6

6.7K 579 62
                                    

Hari ini aku berlatih lagi dengan Shinobu-san. Dia masih tersenyum seperti itu setelah sengaja mendorongku kemarin, seperti tak terjadi apa-apa. Yah, untung saja ada Giyu-san yang menangkapku.

“Ayo cepat lari~”

Aku berlari terus seperti yang kulakukan kemarin, sementara Shinobu-san duduk santai di tengah sambil meminum teh.

“Ara~ apa kau mulai lelah? Larimu semakin melambat~”

Ugh, padahal aku sudah berusaha sekuat tenaga. Apa yang kau harapkan dari hikikomori ini?

“Haa.. haa..”

Aku sudah melebihi jumlah putaranku kemarin.. jadi aku sudah mulai merasakan pusing.

“Sudah cukup~ kemarilah dan minum ini.”
“Ah.. Baik.”

Aku berhenti lalu berjalan pelan mendekati Shinobu-san. Dia menyuruhku untuk duduk dan minum.

“Aku membuatnya dari sperma Tomioka-san lho~”
“Ukh--”

Aku tersedak karena terkejut dengan apa yang ia katakan.

“Are~ apa kau mempercayainya? Tentu saja tidak mungkin aku membuatnya dari cairan milik Tomioka-san.”
“...Shinobu-san...”
“Hehe~ maaf~ maaf~ karena reaksimu menarik  rasanya aku jadi ingin terus menjahilimu.”

Aku hanya menarik napas dalam, dan meminum air yang diberi Shinobu-san sampai habis.

Yah, memang ini bukan terbuat dari cairan milik Giyu-san.. karena jika iya aku pasti mengetahui rasanya begitu aku meminum air ini.

“Ayo kita bermain kejar-kejaran lagi~! Kali ini kita perluas jangkauannya sampai ke hutan~!”
“Eh? Shinobu--”

Sebelum aku sempat bertanya dia sudah pergi. Aku pun mengikutinya. Dan sama seperti kemarin, baru sebentar saja aku sudah kehilangan jejaknya.

Namun aku terus melanjutkan perjalananku sampai masuk ke seluk beluk hutan. Aku memberi tanda di setiap pohon yang kulewati dengan batu runcing. Hal ini kulakukan supaya saat kembali nanti jika aku ditinggal Shinobu-san aku tidak tersesat.

Walau cuaca sedang cerah, karena aku berada di dalam hutan aku jadi tak kepanasan karena banyak pohon tinggi dengan daun yang lebat disini.

“(M/n)-kun~ cepatlah~ atau nanti kau akan kutinggal~”

Aku menoleh ke arah suara dan kudapati Shinobu-san sedang duduk di batang pohon yang tinggi. Saat aku berlari ke arahnya dia berdiri dan ikut berlari juga.

“Hehe~ jika kau tidak menambah kecepatanmu kau tidak akan dapat menyusulku~”

Shinobu-san semakin menjauh saja. Coba saja kalau ada motor disini, mungkin aku bisa menyusulnya.

“Hati-hati lho~ disekitar sini ada perangkap dan lubang~”

Baru saja Shinobu-san memberi peringatan kepadaku, aku terjatuh ke dalam lubang.

“Ukh... Sakit.”

Yah walau mungkin ini belum seberapa dibandingkan dengan latihan yang dilakukan Tanjirou. Aku berdiri kemudian keluar dari tanah. Untung saja lubangnya tak terlalu dalam jadi aku bisa keluar dengan mudah.

Aku langsung berlari lagi mencari Shinobu-san. Aku tak memiliki penciuman tajam seperti Tanjirou jadi cukup sulit bagiku untuk mencari tahu ke arah mana Shinobu-san berlari.

“Uwah!”

Aku terjatuh ke dalam lubang lagi saat mencoba menghindari perangkap berupa jarum paku yang berada di dalam tumpukan daun kering.

Yah, ini lebih baik daripada kakiku berdarah terkena paku. Kedalaman lubang hampir se leherku, jadi cukup sulit untuk keluar dari lubang ini.

Aku melanjutkan lariku sampai menemukan Shinobu-san. Namun aku belum menemukannya. Sudah jam berapa sekarang? Aku tidak tahu.

Awan-awan mulai menutupi matahari, membuat suasananya bertambah sejuk ditambah dengan angin sepoi-sepoi yang meniup diriku.

__________

Tunggu dulu.. dimana aku sekarang? Sejak melihat Shinobu-san aku lupa meninggalkan tanda di pohon, sekarang bagaimana caranya aku kembali? Aku tak menyadari bahwa hari sudah gelap.

“Hmm, ku ikuti saja jalan ini.”

Semakin aku berjalan maju, semakin banyak semak belukar yang menghalang jalan. Kimono yang kupakai juga sudah kotor dan ada sedikit bekas sobekan, mungkin terkena ranting-ranting pohon. Padahal ini bukan baju milikku, apa tidak apa-apa ya?

Saat keluar dari semak belukar ternyata datarannya miring, namun karena terlambat menyadarinya aku pun terjatuh ke bawah dengan posisi tengkurap.

“Sakit..”

Untung saja kepalaku tidak membentur sesuatu yang keras, seperti batu dan pohon misalnya.

Aku berdiri lalu berjalan memasuki desa tersebut. Desa ini sangat sunyi.. yah karena hari sudah gelap, mana ada orang yang mau keluar malam-malam begini. Karena nanti jika bertemu oni mereka akan dimakan.

Oni.. bukannya aku sendiri juga dalam bahaya? Berkeliaran di malam hari seperti ini sendirian tanpa senjata. Gawat, aku harus segera mencari tempat aman tapi dimana?

Aku terus berlari sambil melihat ke kanan dan ke kiri. Keringat dingin bercucuran di tubuhku. Jantungku berdetak dengan sangat keras. Bagaimana ini? Bagaimana jika aku bertemu dengan oni? Apa aku akan mati?

Tiba-tiba sesuatu jatuh menindihku saat aku sedang berlari. Aku pun jatuh tengkurap. Apa yang ada di punggungku? Apa itu oni? Atau--

_____________________________________

_____________________________________

[END] Kimetsu no Hikikomori || Boy versionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang