4. Her love for music
Suara petikan gitar terdengar dari luar beranda. Seulas senyuman menghiasi bibirku tak kala aku mengetahui lagu yang dimainkan. Sambil menikmati kopi hitam yang baru saja diseduh, jemariku beradu dengan meja kayu. Menciptakan ketukan yang seirama dengan lagu yang dimainkan. Ketukan itu semakin cepat ketika sang gitaris mulai menaikkan temponya. Samar-samar aku pun mulai mendengar suara nyanyian seseorang. Tanpa ku sadari bibirku mulai mendendangkan sebuah lagu.
Sekelebat kenangan berputar di otakku bagaikan dream catcher yang bergantung di jendela balkon. Seiring dengan itu, jemari ini pun semakin kuat beradu mengiringi lagu. Sama kuatnya seperti hembusan angin yang membuat benda itu kian berputar. Dimana dalam putarannya dia seolah menarikan sebuah tarian tiruan alam raya untuk menyambut datangnya pagi.
Hingga akhirnya suara nyanyian itu tidak terdengar lagi. Begitu pun dengan petikan gitar akustik tersebut. Namun tidak lama kemudian, terdengar suara lagi. Kali ini bukan suara nyanyian, maupun petikan dawai. Melainkan suara langkah kaki seseorang yang semakin dekat. Hingga aku bisa melihat wujud suaranya.
Seorang gadis berambut hitam yang digerainya bebas memasuki ruangan. Di tangannya sebuah gitar akustik berwarna cokelat dipegangnya dengan erat, "Selamat pagi" sapa seseorang begitu melihatku. Gadis berambut hitam itu kemudian meletakkan gitarnya di sofa dan menyiapkan semangkuk sereal untuk sarapan.
"Rasanya aneh melihatmu sudah bangun se-pagi ini." Komentarku ketika gadis itu duduk tepat di hadapanku dan mulai menuangkan susu di serealnya.
"Aku selalu bangun pagi, Seul." Sahutnya datar.
"Tidak ketika akhir pekan, Hyun." Bantahku cepat. "Ini adalah akhir pekan."
Mendengar pernyataanku, gadis berambut hitam itu hanya tertawa. Karena apa yang ku katakan memang benar adanya. Joohyun sahabatku bukanlah orang yang menyukai bangun pagi. Walaupun dia memang melakukannya setiap hari untuk pergi kuliah, namun ketika akhir pekan tiba, jangan harap kau bisa melihat dia bangun lebih awal. Gadis pemalas itu akan memulai harinya setelah matahari hampir berada di atas kepala. Karena itu melihatnya sudah beraktivitas di pagi hari menimbulkan sebuah tanda tanya di benakku.
Apakah ini benar-benar Bae Joohyun?
"Haha, entahlah. Mungkin moodku sedang baik hari ini." Sahutnya dengan riang.
Aku meletakkan cangkir kopi yang ku pegang di meja dan menatapnya dengan tertarik. "Oh iya? Aku turut senang mendengarnya." Ujarku dengan lega.
Akhir-akhir ini aku cukup mengkhawatirkan keadaannya. Pasalnya Joohyun yang energik dan periang, kini mulai terlihat murung dan tidak bersemangat. Seperti ada sesuatu yang salah pada dirinya. Ketika aku menanyakan tentang ini padanya, dia hanya berkata bahwa dia baik-baik saja. Dia menjelaskan bahwa dia hanya kelelahan dan merasa jenuh akibat jadwal kuliah dan praktikum yang sangat padat. Jangan lupakan tugas dan laporan yang selalu mengejarnya menyebabkan dia harus mengurangi jam tidurnya. Aku tidak bisa membantu banyak soal itu. Karena aku pun mengalami hal yang serupa.
Joohyun mengangguk kecil sebelum dia memasukkan satu suapan besar ke dalam mulutnya. "Baru saja aku bermain gitar di luar. Rasanya sangat menyenangkan. Mungkin itu yang menaikkan moodku hari ini."
"Aku tahu. When The Winds Blows milik Yoona bukan?" Tanyaku mendelik.
"Kenapa kau―" Namun pertanyaannya dengan cepat berganti dengan seulas senyuman. "―tentu saja kau tahu. Kenapa aku harus mempertanyakan itu lagi?"
Senyuman kecil mulai menghiasi bibirku ketika melihat Joohyun memandang gitarnya. Aku tahu gadis itu sangat mencintai gitar miliknya, seperti benda itu adalah benda yang paling berharga baginya. Tak jarang kami sering membuat cover lagu, dengan aku sebagai penyanyi dan dia yang memainkan gitarnya. Namun akhir-akhir ini dia jarang sekali memainkannya. Salah satu alasannya adalah karena jadwal kami berdua cukup padat. Dan mungkin ada alasan lain yang dia tidak ceritakan padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The List
Fanfictionhttps://kangseul.wordpress.com/ Seulgi mencintai Joohyun sahabatnya sejak SMA. Hanya saja hubungan persahabatannya yang sudah cukup lama itu membuatnya ragu untuk mengungkapkan perasaannya. Berbekal ide gila dari Seungwan untuk mengungkapkan cintany...