"Makasih ya buk," ucap Sakti kepada salah satu penjual di kantin. Ibu itu hanya tersenyum sambil mengangguk menerima uang yang Sakti bayar untuk membeli air minum di tempatnya.
Setelah mendapatkan air minum yang dia cari sedari tadi, jangan kira Sakti akan langsung kembali ke kelas. Bosan bukan kalau lama lama sendirian di kelas menunggui Raina yang sedang enak enaknya tertidur? Jadi apa salahnya kan dia duduk sebentar di meja kantin? Lagi pula bel masih lama untuk berbunyi.
Sakti membalikkan badannya, langkahnya terhenti saat dia merasa dadanya menubruk seseorang, atau ditubruk? Benar saja, gadis yang ditubruknya kini badannya sudah terhuyung ke belakang untung saja tidak sampai jatuh
"Sorry sorry, gue nggak lihat kalo ada orang tadi," ucap Sakti seraya melepas earphone yang tadinya masih menempel di telinganya. Hmm..
"Iya, nggak papa," jawab gadis itu, masih belum mendongakkan kepala. Entah masih sibuk menunduk membenarkan apa.
Sakti mengamati lagi sosok gadis di depannya ini, sepertinya dia pernah melihatnya ya?
"Lo.. cewek yang waktu itu nabrak gue juga di depan kelas gue, kan?" tanya Sakti dengan sedikit ragu.
Tabrakan? Di depan kelas Sakti? Gue yakin kalian pasti tau siapa gadis itu.
Mendengar pertanyaan cowok tinggi di depannya, gadis itu langsung mendongak memastikan sebenarnya siapa pemilik suara yang sepertinya terasa familiar di telinganya itu.
Satu detik..
Dua detik..
Gadis itu hanya mengangguk seraya tersenyum canggung menjawab pertanyaan Sakti. Oh tidak tidak, dia tidak boleh terlihat aneh di depan Sakti. Baiklah, dia harus segera pergi dari hadapan Sakti. Benar, dia harus pergi. Sekarang juga.
Melihat gadis itu tiba tiba beranjak dari hadapannya, membuat Sakti bingung. Ada yang salah ya dengan pertanyaannya?
"Eh mau kemana?" dengan cepat Sakti menahan pergelangan tangan gadis itu, sebelum langkahnya semakin jauh.
Gadis itu hanya diam, merasai tangannya yang mulai dingin. Tubuhnya seperti mematung. Aduh plis deh, ini cuma ketemu Sakti bukan ketemu hantu. Kenapa harus setakut ini sih?
Perlahan gadis itu membalikkan tubuhnya. Berusaha terlihat biasa biasa saja.
"Em- anu, em- mau balik ke kelas," jawab gadis itu kelewat gugup. Ah kalau seperti ini, dia lebih memilih diinterogasi oleh ayahnya karena nilainya turun daripada harus berhadapan dengan Sakti.
Sakti langsung menarik gadis itu untuk duduk bersamanya di meja kantin. Itung itung buat temen ngobrol kan?
"Duduk,"
Gadis itu hanya mengangguk mengiyakan, lantas mereka berdua duduk berhadapan.
Sakti tertawa pelan, membuat gadis dihadapannya semakin bingung. Ada yang salah ya dengan penampilannya? Atau ada yang salah di wajahnya?
"Kenapa ketawa? Ada yang aneh ya di muka gue?" dengan susah payah dia berusaha mengumpulkan keberanian untuk bertanya pada Sakti. Dari pada dia semakin terlihat aneh?
"Enggak, tangan lo dingin banget tadi. Santai aja," jawab Sakti masih dengan sisa tawanya.
Gadis itu meremas rok sekolahnya. Kenapa dia harus terlihat selemah ini sih di depan Sakti.
"Sorry ya tadi gue main tarik tarik aja, kenalin gue Sakti, kelas 10 anak bahasa," ucap Sakti setelah meneguk air minumnya.
Mendengar ucapan Sakti, gadis itu segera menepis semua perkiraan perkiraan yang sedang berputar putar di kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan dan Kamu
Novela Juvenildari jutaan manusia yang hidup di bumi, tercipta diantaranya dua manusia yang bernama Reyhan dan Raina. dengan sikap Reyhan yang usil dan nggak bisa diem berhasil membuat Raina tiba tiba suka sama Reyhan