8. First?

32 5 0
                                    

Saat istirahat, Rain berjalan di koridor karena mencari Sakti. Dari bel berbunyi Sakti pergi entah kemana. Rain sudah mencari ke kantin bahkan ke kamar mandi cowok, tapi tetap tidak menemukan Sakti.

"Ngapain lo disini?" Ucap Rain mengagetkan Reyhan yang sedang duduk di bangku taman belakang sekolah.

"Cuma duduk duduk aja, lo ngapain kesini? Nyariin gue kan? Lo kangen kan sama gue? Udah ngaku aja!" Jawab Reyhan dengan percaya dirinya.

"Yee apaan lo! Orang gue nyariin Sakti, oh iya lo tau nggak Sakti dimana?" Tanya Rain dan duduk disamping Reyhan.

"Ya mana gue tau, emang gue emaknya Sakti yang harus tau dia dimana?" Bantah Reyhan dengan sewotnya

"Ya selaw kali, nggak pake ngegas gitu. Orang gue nanya nya baik baik juga,"

"Yaudah sih, baper amat kayak cewek!"

"Ya emang gue cewek!"

"Iya cewek covernya doang," ucap Reyhan dengan ketawa

"Buktiin dong kalo beneran cewek!" sambungnya

"Emang gimana cara buktiinnya?" tanya Raina dengan berkacak pinggang

"Lo besok harus bawain gue nasi goreng! Gimana?"

"Emang apa hubungannya nasi goreng sama buktiin kalo gue cewek?"

"Selain jelek, dodol juga ya otak lo. Gila ngga nyangka gue, sabar ya Rain," Reyhan menggelengkan kepalanya, tanda prihatin (pura pura ya gaiss, cuma mau ngerjain Raina doang kok- Reyhan)

"Gini loh, kalo cewek kan identik bisa masak. Nah cara buktiin kalo lo cewek ya dengan lo masakin gue nasi goreng. Harus masak sendiri, ga ada beli belian, inget!" tutur Reyhan panjang lebar

"Eh, gue tuh tau otak lo. Lo sengaja kan biar dapet makanan gratis, nggak gue nggak mau masak buat lo!" kata Raina sambil menoyor kepala Reyhan yang baru saja dihampirinya duduk bersebelahan.

"Bilang aja lo takut ketauan gak bisa masak! Udah ah, gue mau ke tengah lapangan buat ngumumin kalo sebenernya lo tuh bukan cewek! HAHAHA!" Reyhan langsung meninggalkan Rain yang masih loading mencerna ucapan Reyhan.

"Reyhan!!!!! Tutup mulut lo yaaaa!!!!!"

Tak mau kalah, Rain langsung mengejar Reyhan yang sebentar lagi akan sampai ke tengah lapangan. Dia tau banget sifat Reyhan, kalo dia bisa nekat ngelakuin apa aja. Emang dasarnya nggak punya malu kayanya.

"Woyy!! Gue ada pengumuman nih!!"
Teriak Reyhan setelah berhenti di tengah lapangan membuat siswa siswi yang berlalu lalang berhenti dan memusatkan perhatiannya ke arah Reyhan.

"Ternyata..." belum sempat mengatakannya, badan Reyhan ambruk karena ditabrak oleh Rain yang awalnya hanya mau menutup mulut Reyhan.

Mulut Rain dengan tidak sengaja menabrak pipi Reyhan, mata mereka beradu sesaat. Dengan perasaan sama, jantung yang berdebar di antara keduanya. Teriakan siswa siswa yang melihat pun pecah seketika. Rain yang tersentak langsung berdiri, disusul dengan Reyhan yang juga ikut berdiri.

"Sorry.." ucap Rain lirih sambil memegangi bibirnya, lalu berlari meninggalkan lapangan.

Sedangkan Reyhan, dengan tidak sengaja bibirnya tersungging tanda tersenyum. Aneh, Reyhan menyadari ada perasaan aneh dalam dirinya. Dia pun ikut serta meninggalkan lapangan dengan senyum yang masih tersisa.

Sakti juga turut menyaksikan kejadian tadi, entah ada rasa tidak suka di hatinya melihat Rain mencium pipi Reyhan. Sakti segera menghampiri Raina saat tau Raina pergi dari lapangan.

"Rain," panggil Sakti dan langsung di toleh oleh Rain dan membuatnya menghentikan langkah.

"Aduhhh Sakkk, beneran deh gue nggak tau kenapa tadi bisa kayak gitu. Beneran deh suwer nggak boong, gue nggak sengaja tadi astagahhh... Malu banget gueee.." keluhnya kepada Sakti setelah mereka duduk di bangku koridor. Memang hanya dengan Sakti dia akan terlihat sangat manja.

"Ya lu juga ngapain pake nubruk nubruk Reyhan segala?" tanya Sakti berusaha menutupi rasa cemburunya.

"Panjang deh ceritanya, lo juga kemana sih tadi? Gue tuh dari tadi nyariin lo tau gak!" jawab Raina yang kesal karena Sakti malah menyalahkan dirinya.

"Kepo!" ucap Sakti lalu meninggalkan Raina yang masih melongo atas jawaban yang Sakti berikan.

Raina pun mengejar Sakti dan berusahan menyamakan langkah Sakti.

"Sakti, kok gitu sih.. Rain kan nanyanya baik baik. Terus Rain nanya itu bukannya Rain kepo. Kan Rain peduli sama Sakti, kalo Sakti ilang gimana?" ucap Raina layaknya anak kecil yang merengek ke ibunya karena tidak dibelikan mainan yang dia mau.

"Emang kenapa kalo Sakti ilang?" Sakti pun mulai menggoda Raina untuk mengembalikan mood Raina lagi.

"Ya kalo Sakti ilang, siapa yang jagain Rain, siapa nanti yang Rain ajak main hujan kalo bukan Sakti," jawab Raina masih berusaha menyamakan langkah Sakti.

Sakti pun menghentikan langkah, Rain yang terus saja bicara tidak mengetahui kalau Sakti berhenti. Rain terus berjalan sambil ngomong panjang lebar, sedangkan Sakti menggelengkan kepala dari belakang.

"Woi mbaknya! Mundur! Cantiknya kelewatan!" teriak Sakti membuat Rain berhenti bicara dan menghentikan langkah. Dia menoleh dan ternyata Sakti tidak ada di sampingnya. Dia pun tersenyum mendengar ucapan Sakti barusan. Rain langsung berbalik dan tertawa menatap Sakti. Dia langsung menghampiri Sakti.

"Apa apa lo bilang tadi? Gue nggak denger deh. Coba ulangin dong kata katanya tadi," ucap Raina balas menggoda Sakti.

"Kayaknya barusan ada yang bilang gue cantik deh," sambungnya.

"Siapa emang yang udah bilang kalo lo cantik? Sini, suruh nemuin gue!" jawab Sakti dengan memasang gaya ngajak berantem.

"Emang mau ngapain pake suruh nemuin kamu segala?" tanya Nindy tidak paham apa maksud Sakti.

"Ya karena bohong dia!" jawab Sakti memasang wajah serius.

"Orang jelek kayak gini kok dibilang cantik. Cantik iya, kalo disandingin sama monyet.. Wlekkkk.." sambung Sakti sambil menjulurkan lidah dan berlari meninggalkan Raina.

"Saktiiiiiiii!!!!!! Awas lo yaa!!!" teriak Raina yang bisa di dengar sampai luar sekolah tentu saja. Raina berlari mengejar Sakti di depannya.

"Udahan ah, capek. Lari lari mulu," Sakti pun menyerah dan berhenti berlari.

"Sakti yang mulai duluan!" ucap Raina dengan menoel kepala Sakti.

Mereka berdua sudah ada di dalam kelas. Sedang enak enak berbicara, Sakti menemukan sebuah surat di loker mejanya, lagi.

"Wahh ada surat lagi, Sak!" ucap Raina dengan antusias. Dasar Bocah!

"Hmmm.." Sakti tidak mempedulikan apa isi surat itu, bahkan dia terkesan bodo amat aja.

"Semoga dinginmu cepat menghangat, dan hangat itu ingin segera aku rasakan. Semoga batumu cepat melunak, dan lembut itu ingin segera aku rasakan. Kamu harus tau, aku akan siap menjadi mentarimu, untuk mencairkanmu. Aku siap menjadi hujanmu, untuk mengikismu."

"Suratnya panjang, Sak. Bagus. Lo gak mau coba baca?" ucap Raina setelah membaca isi surat itu.

"Nanti aja, udah siniin suratnya," Sakti menaruh asal surat itu di dalam tasnya.

Tanpa mereka tau, ada seorang gadis, penulis surat itu. Melihat Sakti yang seakan acuh, tidak pernah mau membaca surat surat yang dia tulis untuknya.

Gadis itu pun berbalik menuju kelasnya, tapi dengan tidak sengaja dia menabrak seorang cowok.





Jangan lupa vote ya temen temen! Big love buat kalian ♥

Hujan dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang