BAB 05 INTIM

23.9K 2.9K 58
                                    

Rama tidak habis pikir saat ini. Tadi siang dia baru saja sampai di Yogya dan menelepon ke apartemennya yang ditempati dengan Kayla. Tapi tidak ada yang menjawab dan dia benar tentang Kayla yang pasti tidak akan betah tinggal di studio apartemennya. Yang kecil dan sempit itu. Tidak seperti rumah Kayla yang memang besar dan mewah. Wanita itu memang manja. 

Apalagi setelah Rama mendengar ucapan Kayla yang mengatakan bosan dan tidak senang tinggal di tempat sempit. Maka dengan nekat dia sudah kembali sampai di Jakarta. Padahal dia memang akan menghabiskan waktunya di Yogya sambil menunggu jadwalnya lagi untuk 2 hari ke depan. Tapi otak dan hatinya tidak selalu bisa bekerja sama, dia langsung naik pesawat ke Jakarta sekarang juga.

Bangunan lantai dua itu tampak gelap. Tulisan closed di depan pintu menandakan kalau butik itu memang tidak beroperasi. Rama turun dari taksi dan langsung melangkah ke arah pintu. Mencoba mencari bel yang bisa dia gunakan. Malam memang telah larut saat tadi dia sampai di sini. Kalau Kayla juga pasti sudah tidur, kalau memang istrinya itu memang ada di sini.

Di pojok kanan atas, akhirnya dia menemukan bel itu. Dia memencetnya beberapa kali, lalu membenarkan tas ranselnya. Angin dingin menerpa wajahnya. Dia lelah sebenarnya. Kelaparan juga karena sejak dari Yogya dia belum menyantap apapun. Dirinya terlalu kesal dengan Kayla sehingga tidak merasa lapar. 

 5 menit Rama menunggu tapi tidak ada tanda-tanda Kayla membukakan pintu. Hal itu membuat Rama sedikit khawatir. Kemanakah istrinya?
Dia mengeluarkan ponsel dan mencoba menghubungi ponsel Kayla, tapi teleponnya tidak tersambung. Rama mulai panik. Dia kembali memencet bel yang ada di atas pintu. Berkali-kali. Lalu dia mencoba menelepon Raka, meski dia tidak suka dengan pria itu tapi Raka sangat mempercayakan Kayla kepadanya. Raka tidak tahu kalau selama ini dia berpura-pura baik.

Rama menatap pintu yang masih juga belum terbuka, dia kini menelepon Raka.

"Halo."

Suara berat langsung terdengar di ujung sana.

"Raka.. ehm Kay ada di situ?"

"Ini Rama? owh Kayla tadi memang ke sini tapi dia tidak menginap di sini. Ada apa?"

Suara Raka terdengar khawatir. Dan Rama tidak ingin kakaknya Kayla itu ikut khawatir.

"Owh oke. Aku ada di depan butiknya. Takutnya kalau dia tidak ada di sini."

Ada jeda sebelum terdengar suara Raka lagi. "Ehm mungkin dia sudah tidur Ram. Kamu lewat pintu belakang saja, ada kunci yang di simpan di bawah pot besar. Tidak ada yang tahu tempat rahasia itu kecuali aku dan Kay."

Mendengar hal itu, Rama langsung mengatakan ya dan berterimakasih atas informasi itu. Dia segera memasukkan ponsel ke dalam sakunya dan melangkah mengitari butik. Sampai di pintu belakang dia memang melihat pot besar yang ada di ujung. Dia segera mengangkat pot itu dan memang benar, ada kunci di sana. Segera dia mengambilnya dan memasukkan ke lubang kunci. Rama bernafas lega saat pintu itu terbuka. Gelap. Dia masuk ke dalam dan mencari tangga. Ada cahaya dari lantai dua yang bisa menjadi penerang. Rama naik ke lantai dua, dia sudah hafal butik ini karena memang saat masih bersama Naya, dia pernah beberapa kali ke sini.

Pintu kamar di ujung terbuka, tapi lampunya padam. Hanya ruang tengah saja yang lampunya masih menyala. Rama melangkah perlahan, lalu memasuki kamar itu. Dia segera menyalakan lampu dan seketika ruangan kamar itu tampak terang. 

Rama langsung melayangkan pandangannya ke arah kasur. Kayla memang sudah tertidur. Meringkuk seperti seorang bayi yang membutuhkan perlindungan. Rama menghela nafas dengan lega sekali lagi. Dia menjatuhkan ranselnya begitu saja ke atas lantai dan melangkah mendekati kasur.

Wajah Kayla tidak terlihat karena tertutup rambut yang tergerai panjang. Rama segera meraih selimut dan menyelimuti Kayla. Kalau seperti ini dia tidak tega. Wanita itu terlihat rapuh.

KISS THE MOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang