Twentyeight

242 43 5
                                    

Typo bertebaran~

Apa yang akan kalian lakukan jika orang yang kalian sayangi pergi? Akan kah kalian merasa sangat terpuruk? Atau kalian akan memilih menyusul mereka di alam sana?

Seulgi POV

Aku tak kuasa menahan air mataku saat aku melihat adik kecil ku terbaring dengan wajah pucat dan suhu tuh yang sangat dingin. Yoona, dia pergi. Dia meninggalkan kami semua.

Kenapa penyakit sialan itu bersarang di tubuhnya? Di antara milyaran manusia kenapa harus dia?

Aku terus terusan saja menghapus air mata yang tak hentinya menetes. Aku sangat iba pada Rosé dan Irene, mereka berdua terlihat sangat terpuruk. Mengingat mereka juga memiliki riwayat depresi. Untung nya masih tergolong ringan, tidak separah Yoona.

Tidak hanya Rosé dan Irene saja, Jennie juga terlihat menahan air matanya. Dia juga terlihat sangat kacau saat ini. Aku mencoba menenangkan mereka bertiga.

"Sudah... iklhaskan Yoona ya" ucap ku tersenyum dengan air mata yang masih mengalir.

"D-dia pergi begitu cepat unnie..." Rosé menangis sesegukan di pelukan Seulgi.

"Aku yakin dia sudah ada di tempat yang seharusnya. Dia bahagia di sana bersama orangtuanya" aku masih mencoba menenangkan Rosé walaupun diriku sendiri juga merasa sangat sangat sedih.

3 person POV

Acara pemakaman sudah selesai, semua orang sudah pulang ke rumah nya masing masing. Hanya tinggal keempat orang yang sedang menatap makam sang adik tersayang.

Jennie mendekati betu nisan itu, mengelusnya dengan lembut. Akhirnya ia tidak bisa menahan air matanya lagi dia benar benar sudah ada di puncak kesedihannya, kehilangan seseorang yang mau membantu nya, memberikan ia tempat tinggal dan memberikannya kasih sayang. Jennie tidak akan melupakan itu semua.

"Gomawo" Jennie mengelus batu nisan itu sambil mengeluarkan air mata nya.

"Terima kasih sudah mau menampung unnie saat pertama kali kita bertemu. Aku, Irene unnie,Seulgi unnie dan Rosé. Kami semua sangat berterimakasih padamu, kamu menyusul eomma dan appa mu terlalu cepat" ucap Jennie yang makin lama suaranya makin mengecil.

"Maafkan aku dulu suka memarahi mu, membuat mu merasa jengkel. Dan unnie yang keras kepala untuk mu. Mianhe dan gomawo" lanjut Jennie dan memeluk batu nisan itu dan melangkah pergi meninggalkan makam itu untuk menyusul yang lain nya di parkiran.

_____

Rosé terus meraung sambil menangis, dia benar benar tidak bisa merelakan adik yang sangat dia sayangi. Dia terus terusan saja mencaci maki penyakit yang bersarang di tubuh Yoona.

"Daasar!- Dasar penyakit sialan-! kamu membuat adik ku pergi--" Rosé menangis di pelukan Seulgi. Seulgi pun prihatin dengan kondisi Rosé, di antara mereka yang paling terlihat kacau adalah Rosé.

Bagaimana dengan Irene? Dia hanya berdiam diri mencoba mengikhlaskan kepergian Yoona.

"Unnie akan mencoba mengikhlaskan kepergian mu Yoona. Tapi berjanjilah kamu akan bahagia di sana, tunggu aku dan lainnya di saat waktu kami sudah habis. Unnie minta maaf dan unnie menyayangi mu" batin Irene.

Di sisi lainnya Jennie sedang duduk di balkon, ia menatap bintang bintang di sana. Dan terlihat ada bintang bintang yang bercahaya terang. Jennie menatapnya sambil tersenyum tipis. Dia mengangkat tangannya menunjuk ke arah bintang itu.

