"Ci, tunggu dong" dodi memegang lututnya yang sedari tadi mengejar cici.
"Kamu ikutin aku dod?" Dodi mengangguk.
"Kamu lagi nyari rumah kevin kan?" Tanya dodi.
"Iya, dod nggak ketemu dari tadi" cici mencari botol mamaware yang biasa ia bawa untuk bekal minumnya.
"Padahal aku tau" jawab dodi. Cici memberikan botol minumnya pada dodi yang langsung dihabiskan saat itu juga, saking keringnya kerongkongan dodi.
"Kamu nggak bilang, padahal tadi kan sama aku" gerutu cici.
"Habisnya kamu nggak mau nunggu sih malah langsung pergi aja" cici menyesal sekaligus merasa bersalah pada dodi. Harusnya ia tidak mudah berasumsi dan terlampau berburuk sangka.
"Maaf,dod. Aku kira kamu malah mau nahan aku" jujur cici. Dodi tertawa terbahak-bahak.
"Aduh, ci! Kok bisa kepikiran gitu?" Cici masih terpaku, lintasan wajah dodi kala tertawa masih menari-nari dipikirannya. Mata sipit itu seakan hilang di wajahnya berganti segaris dan sedikit lekukan kelopak mata saja.
"Ci?" Tanya dodi membuyarkan lamunan cici yang membuat cici merasa tidak waras.
"Bukannya kamu juga takut sama dumbo yah?" Tebak cici, setelah mendengar dari kevin jika dia dikucilkan tanpa satupun berani berteman.
"Awalnya iya" cici menatap dodi melihat wajahnya seksama mencari tanda bekas luka kalau saja dodi amnesia. Dia ingat jelas dodi yang pecicilan tapi dalam sekejap dodi bisa jadi lebih tenang dan santai. Cici curiga namun ada keraguan untuk berburuk sangka lebih dalam. Setelah timbang menimbang, cici hanya murid baru yang baru beberapa hari berkenalan dengan dodi. Mungkin saja prespektifnya salah besar.
"Tapi, liat dumbo nyakitin kamu tadi aku Jadi sadar kalau kevin juga ga seharusnya diperlakukan sekeji itu" kalimat itu diutarakan dodi dengam serius tak nampak satupun kebohongan. Kesungguhannya jelas tergurat dibingkai dengan indah diwajahnya yang penuh keyakinan.
"Aku juga mikir gitu dod. Tapi kamu nggak papa ikut dibully mereka?" Cici sedikit mengkhawatirkan dodi.
"Aku kuat kok. Mereka mah kecil" jawab dodi enteng.
"Kenapa nggak dari dulu aja sih dod kaya gini"
"Dulu kan mata aku burem ketutupan bobi tuh jadi nggak sadar si kevin kecil dibully ya aku tutup mata. Apalagi gaya kevin nggak banget" cici tergelak namun dodi mengulas senyum teduh yang menghipnotis cici sepersekian detik.
"Tapi aku bakal bikin kevin keren, ayo aku mau minta maaf ke kevin. Aku banyak salah sama dia. Aku bakal buktiin ke semua orang kalau nggak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah. Kita sama aja kok" sekali lagi cici tertegun dengan semangat yang ditunjukkan dodi. Kemalangannya bertemu dumbo malah menyadarkan orang lain secara tak sengaja. Cici bersyukur.
"Ayo dod, keburu malem nih" dodi berjalan beriringan dengan cici. Sepanjang jalan tak ada yang membuka suara.
"Sampai" cici melihat rumah yanng luar biasa megahnya. Saat ini dia merasa jika dodi benar kalau gaya kevin tak mencerminkan hartanya.
"Pantes bilang kampungan" gumam cici yang terdengar oleh dodi.
"Iya kan? Kamu kaget kan?"
"Yah mungkin kevin ingin terlihat sederhana" mereka melangkah masuk. Belum menekan bel seorang ibu-ibu dengan gaya sosialita menenteng tas kulit dari brand ternama kremes yang harganya mencapai ratusan juta keluar mengenakan kacamata hitam dan high heels.
"Tante ros" dodi menyapa mama kevin dan mengulurkan tangannya namun tak dibalas.
"Eh, dod. Mau cari kevin kan. Masuk aja tante ada arisan udah telat nih" mama kevin berlalu begitu saja.
"Om" sapa dodi lagi bertemu papa kevin yang sibuk bertelepon.
"ya saya sebentar lagi sampai" tanpa repot menjawab, lagi - lagi papa kevin berlalu begitu saja. Cici yang melihat sontak terheran-heran melihat cueknya orang tua kevin.
"Ayo masuk" ajak dodi.
"Ayo" cici menyimpan seribu satu pertanyaan dibenaknya.
Tolong tandai typo yah
Love u guys
KAMU SEDANG MEMBACA
KEVIN : hide & seek
Fiksi RemajaKevin hanya remaja SMA yang kurang kasih sayang sejak kecil. ibunya sibuk dengan segala kegiatan sosialitanya, sedangkan sang ayah sibuk dengan bisnisnya. Namun, semua itu tak membuat kevin menjadi anak yang tidak baik. Kevin banyak menyumbang prest...