1

10.3K 869 81
                                    

“Aha aku tau solusinya! MIEEEEE GELAAAAAAAAAS!”

Kudengar suara iklan tv yang volumenya melebihi volume headsetku. Aku tak mempedulikannya dan lanjut bermain game di komputerku.

Kemudian kudengar suara langkah kaki yang terburu-buru.

“Kak...Dek...Mama sama Papa...keluar kota...urusan kerjaan...uang...rekening...pesan...beli...di kulkas cuman ada ice cream...mama sama papa berangkat!” aku tak begitu mendengarnya karena aku mengeraskan volume headsetku karena suara adikku yang mengganggu tadi.

Tapi aku paham, jadi... Mama dan Papa pergi keluar kota karena urusan kerjaan, dan uang sudah ada di rekeningku, urusan makan tinggal pesan atau beli, dan ada ice cream di kulkas!

Segera aku meninggalkan kamarku dan menuju dapur untuk mengambil ice cream ku.

“Mn.. enak.” teksturnya yang lembut dan dingin, serta rasa manis eskrim vanilla ini meleleh di mulutku.

Tiba-tiba suara langkah kaki yang keras terdengar.

“E-eh kak itu kan ice cream adek! Jangan dimakan donk!”

“Apasih dek, itu masih banyak juga.”

Aku langsung pergi meninggalkan adikku yang diam berdiri sambil cemberut.

_____________________________

Aku duduk di ruang keluarga, kulihat acara tv yang membosankan, drama rumah tangga yang ada di channel ikan terbang, karena tak tahu dimana letak remote aku biarkan saja lagu drama di credit terputar begitu saja.

“Bila waktu t’lah berhenti--”

Tuk. Tuk. Shh..

Apa yang akan dia lakukan? Memasak? Dia kan ga bisa masak.. tuh kan aku mencium bau gosong--

“KAK... KAKAK TOLONG ADEK KAK... KEBAKARAN!”

--sudah kuduga.

Aku langsung berlari menuju dapur, segera aku melepas baju membasahinya dengan air di kran dan kumatikan api dengan bajuku. Api pun padam.

Aku segera menarik lengan adikku, menuntunnya menuju ruang tamu. Dia menangis terus menerus, mungkin dia masih trauma dengan api akibat kejadian dulu...

Perlahan tanganku bergerak sendiri kemudian mengelus rambutnya dengan pelan. Ketika dia sudah tenang, kutepuk pelan kepalanya dan berdiri.

“Kakak nggak berangkat sekolah lagi?”
“Kakak sedang ingin belajar di rumah.” aku tersenyum pada adikku.

Malam ini kami memesan makanan cepat saji untuk makan malam, karena jika membeli bahan dan memasak akan memakan waktu yang lebih lama. Adik pasti sudah lapar.

_____________________________

Saat kurir datang membawa makanan aku langsung membuka pintu dan membayarnya, kemudian kami langsung kembali ke kamar masing-masing sambil membawa makanan. Padahal tadi kami berniat untuk makan bersama.

Aku ke kamarku dengan membawa kotak pizza di tangan. Duduk di depan komputerku, lalu kuletakkan kotak pizza di meja sebelah kananku.

Kumakan perlahan potongan pizza sambil menonton anime Kimetsu no Yaiba. Anime ini membuatku teringat akan adikku, dan diriku yang tak bisa berbuat apa-apa.

Aku tak kuat dan berjuang keras seperti Tanjirou. Jadi aku sering bertanya-tanya kepada diriku, bagaimana jika adikku dalam bahaya dan aku tak bisa menolongnya?

Tadi aku masih dapat menangani kebakaran kecil di dapur, namun jika kebakaran yang lebih besar terjadi bagaimana? Atau apabila ada perampok yang datang apa yang harus kulakukan? Menghadapi para pembully saja aku kalah.

“Aku akan melindungi Nezuko! Walau--”

Eh? Kenapa layarnya tiba-tiba mati? Apa litriknya padam?

“Ah..”

Kulihat pantulan bayangan diriku di komputer.

Luka-luka di wajahku sudah hilang sepenuhnya. Rambutku pun sudah mulai memanjang, mungkin nanti aku akan meminta Mama untuk mecukur rambutku.

Kupegang perlahan pipiku. Sudah lama aku tidak melihat bayangan diriku sendiri.

“Hmm..”

Aku kemudian mencoba tersenyum.

“Tidak, tidak..”

“TOLONG!”

Mendengar teriakan adek, aku langsung berlari menuju kamarnya.

“Dek? Ada apa?”

“Dek?”

Tiba-tiba ada tangan-tangan hitam yang keluar dari laptop adikku dan tubuhku pun tertarik.

Pandanganku menjadi gelap, tubuhku terasa ringan. Apa yang terjadi?

Otakku masih belum bisa memproses apa yang sedang terjadi saat ini. Apakah ini mimpi? Atau kenyataan?

Perlahan, aku mulai melihat cahaya. Cahaya itu lama kelamaan semakin mendekat.

Namun begitu aku membuka kedua mataku, aku melihat langit biru. Matahari tertutup oleh awan-awan. Angin sepoi-sepoi menyentuh tubuhku, juga membuat rumput-rumput bergoyang.

Suasananya begitu damai dan menyejukkan hati.

Sampai kudengar langkah kaki seseorang mendekat kepada diriku yang tengah berbaring di padang rumput ini.

“Hey.”

_______________________________

[END] Kimetsu no Hikikomori || Boy versionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang