui mulai menjadi candu. Seolah aku tak lagi memiliki kuasa untuk menolak hangat yang ia berikan.

Ada tangan yang selalu ia tawarkan, hal sepele yang justru belum pernah kudapatkan dari orang lain. Aku menatapnya dengan penuh harap, dan ia bahkan bisa mengiyakan dengan mudahnya.

Aku bingung. Apa aku yang terlalu baik sehingga akhirnya semesta mengenalkannya padaku? Atau dia yang memang terlalu baik kepada setiap orang?

Aku tidak ingin menyakiti keduanya. Mereka bahkan tidak pantas untuk kepertimbangkan. Tapi aku juga tidak bisa melukai salah satu dari mereka. Benar. Bertambah lagi satu hal yang menyebalkan di dunia, 'Dilema'.

Di satu waktu aku tak ingin membuatnya menunggu terlalu lama, di lain waktu aku malah terlarut memikirkan sosok yang lain. Sadarkah kalian bahwa aku tengah menjelaskan dua sosok yang jauh berbeda?

Rasanya seperti sedang mengikuti ujian dengan dua pilihan yang tak lagi bisa kujawab dengan percaya diri. Mencoba menyelesaikan soal-soal yang belum sempat aku pelajari.

Seolah yang bisa kulakukan hanya bisa merengek pada waktu, mengemis akan jawaban. Tidak peduli entah mendapat jawaban dari teman di belakangku, atau dari perasaan yang menurutku paling benar namun sayangnya datang terlambat, saat detik-detik terakhir sebelum lembar kerja harusnya segera dikumpul.

"Terkadang dua pilihan sulit yang memaksamu untuk memilih adalah salah satu cara untuk menemukan dirimu sendiri."

*****

Bab ini untuk kamu yang sering dilema dalam memilih 'seseorang' untuk melengkapi potongan puzzle dalam menjalani hari-harimu. Singkatnya, pernahkah kalian mencintai dua hati yang berbeda? Atau justru lebih?

Kita selalu dihadangkan dengan pilihan-pilihan, dan tidak sedikit diantaranya membuat kita kesulitan untuk memilih salah satunya. Menggenggam sesuatu secara sekaligus tentunya bukanlah kuasa kita sebagai ciptaan-Nya.

Ragu dalam memilih tidak perlu kamu khawatirkan karena sejatinya hidup adalah pilihan, kan? Maka berteman baiklah dengan waktu, dan dengarkan isi hatimu, perhatikan logikamu.

Hanya waktu yang perlahan akan menunjukkan padamu, dan isi hatimu lah yang akan membimbing kepada siapa-kah sejatinya hatimu paling pantas untuk bersandar.

HANYA TENTANG KAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang