JARAK

28 3 0
                                    

"Aku percaya jarak yang memisahkan kita akan terkikis, setidaknya jika tetap ingin mempertahankan."

Aku memandangi dua angka yang tertera di kalender dengan perasaan membuncah karena menahan rindu yang terasa siap tumpah kapan saja.

Aku sudah tidak sabar untuk menghambur ke dalam hangat peluknya. Sesuatu yang sudah sangat lama sekali tidak lagi kurasakan dengan mudah setiap aku menginginkannya.

Dulu, berjumpa dengannya terasa seperti suatu kebiasaan, menghabiskan waktu bersamanya adalah salah satu dari sekian banyak kegiatan yang dengan senang hati kulakukan apabila harus dilakukan secara berulang-ulang.

Kami sudah terbiasa bersama, bertukar cerita, berbagi keluh kesah, atau sekedar duduk berdampingan. Harus kuakui, hadirnya saja terasa sudah cukup bagiku. Dia bisa menjadi orang tuaku, kakak, adik, sahabat, atau musuh sekalipun. Benar, dia adalah kekasihku. Seseorang yang berhasil memiliki hati yang rentah pecah belah ini.

Dia mempercayaiku, seperti bagaimana aku juga selalu percaya padanya. Kini, meskipun bertemu dengannya harus membuatku menggeser berbagai agenda, rasaku masih tetap sama seperti dulu, tidak ada yang berubah. Kupikir dia juga begitu.

Awalnya aku sangat takut. Selain benar-benar berpisah, dipisahkan oleh jarak juga bukanlah hal yang menyenangkan, kan? Aku terlalu takut untuk melepaskan. Banyak sekali pikiran-pikiran buruk yang sempat menghantuiku.

Aku tahu kami tak perlu berkorespondensi rutin minimal dua kali dalam sebulan atau menjinakkan merpati untuk membantu kami bersurat. Tapi, rasanya memang tidak akan pernah semudah itu.

Melihat wajah dan mendengar suaranya dari layar ponsel, berbincang hingga suntuk tanpa memandangi mata indahnya hingga membaca pesan-pesan singkatnya yang bertubi-tubi terkadang tetap tidak mampu membuatku mengatasi rasa ingin bertemu.

Parahnya lagi, bagaimana hariku bahkan bisa ditentukan hanya dari mengetahui 'kabarnya' saja. Aku bisa melompat kegirangan, atau terpuruk karena khawatir. Bodohnya, karena aku terlalu rindu, terkadang aku malah merajuk tak karuan. Belakangan aku baru tahu itu sangat menyebalkan.

Di satu waktu dia bisa mengerti, di lain waktu kami malah bertengkar dan saling menyalahkan satu sama lain. Masalah yang klise, kan? Kecewa atau rasa kesal hanya bisa terjadi jika ada rasa sayang. Aku percaya itu.

Disini, aku menutup hati dari berbagai kemungkinan, walaupun jujur, aku masih saja tetap merasa gelisah. Bagaimana jika dia bertemu dengan seseorang yang membuatnya nyaman disana? Bagaimana jika rasa cintanya padaku mulai berkurang karena jarak kampr*t ini?

Lama-lama aku mulai kelelahan sendiri. Jika dia memang menyayangiku, dia pasti berusaha untuk mempertahankanku juga. Maksudku, hubungan ini.

Aku tidak lagi peduli jika akhirnya dia malah menyambut dan membuka pintu lebar-lebar pada seseorang yang baru. Jika dia siap kehilanganku, aku akan mempersilahkannya.

Kehilangan seseorang yang tidak benar-benar menghargaiku tentunya akan mengurangi bebanku, kan?

Dia lah yang akan merugi, jika kelak berani bermain-main dengan kesungguhan hatiku lalu mengutuk dan bersembunyi pada istilah yang dipanggilnya 'jarak'.

"Seharusnya jarak tak sedemikian berarti apabila dibandingkan dengan dia yang memiliki begitu banyak arti"

*****

Bab ini untuk kamu yang sedang menjalani betapa sesaknya mempertahankan hubungan jarak jauh. Seperti sedang berada di fase paling menegangkan dalam suatu hubungan, dimana "hati" benar-benar akan sangat diuji.

Betapa rasa sabar, komitmen, kepercayaan, dan komunikasi menjadi hal-hal mutlak yang harus dikuasai di luar kepala. Rasa rindu, cemburu, dan bermanja-manja ria seperti menjadi pelengkap hidangannya.

Memang banyak hubungan yang gagal, namun tidak sedikit pula yang bisa melaluinya dengan baik, lalu berujung pada suatu hubungan yang lebih kekal dan abadi. Menjadikan jarak sebagai sumber kekuatan untuk saling menjaga satu sama lainnya, bukan untuk memusuhi apalagi menghindarinya.

Terkadang, meskipun seolah membuatmu berjauhan, jarak adalah salah satu dari sekian banyak alasan yang ikut turun tangan menjadikan hubunganmu semakin kuat, selama kamu telah menggenggam seseorang yang tepat.

HANYA TENTANG KAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang