🍁 Teman Baik 🍁

644 24 1
                                    

🍁🍁🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁🍁

Kelas gue,

dapat juara dua dalam lomba futsal antar kelas, beberapa ada yang nerima dengan lapang dada, ada juga yang marah-marah sendiri, terutama yang cewek dan setiap protesnya nggak jauh-jauh dari nama gue, ngatain segala macam kayak;

curang tuh, Kakinya Citra aja ampe luka!

Wasitnya nggak adil, kan kasian Citra!

Kalau ada dendam pribadi jangan bawa ke lapangan dong!

Kalau nggak ada masalah sama kaki, gue sih terima-terima aja, tapi harus ya, pemain yang badannya gede yang gue nggak tau siapa namanya itu ngebuat kaki gue sakit kayak gini? Gue harus nunggu di UKS.

"Citra? Gimana, kaki lo udah mendingan?" Paula duduk di kursi brankar, ngeliat tepat di kaki gue.

"Udah mendingan kok."

"Syukur deh."

Gue senyum tipis.

"Oh ya, nih gue bawain orange jus." Wah, kebetulan karena gue lagi haus, gue langsung ambil dan minum.

"Makasih ya, enak banget nih."

Kerasa benget pas lewat kerongkongan. Seger gimana gitu.

"Sama-sama, oh ya itu dari Al."

"Uhuk!"

Beneran?

"Eh, Cit lo kenapa?" Paula nepuk-nepuk punggung gue. Beneran nih, Paula ngomongnya waktu gue lagi menikmati banget, dia ngomong gitu, keselek lah!

"Ini beneran dari Al?"

Paula ngangguk. Gue garuk kepala, padahal 'kan Al lagi deket sama dia. Okey, gue mencoba berpikir positif aja, mungkin, ia ngasih orange jus itu karena gue temen baiknya Paula.

"Cit, lo laper nggak?"

"Nggak juga sih, emangnya lo la ...."

Bunyi perut Paula menjawabnya. Di situ gue ketawa.

"Udah kali, kalau lo mau makan, makan aja. Gue nggak papa kok."

"Eh, nggak bisa gitu dong, gue 'kan temen lo jadi ...." Gue langsung bekep mulutnya, udah ketahuan kalau Paula lagi pakai mode cerewet. Kalau nggak dihentiin, bisa panjang lebar.

"Gue nggak papa Paula Indri Maharani, udah sana, eneg gue ngeliat lo lama-lama di sini!" ucap gue sambil ketawa.

"Yeh, untung lagi sakit, kalau nggak gue tendang juga lo!"

Sebelum Paula benar-benar pergi. Dia nengok lagi ke gue, "lo mau nitip nggak?"

"Mau, roti coklat, bayarin tapi ya,"

"Dasar, pengennya gratisan!"

"Biarin," gue julurin lidah.

Setelah Paula keluar, gue tiduran lagi, ada untungnya juga sih, setidaknya gue dapet enak buat tidur, dari pada di kelas, gue yakin di sana pada rempong ngomongin masalah futsal.

"Lo istirahat dulu di sini."

Mata gue kebuka, otomatis gue noleh ke arah pintu. Di sana ada Lia, sama temennya yang nggak gue tau namanya siapa, mata gue tanpa sadar ngikutin dia sampe akhirnya Lia ada di brankar sebelahan sama gue.

"Kenapa ya, ngeliatin kita kayak gitu?" tanya temennya Lia. Ngomongnya sih biasa aja, cuman tatapannya kayak nggak suka gitu.

Emang sih, siapapun risih kalau diliatin aneh gitu sama seseorang cuman, ngomongnya biasa aja kaleee!

"Vi, lo kalau mau ke kelas, nggak papa kok," ucap Lia.

"Beneran nih nggak papa?"

Ngomongnya sama Lia, cuman ngeliriknya ke gue, pengen gue colok tuh mata.

"Iya, nggak papa."

Temennya Lia itu keluar dari UKS, gue liatin balik lah, abisnya nggak kenal aja kayak nyinisin gue gitu, gue bisa lebih sinis lagi.

"Maaf ya, Sevi orangnya emang kayak gitu, dia bakal sinis sama orang lain, apalagi berhubungan sama gue," ucap Lia halus.

Terus apa? Lo curhat? Gue juga nggak peduli dia orangnya kayak gimana, dan nggak mau peduli juga.

"Nggak papa, kok, santai aja."

Lia ngangguk, sejujurnya sulit buat gue bersikap biasa aja ke dia setelah berita tentang dia kesebar, penasaran juga kenapa dia bisa jadian sama Pak Nando, kalau cantik, cantikan gue malahan, cuman tutur katanya lembut banget, lah gue nyerocos mulu.

Lah kok gue jadi ngebandingin diri sendiri sih, yang sakit kaki tapi jalarnya sampe ke otak,

***

Cewek & CeritanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang