4

7.4K 664 49
                                    

“(M/n)-san, ini sarapanmu! Silakan dinikmati. Jangan lupa minum obatnya juga ya.”
“Iya, terimakasih.”

Jujur saja disini aku merasa sangat nyaman. Makanannya enak, tempat mandi pun luas. Ditambah disini suasananya tenang, tidak berisik. Yah, kurasa tinggal disini saja terus tidak masalah.

Setiap hari aku hanya di kamar, keluarpun saat mandi saja atau saat disuruh. Tinggal disini membuat kebiasaanku mengurung diri di kamar berkurang hanya sedikit. Yah biasanya aku hampir tak pernah bicara seharian kepada orang lain kecuali adik atau orangtuaku.

“(M/n)-kun~ Ayo ikuti aku~”
“Shinobu-san. Um, kita mau kemana?”
“Ikuti saja ayo, ayo~ nanti kau tau~”

Shinobu-san menarik lenganku begitu saja. Dia terus menarikku sampai kami tiba di tempat tujuan.

“Shinobu-san, ruangan apa ini?”
“Dojo*~! Aku ingin kau berlatih disini setiap hari mulai hari ini. Lukamu juga sudah sembuh kan? Jika kau hanya tiduran di kasur terus tubuhmu akan menjadi lemah, dan menjadi anak nolep(?) Yang tak berguna~”

Entah mengapa kata-katanya sangat menusuk.

“Hm... Latihan, tapi apa saja yang harus kulakukan?”

Berkelahi saja aku selalu kalah dan babak belur, dan mendapat banyak luka. Namun luka tersebut kini sudah menghilang berkat perawatan yang diberikan kepadaku disini.

“Hmm~ apa kau pernah memakai katana?”
“Tidak.”
“Bela diri?”
“Aku pernah mencobanya, tapi aku berhenti.”

Shinobu-san berhenti sebentar sambil berpikir.

“Ah! Kalau begitu bagaimana dengan panah atau tembakan?” tanyanya dengan antusias sambil tersenyum lebar.
“Mu-mungkin sedikit bisa.”
“Yosh, ayo kita coba dulu~!”

Shinobu-san mendorongku masuk ke dalam dojo. Di dalamnya begitu luas, terdapat beberapa alat juga di dalamnya. Dan ada seorang perempuan sedang berdiri di dalamnya.

“(M/n)-kun, dia Kanao, dia akan menjadi guru latihanmu.”

Kanao hanya tersenyum kepadaku.

“Kalau begitu aku pergi dulu ya~ Kanao, kuserahkan (M/n)-kun padamu.”
“Baik.”

“Salam kenal, Kanao.”
“...”

Kanao menunjukkan letak panah dan anak panah kepadaku. Lalu menyuruhku untuk menembak guci kecil dengan jarak 5 meter, 10 meter, dan 15 meter.

Sudah lama aku tak memegang panah.

Aku memasang kuda-kuda, lalu menarik napas dalam. Kulihat targetku terlebih dahulu, lalu kutarik anak panah dan--

--CTAR!!

Aku pun melanjutkan menarik anak panah lainnya untuk menembak target kedua dan ketiga.

“Kanao, apa lagi yang harus kulakukan?”

Kanao menatapku sebentar, lalu tersenyum dan pergi keluar dojo.

Yah, kurasa aku butuh istirahat?

“Haa..”

Padahal aku hanya menembakkan tiga anak panah tapi tenagaku sudah terkuras banyak. Mungkin karena aku jarang berolahraga. Kurasa aku akan tidur sebentar untuk mengisi energiku kembali..

____

“(M/n)...”

(M/n)-kun~!”

Aku terkejut lalu membuka kedua mataku dan melihat Shinobu-san yang sedang menepuk kedua pipiku.

“Akhirnya kau bangun juga. Kudengar dari Kanao bahwa kau sudah menembak semua targetnya? Bagus~ Tapi jangan bersantai dulu, setelah ini larilah keliling dojo ini sekuat tenaga sampai aku bilang sudah, oke? Aku akan melihatmu~”
“Berlari? Baiklah...”
“Bagus! Kalau begitu, Tu~ Wa~ larilah~!”

Aku langsung berlari begitu Shinobu-san menarikku berdiri lalu mendorongku.

Shinobu-san terus menatapku sambil tersenyum di tengah-tengah dojo.

____

Di putaran ke 40 napasku sudah mulai terengah-engah. Namun Shinobu-san masih belum menyuruhku untuk berhenti.

____

Di putaran ke 60 lariku sudah mulai melambat, dan pandanganku mulai berkunang-kunang.

____

Di putaran ke 78 aku merasa mual. Rasanya ingin muntah.

____

Di putaran 83 aku terjatuh.

“Shi.. nobu-san... Haa.. haa.. aku sudah tak kuat lagi...”
“Benarkah? Baiklah. Mari kita sudahi dulu latihan fisiknya. Minumlah ini~”

Aku duduk bersandar ke tembok, lalu Shinobu-san perlahan mendekatiku. Dia memberiku sebuah botol berisi cairan. Aku pun menerimanya, lalu kuminum.

“Terimakasih banyak Shinobu-san.”
“Bukan Masalah~ saa~ ayo kita mulai latihannya lagi~! Sekarang coba kejar aku ya~”
“Eh?!”

Shinobu-san lalu berlari keluar dojo dengan cepat. Aku pun segera berlari menyusulnya.

Drap. Drap.

“Haa.. haa..”

Baru saja duduk sebentar, aku langsung disuruh berlari lagi. Mengejar Shinobu-san, sang Pillar Serangga. Ukh. Mana mungkin aku bisa mengejarnya.

“Shinobu-san..!”

Gawat, aku kehilangan jejaknya. Apa dia keluar? Hmm tapi sepertinya tidak, karena gerbangnya ditutup.. kurasa aku akan mencarinya sebentar.

_____

Sudah sore hari. Kalau aku belum menemukannya aku tak akan bisa istirahat.

Aku sudah berputar-putar sekitar sini tapi masih belum menemukan Shinobu-san. Tunggu, aku belum memeriksa bagian atap.

Aku pun berjalan sambil melihat ke atap, dan bingo! Aku melihat Shinobu-san, dia sedang menatapku sambil tersenyum.

“Ara~ (M/n)-kun, kau baru saja menemukanku? Aku sudah melihatmu dari tadi~ hehe~ ayo naik kesini atau latihan hari ini tak akan selesai~”

Naik..? Serius? Bagaimana caranya?

“Aku tidak bisa naik..”

_________________________________

A/n :

Dojo = bangunan tempat kompetisi, pertandingan, latihan, dan belajar untuk semua cabang seni bela diri Jepang. 

[END] Kimetsu no Hikikomori || Boy versionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang