Black and White

574 122 33
                                    

18. Black and White

Apakah kau pernah membayangkan mengapa hitam dan putih tidak pernah menyatu? Hitam sering dianalogikan sebagai sesuatu yang jahat, gelap, dan buruk. Lain halnya putih yang dianalogikan sebagai sesuatu yang baik, terang, dan suci. Kalian juga pasti pernah mendengar istilah Ying and Yang, Light and dark, Good and Evil. Hitam dan putih juga menyimbolkan sebuah pertarungan antara kebaikan yang murni dan kejahatan yang absolut. Dua warna tersebut saling bertentangan, namun menjadi saling bersinergi ketika saling mengisi satu sama lain. Seperti kedua sisi mata koin, berbeda namun tetap satu tubuh. 

Ketika aku bertanya mengapa Joohyun menyukai hitam dan putih, gadis itu hanya tersenyum. Dia hanya mengatakan bahwa dia tidak bisa memilih di antara keduanya, sehingga dia menyukai dua warna tersebut. Sekarang, melihatnya mengenakan setelan turtle neck berwarna hitam dan celana jeans putih membuatku tersenyum kecil. Gadis itu benar-benar maniak hitam dan putih. 

"Menurutmu yang mana yang bagus, Seul?" Tanyanya sambil menunjukkan kedua ponsel android di depanku. 

"Aku pikir warna putih bagus untukmu." Tunjukku memilih Samsung Galaxy A71 berwarna putih di tangan kanannya. 

Joohyun menaikkan alisnya. "Benarkah? Kenapa menurutku yang berwarna hitam malah lebih bagus, ya?"

You don't say. 

Aku memutar bola mataku dengan cepat. "Jadi kau mau warna apa, Hyun?"

"Hitam." Ujarnya sambil memperlihatkan senyuman yang lebar. 

"Baiklah."

"Sebenarnya kau tidak perlu membelikanku ponsel yang baru, Seul."

"Tidak masalah." Aku menyerahkan kartu kreditku pada staff toko untuk memproses pembayarannya. "Maafkan aku, karena ulahku ponselmu jadi jatuh ke laut. Sudah sewajarnya aku menggantinya, Hyun."

"Aku sudah bilang tidak masalah, Seul. Lagi pula ponselku jatuh saat kita bermain air waktu itu. Aku lupa meletakkannya di tas. Itu karena kebodohanku."

Semua ini terjadi karena ulah jahilku pada Joohyun. Aku ingat setelah kami melewati malam penuh air mata itu, di pagi harinya kami menghabiskan pagi sampai siang hari bermain di pantai. Aku mendorong Joohyun ke air, tidak mengetahui bahwa gadis itu menyimpan ponsel di sakunya. Ketika Joohyun menyadari bahwa ponselnya ada di saku, semuanya sudah terlambat. Ponselnya sudah terlanjur terendam. Air laut membuat ponsel Joohyun korosif dan menyebabkannya mati total. 

"Tidak, ini salahku. Lagi pula sepertinya kau sudah harus mengganti ponsel. Kau pernah mengeluh waktu itu memori penyimpananmu tidak cukup lagi kan?"

Joohyun menghela napasnya pelan. "Baiklah, kau benar. Sepertinya aku tidak akan pernah memenangkan perdebatan ini. Terima kasih, Seulgi."

Staf toko tersebut menyerahkan ponsel yang baru pada Joohyun beserta dengan kotak penyimpanannya. Kami mengucapkan terima kasih dan segera berlalu dari toko tersebut. Karena kami berdua lapar, kami memutuskan untuk makan siang di restoran yang ada di mall ini. Joohyun memilih untuk makan di restoran Korea karena rindu dengan masakan di kampung halamannya. 

"Ya ampun, ini enak sekali! Aku sudah lama tidak makan ini!" Sahutnya sambil menyantap daging BBQ. 

Melihatnya makan dengan lahap aku tertawa kecil. "Hei, tenanglah. Kau seperti orang yang kelaparan saja, Hyun."

Gadis itu mengunyah makanannya dengan lahap hingga kedua pipinya nampak seperti hamster. "Aku lawpar. Jangan salahkan aku... mmmhmpphmmm."

Saking lahapnya, Joohyun tidak menyadari bahwa dia makan dengan berantakan. Hingga bibirnya dipenuhi saus. Melihat itu aku mengambil tissue dan mengelap saus BBQ dari bibirnya. Hal itu membuat Joohyun tiba-tiba tersentak kaget. "Hei..."

The ListTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang