9. Ternyata

19 5 0
                                    

Tanpa mereka tau, ada seorang gadis, penulis surat itu. Melihat Sakti yang seakan acuh, tidak pernah mau membaca surat surat yang dia tulis untuknya.

Gadis itu pun berbalik menuju kelasnya, tapi dengan tidak sengaja dia menabrak seorang cowok.

--------

"Maaf maaf, gue nggak liat," ucap gadis itu.

Gadis itu langsung pergi meninggalkan cowok yang tidak sengaja dia tabrak, Sakti. Tanpa dia sadari, Sakti yang tadinya dia perhatikan tiba tiba muncul saat dia berbalik badan.

"Loh tunggu!" belum sempat selesai bicara, gadis itu sudah pergi meninggalkannya.

Sakti keluar kelas karena berniat ingin pergi ke kamar mandi. Dia pun meneruskan langkah, tetapi dia merasa ada yang mengganjal di bawah sepatunya.

"Gelang siapa ini, apa gelang cewek tadi ya? Yaudah gue simpen aja dulu nanti kalau ketemu lagi gue balikin," ucap Sakti pada dirinya sendiri.

-----

"Ya ampun kenapa jantung aku deg deg an banget ya, dodol banget si aku, sampe nggak sadar kalo tadi Sakti keluar kelas. Dia curiga nggak ya kalo aku yang ngirimin dia surat?" gerutu gadis itu pada dirinya sendiri.

"Baru kali ini aku bisa tatap muka sama Sakti sedeket itu," dia menghentikan langkah sejenak dengan menunduk kegirangan.

"Pokoknya aku harus bisa dapetin kamu, Sak." gadis itu menghembuskan napas dan tersenyum getir.

Bagimana tidak, sudah dua kali gadis itu mengirimkan surat untuk Sakti, tapi Sakti tetap tidak peduli. Tidak mau tau lebih tepatnya.

"Pokoknya gue harus tetep semangat buat ngejar Sakti, ya walaupun secara diam diam sih.. Gue yakin, perlahan Sakti akan sadar atas keberadaan gue.. Semangat!" ucap gadis itu kepada dirinya sendiri.

Gadis itu pun segera berlalu menuju kelasnya.

"Bell!" panggil seorang cowok yang membuat gadis itu menoleh.

Ya! Nama gadis pengirim surat itu adalah Bella, Bella Safira. Kelas X jurusan IPA.

"Apaan dah? Teriak teriak, jangan samain kebiasaan lo disini sama di hutan dong, Rey!" ucap Bella menyahuti cowok tersebut.

Ya! Cowok tersebut adalah Reyhan. Ternyata dunia ini sangat sempit ya!

"Ah rese lo!" ucap Reyhan sambil mengacak acak rambut Bella.

Mereka berdua memang sudah bersahabat sejak kecil. Tidak heran kalau mereka bisa sedekat itu. Bella sudah menganggap Reyhan seperti adiknya sendiri, dengan sifat Reyhan yang kekanak kanakan seperti itu, masa iya dia menganggap Reyhan sebagai kakaknya? Aneh aneh saja.

"Bell, gue tadi nggak sengaja lihat lo ada di depan kelas gue. Ngapain? kangen ya lo sama gue?" ucap Reyhan dengan berjalan dan merangkul pundak Bella.

Bella yang ketahuan sudah seperti disemprot air saja. Tidak tidak, dia tidak boleh ketahuan kalau dia naksir sama Sakti, temen sekelas sahabatnya sendiri. Bisa bisa habis dia diledeki oleh Reyhan!

"Pengen banget lo gue cariin?" ucap Bella menggoda.

"Urusin dulu sono cewek yang udah lo cium tadi di lapangan!" sambung Bella dengan tertawa terbahak.

Hujan dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang