Bab 1

37 4 17
                                    

Kevin duduk di halte bus. Tak terasa sudah pukul 9 malam, tapi orang tuanya tak sedikitpun ingat. Mereka tak merasa kehilangan anak satu-satunya.

"Sebenarnya aku ini anak kandung papa sama mama bukan sih?" Gumam Kevin. Entah sudah berapa kali ia berpikiran begitu. Rumah besarnya terasa sepi, tak ada yang bisa ia sebut keluarga. Ia bahkan tak tau apa itu keluarga, teman pun tak punya. Semua orang takut berteman dengannya karena trio dumbo akan membuat mereka tidak tenang. Entah apa yang ia lakukan, sejak pertama masuk sekolah, tiga orang itu-Stewart, Defgi, dan Bobi- selalu mencari masalah dengannya.

"Telepon mang Amir aja deh" untuk kesekian kalinya Kevin menyerah.

"Halo, mang!" Ujar Kevin setelah telepon tersambung.

"Jemput, Kevin yah mang. Di halte bus dekat supermarket. Ditunggu mang, makasih ya" Kevin memutus sambungan teleponnya.

"Loh itu si Dodi" Kevin melihat teman sekelasnya menenteng banyak belanjaan sedang berdiri di lobi supermarket.

"besok mau pamer apa yah si Dodi?" Sudah menjadi rahasia umum jika Dodi suka sekali pamer barang mewah yang dia punya. Dodi termasuk anak orang kaya yang dengan mudah mendapatkan uang berlimpah.

"Sapa nggak yah?" Kevin ragu untuk mendekati Dodi. Temannya itu dikenal sombong dan pilih-pilih teman berdasarkan hartanya. Sekalipun Kevin juga orang berada, dia bukan tipikal Dodi yang hobinya foya-foya. Kevin sedikitpun tak pernah masuk pandangan Dodi. Tapi sebagai teman sekelas, dia merasa tidak enak hati untuk tidak bertegur sapa. Akhirnya Kevin memutuskan untuk menyebrang. Sebelum ia sampai di sebrang jalan Dodi sudah keburu pergi.

"Huft, telat" Kevin kembali ke halte takut-takut Mang Amir datang dan tidak menemukannya.

🌂🌂🌂

"Aduh, si Bapak nih lama banget sih" omel Dodi pada sopir pribadinya.

"Maaf, Den Dodi. Parkiran parah banget Den" kilah sopirnya.

"Alesan aja sih Pak. Tadi Bapak liat nggak anak cowok yang pake baju sekolah aku?" Tanya Dodi.

"Liat den, liat. Kenapa?"

"Kalau Bapak telat sedetik aja, tamat sudah" Dodi menghela napas lega.

"Memang kenapa Den?" Sopir Dodi tak paham maksud perkataan Dodi.

"Si Jenius Kevin yang kampungan itu bakal nyamperin aku. Mau ditaro dimana muka aku kalau semua orang tau aku punya temen sekelas kampungan gitu?" Ceracau Dodi kesal. Ia sudah tau jika di Halte bus tadi ada Kevin. Namun, ia terus berpura-pura tidak melihatnya karena malu punya teman seperti Kevin. Bagi trio dumbo Kevin adalah batu sandungan, maka baginya kevin adalah kerikil yang bisa saja membuatnya tergelincir jatuh karena malu.

"Heran, masa orang kaya gayanya kampungan. Udik banget!" Sopir Dodi memilih diam karena bingung harus memberi tanggapan seperti apa.

"Pak, besok bawa mobil baru papi yah. Kan papi lagi di jerman"

"Aduh jangan den... bapak nggak berani, nanti papi aden marah tuh"

"Elah, aku udah bilang ke temen-temen kalau punya mobil baru. Pokoknya aku nggak mau tau yah, besok pake mobil baru papa" sopir Dodi rasanya ingin tenggelam di samudera pasifik. Lebih baik mati tenggelam daripada ditenggelamkan majikannya karena berani membawa mobil barunya. Tapi Dodi tak terbantahkan.

KEVIN : hide & seekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang