She takes care of me [1]

797 134 22
                                    

14. She takes care of me [1]

"Apakah aku terlihat lebih baik dengan rambut ini?" Tanyaku ketika Joohyun selesai mengeringkan rambutku dengan hair dryer. 

"Tentu saja! Kau terlihat keren."

Aku menatap gadis itu melalui cermin. "Tapi awalnya kita ingin warna ungu tua bukan?"

"Ya, tapi aku pikir lilac jauh lebih cocok denganmu."

Aku kembali memandangi rambut baruku di cermin. Sudah lama aku ingin mencoba mewarnainya seperti Sooyoung. Tapi baru saat ini niat itu bisa terlaksanakan. Dan memiliki sahabat yang bisa mewarnai rambutmu akan lebih hemat dari pada kau pergi ke salon bukan?

"Tapi entah kenapa ini terlihat seperti warna ash grey di kamera." Komentarku ketika melihat video yang Joohyun ambil saat merekam rambutku dari belakang. 

"Tapi kenyataannya tidak terlalu terlihat abu-abu. Harus kuakui rambutmu mudah untuk diwarnai. Ya, walaupun kita harus menghabiskan enam bungkus bleach." Ujarnya sambil tertawa kecil. "Tapi prosesnya hanya sekali. Jauh dari ekspektasiku."

Aku menatapnya dengan ragu. "Apakah itu kedengarannya bagus?"

Joohyun mengangguk cepat. "Tentu saja! Aku kira ini lebih susah dari yang ku bayangkan. Ternyata malah lebih mudah. Lalu kau tahu kenapa hasilnya bisa bagus?"

"Kenapa?"

"Karena aku yang mewarnai rambutmu." Tunjuk dirinya sendiri dengan sombong. 

Mendengar itu aku memutar bola mataku cepat. "Ya ya, terima kasih hairstylist-Hyun."

"It's my pleasure Ms. Kang." Gadis itu menyisir rambutku dengan rapi kemudian membelainya lebut. Lewat bayangan yang terpantul di cermin, aku bisa melihat raut wajahnya kini berubah khawatir. 

"Ada apa? Kau menatapku dengan aneh." Aku berusaha memecah keheningan diantara kami berdua. 

"Hei, apa kau tidak mau menginap? Ini sudah malam, Seul." Tanyanya dengan lembut. Kedua tangannya memegangi bahuku seakan tidak ingin membiarkanku pergi. 

Aku melihat jam tanganku. Waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 pm. Sudah cukup malam untuk pulang sekarang, namun aku masih harus mengerjakan tugas dan mengirim laporan besok pagi. Sementara laptopku ada di apartemen. 

Aku membalikkan tubuhku untuk menatapnya secara langsung. Iris cokelatnya menatapku dengan khawatir. "Aku masih harus mengerjakan tugas malam ini. Mungkin lain kali aku akan menginap, Hyun."

Joohyun terdiam sesaat sebelum dia mengangguk pelan. "Oke, baiklah. Tapi ingat, hati-hati menyetirnya, oke? Ini sudah malam." 

Ketika aku sudah sampai di depan pintu, gadis itu mengambil mantel yang digantung di tempat mantel dan membantuku untuk memakainya. Aku yang diperlakukan seperti itu hanya bisa menahan malu. Rasanya aku seperti anak-anak yang berusia lima tahun. 

Gadis itu memegang kedua lenganku dengan erat dan menatapku dalam. "Kabari aku begitu kau sudah sampai di rumah." 

"Tentu saja. Aku akan mengabarimu." Aku mengangguk mengiyakan. 

"Aku akan datang ke apartemenmu besok."

"Mau aku jemput?" Tawarku seperti biasa. 

Joohyun menggeleng pelan. "Tidak perlu, aku bisa naik Uber. Lagi pula kau sibuk mengerjakan tugas, bukan?"

"Itu benar... tapi―"

"Aku akan ke apartemenmu dan membuatkanmu sarapan. Lalu kita sarapan bersama, bagaimana?"

Aku tersenyum kecil. Gadis ini selalu saja bisa memenangkan setiap argumen denganku. "Baiklah, kedengarannya ide bagus."

"Oke, sampai ketemu besok, Seul. Hati-hati di jalan." Joohyun memeluk tubuhku singkat dan aku membalas pelukannya. 

The ListTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang