Twentynine

271 38 5
                                    

Seulgi terbangun dengan nafas memburu, ternyata dia hanya bermimpi. Benar benar membuat jantung ingin berhenti berdetak saja.

"Sial... kenapa aku harus bermimpi seperti itu ahh" gumam Seulgi sambil memegangi kepalanya emosi.

Ia bangun dari ranjangnya dan melangkah menuju ke kamar mandi untuk mencuci muka dan melakukan aktivitas lainnya di sana.

Jennie keluar dari kamarnya, dia menuju ke kamar Seulgi untuk membangunkannya. Tapi dia urungkan niat nya karena unnie nya sudah bangun duluan.

"Unnie~ nanti turun ya kita sarapan" ucapnya agak keras agar Seulgi yang di kamar mandi bisa mendengar suaranya.

Setelah itu Jennie menuju ke kamar sebelah, kamar Yoona. Adiknya yang masih menutup mata nya, dia masih senantiasa berhias dengan wajah dan bibirnya yang pucat dan suhu tubuh yang dingin. Jujur, Jennie agak khawatir dengan suhu tubuh yang menurut nya tidak normal itu.

Ia mendekati Yoona, mengelus pipi lembut itu. Jennie benar benar merasakan suhu tubuh dingin adiknya. Tanpa sadar Jennie meneteskan air mata nya.

"Yoona-ya~ jangan pergi terlalu cepat"

"Unnie akan membantu mu untuk sembuh" air mata Jennie terjatuh dan mengenai pipi Yoona.

Yoona membuka matanya, dia melihat unnie nya yang sedang menangis. Dia mengangkat tangannya dan menghapus air mata itu lembut.

"Uljima..." ucap Yoona yang membuat Jennie terkejut.

"Sejak kapan kamu bangun?" Jennie menghapus air matanya kasar.

"Ini, air mata ini milik mu dan terjatuh di pipi ku" ucap Yoona yang menunjuk ke arah air mata Jennie yang belum mengering di pipinya.

"Mianhe, unnie membangunkan mu" Jennie merasa bersalah karena membangunkan Yoona dari tidurnya.

"Ahh... gwenchana" Yoona tersenyum melihat unnie nya yang menurut nya terlihat sangat menggemaskan.

Yoona berdiri dari ranjangnya, sudah lama rasanya dia tidak menapakkan kaki nya di lantai dingin ini. Ia benar benar merindukan setiap langkah nya untuk melakukan kegiatan yang penting atau hanya sekedar iseng isengan saja.

"Ehh? Kok berdiri nanti jatuh tau" Jennie dengan cepat membantu Yoona berdiri dari ranjangnya.

"Aku ingin sarapan bersama kalian" Yoona kembali tersenyum.

Jennie sebenarnya tidak suka melihat senyum itu, rasanya seperti sesuatu yang akan di lihat nya terakhir kali. Tapi dengan cepat dia menjauhkan pikiran negatif itu.

"Hmm memang kamu kuat jalan?"

"Tentu, yang sakit itu dada ku bukan kaki ku unnie"

"Hehe ya udah, tapi jalannya di tuntun ya"

"Nee"

Mereka berdua berjalan keluar kamar Yoona dengan perlahan, tak lupa dengan kantong cairan infus ada di genggaman tangan kiri Yoona.

Jennie dan Yoona melewati kamar Rosé dan pas sekali Rosé nya juga keluar dari kamarnya. Dia terkejut melihat Yoona yang berjalan keluar dari kamarnya setelah hampir sebulan ada di kamar nya terus.

"Yoona?" Panggil nya untuk memastikan.

Yang di panggil memutar tubuhnya menghadap Rosé tadi yang memanggilnya.

"Apa?" Jawabnya santai.

"Lah? Unnie kok dia jalan?" Rosé bertanya pada Jennie dengan wajah bingungnya.

Yoona hanya memasang wajah datar nya. Emang nya kenapa kalau dia jalan? Dia kan tidak lumpuh atau stroke.

"Dia mau sarapan bareng kita Chaeng" Jennie melirik sekilas ke arah wajah Yoona yang terlihat sedang kesal.

"Ada apa dengan wajah mu?" Rosé bertanya dengan polosnya.

"Aku tidak lumpuh dan kaki ku baik baik saja, jadi terserahku mau jalan atau ngga"

"Kok jadi judes sih ni anak"

"Diam ih. Udah, ayo sarapan" Jennie menengahi perdebatan mereka sebelum terjadi baku hantam.

Mereka bertiga berjalan ke dapur dengan wajah Yoona yang masih terlihat kesal. Masih pagi juga udah bikin orang bete kata Yoona.

Lagi lagi Yoona di suguh oleh wajah terkejut dari unnie nya yang lain. Siapa lagi kalau bukan Seulgi dan Irene.

Belum Irene membuka mulut nya Yoona sudah memotong nya duluan.

"Ya ya ya, kalian akan bertanya kenapa aku ke sini. Kenapa aku menggerakkan tubuh ku" ucap nya santai.

"Udah ah kalian pada ga suka gitu aku ke sini, Jen unnie di sini aja sarapan aku bisa sendiri ke kamar" dia membalikkan badannya dan akan melangkah pergi, tapi Irene menarik lengan kirinya yang tidak terinfus.

"Jangan ngambek dong hehe" Irene cengengesan melihat wajah datar adiknya yang dia rindukan.

"Udah sini duduk di samping unnie, biar unnie suapin sekalian" Seulgi menepuk nepuk kursi di sebelahnya agar Yoona duduk di sebelah nya.

•••

Setelah menyelesaikan sarapan bersama berlima seperti dulu. Kini semua sedang melakukan perkerjaan rumah karena hari ini adalah akhir pekan jadi semua orang di beri tugas untuk di kerjakan.

Kecuali Yoona,kondisi nya tidak memungkinkan untuk melakukan perkerjaan yang biasa dia kerjakan. Sekarang dia hanya sedang bergabut ria di kamar kesayangannya.

Diam. Hening. Itu yang sedang dia rasakan tapi entah kenapa kepalanya terasa sangat pusing, dia memejamkan matanya untuk menghilangkan rasa sakit itu namun percuma.

"Sekarang aku malah sesak nafas" batinnya.

Dia berusaha menggapai inhaler nya di nakas samping ranjangnya. Tapi dia tidak sampai, sesaknya semakin menyesakkan dan sekarang sudah seperti menusuk ke arah jantungnya. Tidak bisa di bayangkan bagaimana sakit dan tidak bisa bernafas itu.

Pandangannya menggelap, dia berusaha memanggil unnie nya namun tidak ada yang mendengar karena suaranya sangat sangat kecil.

"Un-unnie... hahh ...t-tolong... hah...aku" setelah menyelesaikan kalimat itu dia sudah sepenuhnya tidak sadarkan diri.























































Pukul nih.

Pukul nih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I'm depression human [✓] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang