🍁🍁🍁
Cuman guru killer,
yang bisa buat cewek kesel sampai ke ubun-ubun, termasuk gue, kenapa? Saat disuruh baris, yang belakang nggak bisa diem dan ributnya bukan main, semua murid jadi kena imbasnya. Dijemur di terik matahari, yang pastinya bikin kulit kusam seketika.
"Ya ampun, semalem gue baru aja pake masker udah belang aja," gumam cewek yang pake hijab.
"Ya ampun panas banget gila, udah dong hukumannya."
"Item dah item."
Mereka nggak ada yang berani suara langsung, cuman gumam doang. Kali, yang ada hukuman bakal ditambah lagi.
"Masih ada yang mau bersuara?"
Nggak ada yang nyahut. Udah disuruh kumpul mendadak di aula, di jemur karna ribut, ampun dah. Kapok emang datang belakangan, giliran semua udah dijemur baru diem. Padahal kalau dari tadi tenang, Pak Bondan bakalan cepet ngomong, nggak bakalan kayak gini.
"Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh."
"Wa'alaikum salam wa rahmatilah wa barakatuh."
"Di sini saya bakal menyampaikan pengumuman penting terkait pelaksanaan hari olahraga nasional ...."
Dan di situ Pak Bondan ngejelasin tentang lomba-lomba yang akan diadakan. Ketua kelas disuruh pilih beberapa tim, untuk ikut dalam setiap cabang. Ada futsal putri, volly putra, catur putra-putri, bulu tangkis putri, dan takraw putra.
Bagi cowok itu suatu yang menarik, bagi cewek itu B aja.
Hingga kami disuruh masuk kelas lagi, disuruh runding akan setiap perwakilan kelas.
"Kita mulai dengan yang cewek dulu, yang mau jadi tim futsal siapa?" tanya Wira.
Nggak ada yang mau. Termasuk gue juga nggak.
"Kok nggak ada yang mau, sih?"
"Yaelah Wir, keringetan tau, capek juga," celetuk Rika.
"Iya, kalau jatoh gimana, lo mau tanggung jawab," balas Mila.
"Dasar cewek, yang namanya olahraga itu nggak ada yang nggak cape," celutuk Dimas, penghuni bangku pojok. Nggak tau, dari kelas 10 tuh cowok demen banget milih bangku paling pojok. Kan itu menimbulkan kecurigaan.
"Ini nggak bisa ganti yang cowok aja?" tanya Rafli, yang duduknya di depan Dimas.
"Ini udah aturannya, buat yang cowok cabang lombanya itu volly, takraw sama catur," tiba-tiba matanya Wira natap gue.
"Cit, lo sama Paula ikut futsal, ya?"
Lah?
"Kok jadi kita," protes Paula
"Ayolah, yang cewek pada nggak mau."
Terus lo anggep kita apa bambang?!
"Eh Wira, kita nih juga cewek!" protes gue.
"Iya juga, sih."
Nih ketua kelas siapa yang pilih sih?
"Tapi kalau pada nggak mau, futsal kita nggak ada perwakilannya dong. Gini aja deh, bagi yang mau main futsal gue bakalan traktir mie ayam mas Agus. Gimana?"
Tawaran yang menggiurkan tuh.
"Ya udah deh kita mau!" ucap gue semangat 45.
"Gue juga deh, lumayan gratis."
Cuman cewek yang doyan makan aja yang angkat tangan, buat yang lain kayak Rika, Yuli, Mila, intan dan yang lainnya. Nggak tergiur sama sekali, selain emang mereka kaya, mereka nggak mau makan makanan berlemak, takut gendut.
"Eh Wir, kita juga dapet 'kan?"
"Enak aja, cuman buat yang futsal," balas Wira pada Dimas.
"Ah nggak adil lo, cuman yang cewek doang!"
Protes aja terus, yang ada jadi tambah ribet nih kelas.
"Oh ya, wasit futsal siapa aja?" tanya Paula.
"Rama sama Al."
Al? Tuh cowok jadi wasit, beneran?
🍁🍁🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
Cewek & Ceritanya
Historia CortaKenapa cewek mudah baper? Mudah nangis? Mudah dibohongin? Susah ditebak? Dan gue Citra, bakalan ungkap semuanya di sini. Ini hal yang belum tersampaikan dari para cewek mengenai sifat-sifat tersembunyi mereka. Kebiasaan kecil sampai yang berbau asm...