"Yang itu aku, dan itu Irene unnie yang itu Seulgi unnie dan itu Rosé" Jennie menghentikan kata kata nya sejenak.

"Dan yang di tengah paling terang itu Yoona" dia melanjutkan kata katanya yang di akhiri oleh senyum.

Tak lama setelah itu Irene datang dan langsung duduk di samping Jennie tanpa mengatakan apapun. Dia pun ikut melihat bintang bintang di langit yang gelap ini.

"Apa kamu sudah mengikhlaskan nya, Jennie?" Tanya Irene lalu mengelus pucuk rambut Jennie.

"Akan ku coba unnie, aku yakin dia bahagia di sana bersama orang tuanya. Dan aku juga menyayangi dia" Jennie tersenyum manis dan memeluk Irene.

"Kita harus bisa mengikhlaskannya Jennie-ah, aku yakin dia tidak akan suka melihat kita terus terusan sedih seperti ini"

"Dan mari kita tolong Rosé agar dia bisa mengikhlaskan Yoona" lanjut Irene tersenyum.

Jennie begitu bersyukur ketika melihat senyuman itu. Ini senyuman pertama Irene sejak Yoona di nyatakan meninggalkan mereka. Senyum yang sangat ia rindukan.

Lalu mereka berdua turun untuk melihat keadaan Rosé. Dia sudah tenang tapi dia hanya terlihat termenung dan tatapan yang kosong. Irene mencoba menghiburnya dengan mengajaknya pergi makan apapun yang dia mau.

"Rose-ya, ayo kita pergi makan. Unnie traktir makan nih" ucap Irene dengan nada antusiasnya.

"Tidak unnie makasih, aku tidak lapar sama sekali" Rosé menolak sopan ajakan Irene.

"Aku sudah melakukan apapun tapi dia selalu saja menolaknya" bisik Seulgi di telinga Irene.

Jennie hanya diam menatap Rosé, dia hanya sedang memikirkan bagaimana caranya agar adiknya bisa kembali tersenyum.

"Unnie tau kamu merasa sangat sedih Rosé, tapi kamu jangan terlalu berlarut dalam kesedihan mu. Yoona tidak akan suka melihat kakaknya yang cantik ini tidak mengikhlaskan kepergiannya. Dia akan merasa kecewa pada mu Rosé" Jennie duduk di samping Rosé dan mengelus rambutnya lembut.

"Apa benar Yoona tidak akan senang jika aku terus terusan seperti ini?" Tanya Rosé polos menatap Jennie dengan mata sembab.

"Nee, jadi kamu harus bisa mengikhlaskannya arra?"

"Nee, arraseo unnie" akhirnya Rosé tersenyum manis seperti sediakala.

Tentu saja Irene dan Seulgi terkejut, bagaimana bisa Jennie menenangkan Rosé dalam sekejap hanya dengan kata kata. Kurang hebat apa Jennie untuk mereka.

Rosé menatap Irene dengan tatapan dalamnya. Itu membuat Irene bingung dengan tatapan itu.

"Wae?" Tanya Irene.

"Unnie tadi katanya mau traktirin aku" ucap Rosé lalu berdiri menuju ke kamar Jennie. Dan dia kembali dengan kunci mobil Jennie di tangannya.

"Untuk apa kunci mobil ku?" Tanya Jennie polos.

"Ayo kita pergi makan, dan Irene unnie yang traktirin. Kajja" Rosé menarik Jennie menuju garasi mobil. Dan hanya menyisakan Seulgi dan Irene di dalam.

"Kenapa aku menyesal mengatakannya ya?" Irene bertanya pada dirinya sendiri.

"Diam lah unnie, aku juga butuh makan dan traktiran dari mu kajja" Seulgi menarik tangan Irene untuk menyusul Rosé dan Jennie di luar.

•••

🥰🖤


I'm depression human [✓] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang