Happy reading
Selesai shalat ashar berjamaah,rara membereskan perlengkapan shalatnya.
"Ra mengenai home schooling kamu aku udah dapet guru yang sesuai sama kamu dan besok kamu udah bisa memulai belajarnya."
"Maaf ya Ray gara gara aku kamu selalu repot,aku gak guna jadi istri."
"Ra jangan bilang gitu,itu tanggung jawab aku,aku sayang kamu maka dari itu aku akan lakukan apapun demi kamu."
Rara tersenyum mendengar penuturan suaminya itu,setiap kata kata yang di lontarkan oleh Rayyan selalu membuatnya tenang.
Tak lama suara bel rumah berbunyi, seperti ada tamu yang datang, Rayyan bergegas menuju ke depan untuk membukakan pintu.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam,bunda ayah udah sampai kok gak bilang Rayyan,kan bisa Rayyan jemput ke bandara."
"Gak usah bunda juga ngerti keadaan kalian sekarang."
"Ghibran mana Bun?"tanya Rayyan.
Tak lama Ghibran muncul dengan koper di tangannya.
"Nanya nanya Ghibran kangen ya,tolong dong kopernya babang Ghibran di masukin ke kamar."
"Enak aja Lo nyuruh gue,bisa sendiri."
"Ya udah deh."Ghibran beranjak menuju kamarnya.
"Rara mana Ray?"tanya ayah.
"Rara lagi dikamar ya,Ray panggil dulu ayah sama bunda masuk dulu."
Rayyan menuju kamarnya dan Rara sedang termenung memikirkan sesuatu, Rayyan tau Rara sedang memikirkan apa,ia juga sangat terpukul dengan ini semua tapi ia harus kuat demi kesembuhan Rara.
"Ra ngelamunin apa sih?"
"Hah."Rara kaget tiba tiba Rayyan duduk di sampingnya.
"Kamu kenapa,gak usah dipikirin,aku yakin Allah akan ngasih kita jalan yang terbaik,udah jangan ngelamun lagi bunda,ayah sama Ghibran udah Sampai."
"Kamu serius Ray,kok bunda gak ngasih tau."
"Dari pada penasaran mending kebawah aja yuk."
Rara berupaya terlihat baik baik saja agar bunda dan ayah juga tidak sedih dengan keadaan Rara.
"Bunda......"teriak Rara dari tangga.
"Rara kangen sama Bunda."Rara lansung memeluk sang Bunda.
"Bunda juga kangen Rara."bunda mencium puncak kepala Rara.
"Bunda aja nih,ayah gak di kangenin?"
"Hehehehe,maaf deh yah,Rara juga kangen ayah."Rara memeluk sang ayah.
"Ra,gimana keadaan kamu sekarang,bunda khawatir banget setelah terima kabar dari Rayyan,bunda juga sedih kamu harus menanggung semuanya,tapi bunda tau anak bunda pasti kuat, Allah pasti kasih kita jalan yang terbaik."
"Rara insyaallah kuat bunda,Rara kuat karena dukungan dari kalian semua,dan Rara gak mau mengeluh atas takdir yang diberikan Allah kepada Rara."
"Setelah ayah sama bunda tau kamu sakit,kami memutuskan untuk pindah,tapi biasanya di Bandung Ra, karena pekerjaan ayah juga,dan Abang kamu juga pindah kuliah kesana.Alhamdulillah bisa pindah walaupun jaraknya jauh,tapi setidaknya sekali seminggu ayah sama bunda bisa lihat kamu kesini."
"Maaf ya bunda ayah Rara ngerepotin."
"Kamu gak ngerepotin Ra."
"Bang Ghibran mana bun."Rara memperhatikan setiap sudut ruangan,namun ia tak melihat Ghibran.
"Itu lagi dikamar, mungkin dia lagi capek,mau istirahat."
"Ayah sama bunda juga harus istirahat,capek kan perjalanan jauh."
"Iya nih,ayah mau mandi dulu."sang ayah pergi menuju ke kamarnya.
"Bunda juga mau beres beres dulu,bunda ke kamar dulu ya."bunda juga mengekori ayah dari belakang.
•••••
Selesai shalat magrib Rara merebahkan diri sebentar sebelum turun kebawah untuk makan malam.
"Ray.."panggil Rara pada Rayyan.
"Hmm."jawab Rayyan sambil membereskan sajadahnya.
"Kira kira aku bakal berapa lama lagi ya?"Rara memejamkan matanya.
"Maksud kamu?"Rayyan memilih duduk di samping Rara.
"Iya,sampai kapan aku bisa bertahan untuk bernafas di dunia ini."
"Rara udah berapa kali sih aku bilang sama kamu,jangan mikir yang aneh-aneh."
"Lagian kamu gak capek apa sama aku yang penyakitan kayak gini,gak bisa ngapa ngapain,slain ngeluh."Rara kembali menatap langit langit kamar tidurnya.
"Rara kamu wanita terbaik pilihan Allah untuk aku,kamu sempurna buat aku,aku gak mau kamu ngomong kayak gitu lagi,kita bisa hadapi semuanya sama sama,aku,bunda,ayah, Ghibran,dan yang lainnya selalu ada buat kamu."
"Tapi Ray apa aku bisa jadi wanita sempurna,yang bisa ngasih kamu keturunan?"
"Rara itu rahasia Allah,kita tinggal usaha aja,kalau bisa sekarang sih."
"Maksud kamu?"tatap sinis Rara pada Rayyan.
"Becanda kali."Rayyan hanya senyum tak karuan pada Rara.
"Selama kita nikah aku belum kasih hak kamu Ray, harusnya aku sebagai istri tau itu."
"Aku juga gak maksa kok Ra,kalau kamu belum siap,ya aku bisa sabar kok."
"Maaf ya Ray untuk saat ini aku belum siap,kau butuh waktu Ray."
"Iya gak apa apa."Rara mencium puncak kepala Rara.
•••••
Di meja makan sudah lengkap,sudah ada ayah,bunda,rara, Rayyan,dan Ghibran.
"Bang dari tadi kemana aja sih,kok baru nongol?"tanya Rara yang langsung mengehentikan Ghibran hendak mengambil potongan ikan.
"Tidur,capek."timpalnya dan kembali mengambil alih ikannya.
"Ya kali galau kan,gara gara pindah kesini,jadi gak bisa ketemu kakak kakak bule disana."
Semuanya tertawa mendengar penuturan Rara, kecuali Ghibran yang mengunyah makanannya dengan santai.
"Gimana disana?"tanya Rara lagi.
"Biasa aja, susahnya kalo adek yang pergi kesana."
"Kenapa."tanya Rara penasaran.
"Iya susah kan adek gak bisa bahasa Inggris."
"Enak aja,adek pinter loh bahasa Inggris,Abang aja yang gak sadar."
"Udah debatnya kalau lagi makan gak boleh berbicara, lanjut makannya."sang ayah mengehentikan perdebatan diantara mereka.
Selesai makan masing masing memilih untuk istirahat.
"Ray,kamu udah dapat teman di sana?"
"Ada sih tapi belum Deket banget."
"Cewek apa cowok?"
"Dua duanya."jawabnya enteng.
"Namanya siapa."
"Kalau yang cowok namanya Arjuna dia culun sih menurut aku,dia juga sering jadi bahan bully-an di sekolah,sering dimintain uang sama yang lain,kalau yang cewek namanya Neta dia itu tombol gitu,beda deh sama Arjuna."
"Kapan kapan ajak main kesini dong Ray,biar aku juga ada temannya."
"Iya dah sekarang tidur,udah malam, selamat malam."
"Malam."Rara memeluk erat tubuh kekar Rayyan.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
Penantian Terindah
Teen Fiction"Ya Allah....jika aku jatuh cinta izinkan aku untuk menyentuh hati seseorang yang hatinya lebih mencintai-Mu" ~Maysa Humaira Sheza~ "Semua ku serahkan pada-Mu sang Maha Pencipta jika memang dia takdirku tunjuki kami jalan yang lurus menuju jannah-Mu...