🍁 Nggak Marah Cuman Kesel 🍁

755 27 0
                                    

🍁🍁🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁🍁

Yang gue,

nggak habis pikir kenapa cowok jadi berubah lebih cerewet dari cewek kalau soal olahraga? Sore, yang seharusnya digunain buat istirahat, harus terpakai buat latihan.

"Ini kenapa harus latihan segala, sih? Gue lagi enakan nonton BTS juga!" protes Fara.

Oh ya, yang ngewakilin kelas buat lomba futsal, gue, Paula, Zaza, Fara, dan Riri, dan semuanya doyan makan yang gratisan. Emang sih, awalnya jaga image, sok-sok nggak mau , tapi tergiur juga ujung-ujungnya.

"Iya nih, tau nggak seharusnya gue lagi nonton Suga Oppa yang lagi live!" balas Riri.

Di situ Wira decak, sebenarnya bukan cuman tim futsal cewek yang disuruh kumpul buat latihan, yang ikut lomba olahraga lainnya juga, kecuali catur.

"Opah-opah, lo doyan kakek-kakek apa gimana?"

"Ih yang gue maksud oppa-oppa korea, suami-suami gue!" balas Riri.

Wira decak. "Mending latihan, ngapain juga nontonin plastik! Gantengan juga gue."

Di situ gue mau muntah rasanya. Gue boong, kalau gue nggak suka korea, gue suka lagu-lagunya, termasuk juga BTS apalagi Kim Seok Jin, cuman nggak terlalu fanatic apalagi diakuin suami, selain ngehalu terlalu jauh, itu tepatnya nggak mungkin terjadi.

"Jangan sembarangan ya lo! Mereka nggak ada yang oplas!"

"Tau dari mana lo?"

"Ya gue tau lah, emangnya ...."

Karna gue nggak tahan ngeliat mereka berantem cuman karna hal sepele, gue berdiri langsung narik Wira. Percuma, kalau urusan debat, cewek sulit ngalah dan mungkin nggak akan mau ngalah, dari pada ujung-ujungnya marahan.

"Wir, udah ngalah aja sama cewek!"

"Ini apaan dah?" Gema tiba-tiba muncul. Gue muter mata saat itu juga, oh ya, gue kasih tau kalau buat Volly putra tuh cowok ikut juga.

"Udah, jangan dulu buat gosip di sini, cepet latihan, biar cepet pulang!"

Riri masih cemberut, kami sengaja latihan di sekolah, biar nanti kalau tanding nggak kaku-kaku amat. Yang belum dateng, cuman Paula doang. Gue liat HP gue, ngirimin dia beberapa pesan singkat nyuruh dia supaya dateng cepat.

Karna belum dibales juga. Gue telfon dia. Dan ... diangkat.

"La, lo di mana, sih, semuanya udah dateng tau!"

"Iya bentar, lagi di jalan. Al ini motor lo nggak bisa lebih cepet lagi?"

Gue diem beberapa saat. Al? Nggak mungkinkan, kalau yang dimaksud sama Paula Al yang itu. Nggak, gue geleng, sebisa mungkin mikir hal yang lebih positif.

Kami udah mulai latihan, buat yang Volly latihan di lapangan samping, sedangkan kami, masih latihan nendang.

"Ini kalian bisa nendang nggak, sih?"

"Ya, namanya juga baru pertama kali main kek ginian," protes Riri.

Diantara kami berempat sekarang cuman Zaza yang bisa main. Wajar sih, yang gue tau ini memang hobinya Zaza dari kecil, padahal dia baru sembuh dari sakit, dan seharusnya nggak perlu ikut. Cuman, karna kepingin banget ikut dan Wira juga nggak bisa ngelarang.

"Eh liat deh, Paula sama Al."

Gue noleh. Berarti yang Al yang dimaksud Paula tadi emang beneran Al-Ghazali. Entah kenapa gue jadi kesel saat itu juga.

"Mereka emangnya deket ya, Cit?"

Fara nanya gue. Pengen banget gue bilang, GUE NGGAK TAU DAN NGGAK MAU TAU.

Paula jalan deketin kami.

"Eh, kalian udah latihan sampe mana?"

"Nggak kok, kita baru aja mulai." Gue bersikap setenang mungkin.

"La, lo tadi berangkat sama Al?"

Itu bukan gue yang nanya, tapi Riri.

"Iya, soalnya dia bilang mau ke sekolah, jadi sekalian bareng."

Gue nggak banyak ngomong soal itu, berusaha musatin perhatian buat latihan,

***

Cewek & CeritanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang