Mang Amir akhirnya datang, mengulas senyum pada tuan mudanya.
"Aduh, mas maap hujan. Mamang nggak berani ngebut" sorot sesal jelas sekali terpancar di manik mata Mang amir.
"Nggak papa Mang. Daripada kenapa-kenapa" Kevin masuk ke dalam mobil.
"Mas, kok nggak pulang-pulang. Mamang kira lagi nginep di rumah temennya. Pas nelepon, hati mamang deg-degan" celoteh mang Amir.
"Kenapa sampe deg-degan Mang?"
"Takut Mas Kevin kenapa-napa. Udah jam sembilan loh mas" hati Kevin mencelos. Orang lain bahkan lebih peduli padanya. Katanya darah lebih kental dari air. Tapi kenapa Mang Amir yang mengkhawatirkannya.
"Masih sore Mang. Lagian juga aku di tempat ramai"
"Tetep aja Mas. Kejahatan tuh nggak liat tempat" ujar Mang Amir terlihat khawatir.
"Udah Mang. Kevin udah SMA loh" mang Amir merasa sedikit lega namun tak berselang lama dia terkikik.
"Kenapa mang?" Kevin meringis ngeri. Pikirnya mang Amir kerasukan.
"Mas Kevin udah SMA yah. Perasaan mang Amir masih baru masuk SMP"
"Mang Amir ngejek yah?" Kevin memang tak sebesar teman sebayanya namun tak bisa disebut mungil apalagi kerdil. Hanya kurus sehingga terlihat kecil.
"Aduh jangan salah paham dong mas. Maksud mamang tuh nggak berasa gitu lho! Udah gede aja" kevin tak kuasa menahan tawa melihat jejak rasa bersalah diwajah Mang Amir.
"Udah, udah! Becanda mang!" Ujar kevin tak tega.
"Kata anak sekarang tuh, prang yah mas"
"Prank bukan prang mang Amir" perjalanan ke rumah tak terasa diisi dengan tawa tanpa henti. Celotehan mang amir mengisi kehampaan hati Kevin yang rindu hangatnya keluarga. Yang kehilangan sosok ayah dan ibu sejak kecil. sampai di rumah sebelum masuk kevin memeluk mang amir.
"Makasih yah, Mang. Udah nemenin kevin, ambilin rapot kevin, nonton kevin pentas seni waktu TK, anter jemput kevin, semua mamang. Pokoknya mamang paling hebat" mang amir tertegun. Rasa iba kembali muncul. Sudah kesepian tak punya teman.
"Mas kevin udah kaya anak mamang" kevin melepas pelukannya.
"Maaf basah mang" kevin kabur sebelum mang amir sadar dan merajuk.
*************
Masih pagi tapi sekolah sudah ramai. Kevin melihat kerumunan teman-temannya di parkiran.
"Tumben ramai banget" pikir kevin bingung. Kevin mendekati kerumunan, mendesak untuk menyisihkan beberapa orang yang menghalangi pandangan tanpa mereka sadari.
"Jangan dipegang guys, ini mobil mahal" belum sampai di depan tapi kevin sudah bisa mendengar suara congkak itu.
"Dodi" ujar kevin begitu saja. Selangkah lagi ia bisa melihat mobil yang dipamerkan Dodi.
"Ini baru di import dari jerman lewat maskapai gadaru. Ekslusif cuma papi aku yang bisa" kesombongan dodi semakin menjadi.
"Papa juga punya" tanpa sadar ucapan kevin terdengar oleh Dodi dan membuatnya geram.
"Apaan sih vin, KW kali punya papa kamu" ketus dodi.
"Eh, engga kok dod. Papanya temen aku di australi yang punya bukan papa aku" kevin merutuki ucapan kelepasannya. Ia segera mengoreksi sebelum membuat dodi salah paham.
"Makannya yang jelas dong. Jangan setengah-setengah kalau ngomong. Udah-udah bubar, prince mau masuk kelas" semua siswa kembali ke kegiatan mereka masing-masing tak terkecuali Kevin.
Tolong kasih tanda yang typo yah!
KAMU SEDANG MEMBACA
KEVIN : hide & seek
Teen FictionKevin hanya remaja SMA yang kurang kasih sayang sejak kecil. ibunya sibuk dengan segala kegiatan sosialitanya, sedangkan sang ayah sibuk dengan bisnisnya. Namun, semua itu tak membuat kevin menjadi anak yang tidak baik. Kevin banyak menyumbang prest...