e.m.p.a.t.

185 17 0
                                    

Pagi-pagi sekali Ummi dan Humaira sudah menyediakan roti gandum bakar beserta susu sapi hasil ternak mereka. Tampak juga disitu Galea yang tengah meletakkan piring keatas meja makan. Adam yang saat itu baru saja keluar dari kamarnya, mengurung diri setelah melihat keberadaan Galea disana. Ia menargetkan diri agar tidak perlu bertembung sapa.

“Adam! Ayo turun, Nak. Makanannya sudah siap!” suara Ummi yang terdengar dari celah-celah kamar terdengar nyaring ditelinga.

“Iya ummi! Lima menit lagi!” Adam mondar mandir dikamar, sibuk mencari alasan bagaimana supaya ia tak perlu bertemu. Ia ingin segera meraih rotinya, kemudian pergi melambung ke hutan untuk mencari hewan buruan. Tapi ia seperti kehabisan ide. Karena lagi-lagi, berbohong adalah bukan bidangnya. Dosa!

“Adam!” panggil Ummi sekali lagi. Adam mejedotkan jidatnya ke tembok berkali-kali kemudian bergegas turun, ke meja makan.

“Ini Kak Adam lama sekali diatas. Tidak seperti biasanya.” Celetuk Humaira setelah melihat Adam menarik kursi yang ada disamping Humaira.

“Hahaha. Iya nih Maira. Lagi pusing kepalanya sedikit.” Adam tidak berbohong. Sudah berhari-hari, semenjak kedatangan Galea dirumahnya, ia dirundung insomnia.

“Kau pusing kepala?” Galea memandang wajah Adam dengan cemas dan bergegas mengambilkan air yang ada disebelah kanannya lalu menyodorkan didepan meja Adam. Adam hanya melengus diam dan mengucapkan terima kasih, dalam hati.

Galea perlahan sembuh. Perlu istirahat full day selama beberapa hari guna memulihkan tubuhnya dan walhasil, badannya memang mulai sehat. Luka di bagian muka, siku dan lututnya sedikit demi sedikit mengering. Untungnya saat itu tidak ada patah tulang seperti yang dicemaskan Ummi.

“Dam, mana terima kasih mu?” ucap Ummi saat itu kepada Adam yang kini tengah menggerogoti roti bakar dengan antusias. Mendengar perintah ibunya, Adam menekukkan muka dan menatap ummi, seolah mengatakan “Oh man! Penting ya?” tapi akhirnya suara bas itu dengan super pelan mengatakan, “Makasih.” dan Galea hanya bisa tersenyum mengangguk melihat sikap dingin Adam. Tampak Humaira menggeleng melihat tingkah abangnya yang mendadak jadi seperti orang yang sariawan, alias pelit kata.

"Kalian hanya bertiga disini, ya?" Galea mulai membuka topik. Adam terlihat acuh-tak acuh dengan pertanyaannya. 

"Iya, ayah kami sudah tiada, Galea." jawab Humaira. "Beliau meninggal karena sakit. Itu kuburannya." lanjutnya seraya menunjuk onggokan tanah yang tampak dari jendela. Ummi hanya termenung mendengar pertanyaan itu. Adam tengah mengoleskan selai strawberry diatas rotinya. Galea kemudian ber"oh" ria sambil menganggukkan kepala. 

"Lalu, kau." Galea menunjuk kearah Adam yang duduk diseberangnya. Adam yang tengah bergelut dengan batinnya yang semakin berat dikarenakan kehadiran gadis itu, tertiba menoleh kearahnya. "Apa kau sehari-hari berkelana di hutan? Kau kan yang menemukanku terbaring disana?"

"Bukan aku yang menemukanmu." jawab Adam datar. "Tapi aku!" celoteh Humaira tiba-tiba. "Hari itu bahkan dia berencana meninggalkanmu disana hahaha." gadis itu melirik main-main ke arah Adam yang tengah melengos.

"Aku tak berniat meninggalkannya. Hanya saja, aku menolak untuk mendatangi karung itu." tukas Adam. Ia tak mau disalah fahami seperti itu. Galea memandangi keduanya bergantian. bibirnya mengulas senyum. Paling tidak, ada orang yang mau menampungnya saja itu adalah karunia yang lebih dari cukup. Sungguh kita tak pernah tahu akan permainan-Nya. Boleh jadi kadang kala kita berada di posisi atas yang terkadang membutakan hati dan ternyata dikemudian hari kita berada di posisi yang paling bawah. Roda kehidupan selalu berputar.

“Kak, nanti aku ikut berburu lagi ya! Kali ini aku ingin makan ikan!” ujar Humaira bersemangat. Adam mengangguk. Sesekali ia memandang Galea yang berada di seberangnya. Ingat, hanya sekali.

“Kalau begitu kita harus menyiapkan umpan dan juga jaring.” Ia sudah menghabiskan dua piece roti gandum itu dan kemudian beranjak. “Kakak ambil dulu ya di gudang luar.” Ia berjalan cepat kearah pintu. Ketiga pasang mata itu tanpa henti mengekori sosok Adam hingga hilang dari pandangan.

“Bibi Eysha, kenapa Adam dingin sekali terhadap saya, ya?” tiba-tiba Galea mengeluarkan suara. Eysha adalah nama Ummi.

Kedua pasang mata Ummi dan Humaira beradu. “Ah kamu tidak usah memikirkannya, Galea. Dia memang seperti itu terhadap semua perempuan hahaha” jawab Humaira yang disambut jitakan ibunya.

Ummi memandang Galea seraya menyeruput susu hangat didepannya. “Iya, Bibi rasa dia malu. Maklum dikeluarga ini memang jarang kedatangan tamu perempuan.”

"Tapi dia begitu ramah dengan kalian." Ada semburat kesedihan terpancar dari air wajahnya. 

"Kami ini keluarganya, Sayang. Wajar kan jika berbeda?" tukas Ummi. Beliau meletakkan cangkir susu itu dan menuangkan sedikit teh hangat kedalamnya. Niatnya mau membuat teh susu.

Kening Galea mengernyit. Baginya, tetap saja kalau segi kesopanan seharusnya dijaga. Baik itu terhadap keluarganya dan juga orang lain.

“Oh begitu. Apa dia tidak punya pacar?” tanya Galea sedikit penasaran. Ingat, hanya sedikit.

Humaira tergelak. Ummi hanya tersenyum tipis.

"Pacar??" tanya Humaira histeris. Ia tidak bisa membayangkan abangnya memiliki kekasih selain ibunya dan juga ia tentunya.

Galea mengangguk. "Ditempat kami, Ottomere, pria-pria seumuran dia banyak sekali yang punya kekasih. Apa Adam tak punya?" 

Humaira tergelak lagi. "Hhahaha kau tahu, di Dandelion pun banyak yang memiliki kekasih. Dan banyak sekali gadis-gadis Dandelion yang mendekatiku karena menyukainya. Tapi, mana mungkin lelaki sedingin dia punya pacar. Kau bisa lihat kan bagaimana sikapnya kepada dirimu?"

Galea mengangguk. Betul juga. Untuk ukuran lelaki, Adam dapat dikatakan berfisik sempurna. Badannya yang tegap, rambutnya yang lurus, dan hidung mancungnya itu dapat melelehkan hati seribu gadis jika ia mau. "Iya, sih. Dia begitu acuh."

“Pacaran yang paling indah ya menikah, sayang.” jawab Ummi yang tiba-tiba bersuara. Humaira tersenyum faham akan maksud ibunya.

Meninggalkan Galea yang terbengong, tak faham. Batinnya bertanya-tanya. 

Pacaran yang paling indah adalah menikah? Apa iya?

----------------------------------------------------

11/15/2014

Hi readers, bagi yang mau kasih komen atau vote sangatlah di alu alukann... semoga suka ya... dan smoga bisa diambil manfaatnya :)

say no to plagiarism 

cheerss!

Gadis DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang