🍁 Sulit Dimengerti 🍁

919 28 0
                                    

🍁🍁🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁🍁

Karena,

cincinnya Paula belum balik dan memang menurut gue mustahil balik sebelum orang tuanya sendiri yang minta ke Pak Bondan. Gimana ya, gue sendiri mikir seharusnya guru itu disegani, tapi dari segi penerawangan gue kalau sama tuh guru lebih banyak takutnya deh.

Saat Bu Emi, guru matematika masuk. Di situ, Paula diem aja, ya tuh anak sempet ngomel panjang lebar tadi sebelum masuk. Walaupun gue rasa itu nggak guna sama sekali.

"Jadi determinan ini sama dengan ...."

Gue berusaha merhatiin pelajaran, cuman yang di belakang gue itu nggak bisa diem. Bukan, Rika sama Yuli ya di belakang gue, tapi Intan sama Mila. Cuman pindah bangku sementara doang kok, karna mungkin emang mau gantian.

Tau kerjanya apa?

Nyoretin nama pacar di belakang buku.

M. Dirgantara

Emang sih, kebiasaan kebanyakan cewek coret-coret belakang buku, dan itu nggak jauh-jauh selain nulis nama doi atau nggak gambar yang bentuknya nggak beraturan alias berantakan, kayak Gema contohnya.

Tapi untuk cewek-cewek pecinta kebersihan, mereka anti coret-coret belakang buku, biasanya 'kan kalau pelajaran matematika harus ada kertas buat ngitung, biasanya mereka nyediain buku khusus.

Kalau gue sih, opsi pertama, terus terang gue itu nggak terlalu mikirin soal kebersihan dan rapi dalam atribut sekolah. Asal jadi aja, udah deh.

"Bu, saya izin ke toilet."

Olin angkat tangan, setelah dapet anggukan dari Emi, Tia juga berdiri ikut pergi juga. Gimana ya, temen kelas cowok sering banget nanya kenapa cewek itu kalau mau ke toilet, pasti berdua. Nggak bisa apa sendiri?

Terus terang gue juga gitu, tapi, sampai saat ini gue sendiri pun bingung ngejelasinnya gimana.

"Permisi Bu,"

Gue noleh ke arah pintu.

"Iya ada apa, Al?"

Al, nama panjangnya Al-Ghazali, bukan anaknya Ahmad Dani ya, cuman mirip aja namanya. Kalau urusan muka, gue akuin dia ganteng, populer? Banget, jangan ditanya lagi.

Dan mulailah, anak cewek di kelas gue bersikap jaim. Kecuali gue sama Paula.

"Saya mau minjem kabel di kelas ini Bu, kebetulan kabel di ruang OSIS sedang dipake semua."

"Oh iya, perangkat kelas kabel kelas kalian ada 'kan?" tanya Bu Emi.

Otomatis ketua kelas kami, Wira. Oh ya, gue baru inget kalau nih orang ketinggalan. Wira ini orangnya lumayan bertanggung jawab, meski ya, diam-diam juga sering dengerin gosip, mungkin emang pengaruh Gema, mereka 'kan emang sebangku.

"Liat deh Al ngeliat ke gue!"

Ingat Dirga Mil! Pengen banget gue teriak gitu ke Mila, padahal baru aja nulis namanya di buku.

"Nih kabel-nya," kata Wira.

Al masih tetap diem, sambil ngeliat ke arah yang kata Mila ngeliatin dia. Iya emang sih, Al ngeliatnya ke sini, tapi kok gue ngerasa yang diliatin tuh cowok gue ya?

"Ya udah Bu, permisi, makasih atas waktunya."

Kayaknya pikiran gue mulai kacau nih, tapi bener nggak ya, kalau dia tadi emang ngeliatin gue?

🍁🍁🍁

Cewek & CeritanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang