My best friend [1]

582 145 38
                                    

16. My best friend [1]

Pandanganku terpaku pada Profesor yang berdiri di depan kelasku. Beliau menjelaskan materi tentang mekanika fluida. Materi yang biasanya membosankan dibawakan olehnya kini terasa sedikit menyenangkan. Atau mungkin materi yang tidak aku mengerti itu menjadi satu-satunya hal yang bisa mengalihkan pikiranku dari hal yang lain. 

Bila orang pernah bilang bahwa waktu akan mengobati segalanya, aku mungkin akan setuju dengannya. Waktu berlalu begitu cepat, hingga kondisiku kini bisa pulih seperti sedia kala. Butuh dua bulan bagiku untuk bisa berjalan normal kembali. Di masa itu, kehadiran sahabat-sahabatku, keluarga, serta teman-temanku yang terus mendukungku menjadi sumber semangatku untuk pulih. 

Sahabat

Aku menggenggam pulpenku dengan keras. Memori tentang malam itu tidak bisa ku lupakan sama sekali. Apa maksud dari perkataan Joohyun? Sampai sekarang aku tidak mengerti. 


"Walaupun mimpi itu kembali, aku akan selalu di sini. Menarikmu dari mimpi buruk itu dan menenangkanmu. Kau tidak akan sendirian."

"Benarkah?"

"Always, unconditionally. As you love me unconditionally."


Apa yang gadis itu maksud dengan as you love me unconditionally? Apa itu artinya Joohyun selama ini mengetahui perasaanku padanya. Apakah Joohyun mengetahui bahwa aku mencintainya lebih dari sahabat? Aku tidak mengerti maksudnya. Ketika suatu ketika aku bertanya padanya soal ini, Joohyun hanya mengalihkan pembicaraan. Tidak mau membahas lebih dalam soal ini. Ada apa sebenarnya?

Aku mengcengkram erat pulpenku dengan kuat. "Sialan!" Umpatku pelan. 

"Nona Kang, ada sesuatu yang ingin kau sampaikan?" Tanya Profesor Adam tiba-tiba padaku. Kini semua perhatian mahasiswa di kelasnya tertuju padaku. 

Aku menelan ludah dengan gugup dan membenarkan posturku. "Tidak― ada, Profesor."

Profesor paruh baya itu menatapku tajam selama beberapa saat, seperti tidak percaya dengan apa yang aku katakan. Setelah beberala lama akhirnya dia mengalihkan pandangannya ke monitor laptopnya. 

"Jika mata kuliah ini tidak menarik bagimu, aku tidak memaksamu untuk tetap hadir. Silakan tanda tangani absensi, dan keluar dari kelasku." Ujarnya datar membuat satu kelas mendadak hening. 

"Tidak Pak, aku ingin mengikuti kuliahmu." Jawabku seyakin yang ku bisa. 

Profesor Adam menatapku sekali lagi. "Jika kau ingin tetap di sini, tolong serius. Aku mengerti kau masih masa pemulihan dari kecelakaan. Namun aku perhatikan ragamu memang di sini, tapi aku bisa melihat bahwa pikiranmu melayang entah kemana." Ujarnya dengan tegas. "Tolong hargai orang yang mengajar di depanmu, Nona Kang."

"Baik, Pak. Aku tidak akan mengulanginya."

Aku menggelengkan kepalaku cepat. Profesor benar, aku bisa memikirkan masalah itu nanti. Sekarang aku harus fokus pada studiku, namun berkali-kali ku coba, pikiranku tetap melayang pada seseorang. 


"Joohyun, sebenarnya apa yang terjadi." Lirihku pelan. 

***


"Kau terlihat buruk." 

Suara seseorang membuatku mengalihkan perhatianku dari tugas yang sedang ku kerjakan. Kembali ke kampus dengan menggunakan tongkat membuatmu ingin banyak menyendiri, karena itu aku memilih perpustakaan untuk tempatku mengerjakan tugas. Selain karena tidak ada yang menggangguku di sini, suasana di sini pun sangat sunyi. Cocok menjadi tempat untuk menjernihkan pikiran. Seungwan duduk disebelahku dan menyenggol bahuku pelan. "Ada apa?"

The ListTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang