bab 16

7 2 6
                                    

Hingga papa kevin terpaksa menggunakan sepeda motor sambil berboncengan dengan mama kevin saking ingin cepat sampai mendengar kabar kevin dikeroyok hingga berdarah-darah.

"Pa, cepet dong" mama kevin tak henti-hentinya menyuruh suaminya untuk kebut-kebutan. Masalahnya nyawa sang anak yang selama ini tidak ada dalam pandangannya sedang sekarat.

"Sabar ma!" Bentak papa kevin yang sama resahnya.

Sesampainya di tempat mama kevin langsung berlari menemui anaknya. Ia memanggu kepala anaknya yang masih sedikit sadar. Papa kevin sibuk menelepon ambulance, sedangkan cici dan dodi hanya pasrah berdoa.

"Nak, maafin mama" ujar mama kevin sambil menangis tersedu-sedu.

Kevin tersenyum, hatinya mengembang. Kalau tau dalam keadaan seperti ini ia akan di perhatikan dari dulu sudah ia lakukan. Sakit ditubuhnya tak seberapa jika dibalas pelukan sang mama dan perhatian sang papa. Rasanya kevin begitu senang sampai ia tak menghiraukan semua luka ditubuhnya.

"I-iya ma" jawab kevin terbata.

"Vin kamu jangan banyak gerak dan bicara yah" saran cici yang khawatir kevin malah semakin memburuk karena terlalu memaksakan diri. Kevin hanya tersenyum menanggapi permintaan cici. Ia tak peduli. Kapan lagi dia bisa berinteraksi dengan orangtuanya kalau bukan sekarang.

"Vin, temen kamu benar. Papa nggak mau kamu makin parah" lagi-lagi perasaan kevin membuncah. Sengatan hangat mengalir bersama darahnya yang berdesir. Ia seperti mimpi bisa diperlakukan dengan penuh kasih sayang oleh kedua orangtuanya.

"Gimana pa?" Tanya mama kevin pada suaminya.

"Secepatnya sedang ke sini ma. Kevin kuat, dia pasti mampu ma" papa kevin sebisa mungkin menguatkan istrinya sekalipun hatinya juga sama hancur berkeping-keping.

Uhuk!
Tiba-tiba kevin muntah darah lalu kehilangan kesadaran membuat semua orang panik. Papanya mengecek nadi kevin namun naas sudah tak berdenyut.

"KEVIIIIINNNN" Mama kevin menjerit histeris sejadi-jadinya. Cici mencoba memeluk mama kevin menyalurkan sesikit kekuatan yang tersisa. Dia pun sama sedihnya. Pap kevin mematung di tempatnya namun air mata tak kunjung berhenti mengalir di pipinya. Anak semata wayangnya sudah tiada. Selama anaknya hidup dia tak pernah menganggap ada. Sekarang dia tak bisa meminta anaknya kembali. Rasanya begitu egois untuk meminta anaknya tetao hidup tapi ia tak memperhatikan.

"Maafin papa vin" ujar papa kevin dalam hatinya. Seribu sesal sudah seperti pisau yang terus menerus menghujam uluh hatinya tanpa ampun. Namun ia harus ikhlas. Mungkin.Tuhan lebih sayang putranya sehingga ia diambil secepat ini. Dan mungkin juga ini hukuman atas kelalaiannya selama ini dalam mengasuh kevin.

"Semoga tenang, nak" untuk pertama dan terakhir kalinya papa kevin memeluk putranya.






~End~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KEVIN : hide & seekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang