Bab 6

17 3 3
                                    

"Vin...yuhuuuu!!!" Teriak Dodi seperti di tengah hutan. Cici celingak celinguk sembari menatap ngeri dan sesekali menarik-nari ujung hoodie bermotif army yang dipakai Dodi. Berusaha untuk mengendalikan suara tarzan hutan milik dodi yang ia khawatirkan mengganggu penghuni rumah. Sungguh tidak sopan.

"Yuhhuuuuu kev-" belum selesai berteriak cici membungkam mulut Dodi.

"Kenapa sih ci?" Tanya dodi

"Tuh liat" cici memberi kode lewat bola matanya yang diarahkan ke samping kiri, dimana ada seorang pria paruh baya yang berdiri di ambang pintu tengah mengerutkan keningnya heran.

"Ck! Itu sih mang amir" dodi langsung menyongsong mang amir yang seperti baru bangun tidur.

"Loh, den Dodi?" Dodi tersenyum. Mang amir heran. Biasanya dodi akan menunjukan sifat angkuhnya tapi kenapa dia bisa ramah seperti ini. Mang amir pikir dodi baru kesambet.

"Adem" mang dodi menempelkan telapak tangannya ke kening dodi. Dan dodi tidak sedang dalam kendali demam.

"Aduh mang, kenapa sih? Aku nggak lagi sakit"

"Tumben senyum den dodi" gumam mang amir pelan takut kena marah.

"Dodi aja mang, nggak usah pake den segala. Kaya sama siapa aja" sekali lagi terapi kejut dodi berhasil membuat mang amir bertanya-tanya. Fix, kesambet. Batin mang amir.

"Eh iya, dod. Sama siapa ini, neng cantik?" Tanya mang amir saat menyadari dodi datang dengan gadis sebayanya.

"Cici pak" ujar cici memperkenalkan diri.

"Cici nih temen sekelas aku sama kevin" jelas dodi lebih rinci.

"Duduk dod, neng cici" dodi dan cici duduk di sofa.

"Mamang ambil minum dulu ya" sepeninggal mang amir, cici hanya sibuk membaca buku biologi unyuk ulangan besok.

"Duh, ci. Udah kenapa baca buku mulu" gerutu dodi yang jenuh. Dia tipe yang tidak bisa diam.

"Dod, besok tuh ulangan. Tadinya aku mau belajar sama kevin. Tapi kevin udah ilang aja" geram cici.

"Aku udah dapet ini soalnya" sombong dodi.

"Nggak boleh loh dod. Curang" cici memperingatkan dodi jika perbuatannya tidak baik.

"Udah sih ci, semua juga gini kok" memang di sekolahnya ada jaringan lintas kelas untuk tukar menukar soal ulangan. Bagi guru yang tidak rajin sudah pasti soalnya bocor seperti keran air.

"Bener gitu dod? coba liat" cici tanpa sadar ikut menjadi konsumen sindikat gelap antar kelas.

"Ini, diminum. Mas kevin sebentar lagi pulang tadi lagi beli pakan kucing" ujar mang amir.

"Kok mang amir tau aku mau nyari kevin?" Tanya dodi.

"Aduh, memangnya dodi mau nyari siapa lagi? Nyari bapak atau nyari ibu? Nggak mungkin kan?" Dodi tertawa garing. Benar juga alasan pak amir. Dia jadi merasa bodoh di depan cici yang menahan tawanya. Pipinya menggelembung karena tawanya tak keluar.

"Ya udah, mamang tinggal dulu" cici akhirnya melepas tawanya setelah mang amir pergi. Membuat dodi cemberut.

"Aneh banget si dod, gitu aja nanya. Nggak penting tau" dodi masih setia cemberut. Sampai mereka mendengar bunyi pintu terbuka. Keduanya langsung menoleh ke arah pintu.

"Udah lama?"

KEVIN : hide & seekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang