"Eh tante" sapa duddin melihat yang datang ternyata mama kevin.
"Belum lah tan. Bukannya tadi buru-buru arisan, cepet amat baliknya tan?" Cici menyikut pelan dodi yang mulutnya tak bisa direm.
"ya gara-gara buru-buru nih dod, tante jadi lupa pake gantungan tas berlian yang tante beli di amerika" dodi menggelengkan kepalanya takjub. Mama kevin rela putar balik cuma gara-gara gantungan tas. Bahkan tanpa gantungan tas pun dia sudah terlihat kaya dengan banyak barang mewah melekat di tubuhnya.
"Aduh tan, tasnya aja udah mewah tambah berlian, gila aja" puji dodi membuat mama kevin melambung tinggi.
"Masa sih, dod?" Mama kevin duduk mendekat pada dodi meyakinkan diri jika tasnya sudah memukau.
"Beuh tan, gini deh, tas tante tuh udah branded, import, ratusan juta. Ekslusif banget kan? Segini aja tuh udah bikin bola mata mau jatuh tau tan" kalimat bak tukang obat dodi mengalir seperti alunan musik indah di telinga mama kevin. Kekesalannya tadi meninggalkan gantuangan tas berlian menguap begitu saja oleh pujian dodi.
"Semilyar loh dod" ralat mama kevin.
"Wow" spontan cici tak kuasa menahan rasa terkejutnya. Tas polos begini semilyar. Gila aja batin cici.
"Eh, kenapa?" Mama kevin mendelik sedikit kesal karena ekspresi cici seakan tidak percaya.
"Engga tante, engga. Tasnya bagus banget aku sampe nggak bisa nahan kagum. Dari bahan kulit kayanya yah?" Cici buru-buru mengalihkan pembicaraannya.
"Iya, asli kulit jangkrik"
"Hah?" Cici melongo. Mana ada kulit jangrik bisa jadi tas segede itu.
"Hahahaahah, aduh ci percaya aja sama tante" dodi menertawakan cici.
"Udah yah tante mau pergi lagi" mama kevin menghilang lagi. Cici semakin dibuat pusing dengan orang-orang di rumah kevin. Satu atap tapi seperti punya rumah masing-masing. Tak ada komunikasi berarti.
"Ci, dod, ada apa?" Akhirnya yang ditunggu datang juga.
"Ini vin, aku tadi mau ajak kamu ke toko buku" jelas cici
"Wah, aku baru aja dari toko buku" tatapam kecewe diberikan cici pada kevin. Terlambat.
"Padahal aku mau ganti buku kamu loh vin"
"Nggak papa ci, aku udah beli nih" kevin menunjukan buku yang baru dibelinya.
"Ekhm" suara dodi yang merasa diabaikan kehadirannya.
"Eh dod" kevin tidak gauu harus bicara apa. Salah-salah bisa membuat dodi tersinggung.
"B aja dong vin. Aku mau minta maaf aja" kevin menatap dodi bingung. Tumben dodi mau minta maaf. Lagipula apa salahnya sampai meminta maaf. Apa dodi salah minum obat, batin kevin.
"B-buat apa yah dod?" Ujar kevin sedikit gugup.
"Aku udah mandang kamu sebelah mata, soalnya kamu cup- aw!" Belum selesai kalimatnya cici sudah menginjak kaki dodi. Dia sudah paham apa yang akan dibicarakan dodi. Sebelum semua terlambat ia harus menjadi auto filter untuk mulut dodi yang tak bersahabat.
"Maksud aku, aku udah jadi temen yang ga baik sama kamu. Padahal kamu nggak salah. Jadi aku minta maaf vin. Aku baru sadar pas liat dumbo jahatin cici. Ternyata aku juga sama kaya mereka remehin kamu padahal kamu nggak jahatin aku." Ketulusan terpancar jelas di mata dodi. Kalau bukan karena ia penggila tren, mungkin dia akan jadi orang yang menyenangkan. Sayangnya, kesombongan dodi membuat semua orang mual karena bualannya.
"Eh nggak papa kok" kevin juga tak mau bermusuhan. Selagi dodi tercerahkan ia tak mau pusing-pusing mendendam.
"Ya udah nanti lusa kan hari minggu, ke car free day yuk"ajak dodi yang disetujui cici dan kevin.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEVIN : hide & seek
Teen FictionKevin hanya remaja SMA yang kurang kasih sayang sejak kecil. ibunya sibuk dengan segala kegiatan sosialitanya, sedangkan sang ayah sibuk dengan bisnisnya. Namun, semua itu tak membuat kevin menjadi anak yang tidak baik. Kevin banyak menyumbang prest...