(11)

8 1 0
                                    

Setelah acara perdebatan itu Raka tidak lagi terlihat dikelas dia memilih bolos pelajaran.

Saga manatap kearah Arga saat seorang guru sudah pergi meninggalkan kelas mereka.

"Ar"Panggilnya.

"Paan?"

"Lo suka sama Cintia?"

Arga terlihat kaget tapi berusaha ia tutupi dengan alibi memungut pulpen miliknya yang sengaja ia jatuhkan.

"Gimana Ga? Gue ngga dengar"Katanya bertingkah layaknya orang bodoh.

"Lo suka sama Cintia"Saga dengan sabar mengulangi ucapannya.

"Ya gitu"

"Ya gitu gimana njirr? Ngomong yang jelas"

"Nyantai dong"

"Lo kayak cewek,omongan lo kemana-mana"

"Malah baper si bambang, iya gue suka"

Saga menaikan sebelah alisnya "gue juga suka sama dia"Katanya.

"Ya terus? Hubungannya sama gue apa? Itu hak elo"Balasnya santai.

"Lo nggak marah?"Saga kaget.

"Hah? Harus banget gue marah? Gue sih yakin Cintia nggak bakal mau sama cowok buluk kayak elo"Setelah mengatakan itu semburan tawa mengisi seluruh ruangan kelas.

"Berisik lo"

Saga memukul meja lalu pergi dari kelas.

Arga menatap dengan tawa yang perlahan memudar, dia sakit tapi sahabat diatas segalanya, seperti yang Raka katakan sang pencipta tidak menciptakan satu cewek didunia ini.

Cintia mungkin tidak digariskan untuknya, Arga terkekeh sinis itu bisa dia rasakan saat gadis itu tidak begitu merespon chat bahkan ucapannya saat mereka berpapasan.

Arga memilih mundur dengan teratur dan diam-diam, Saga melepaskan seseorang maka biarkan dia mengambil atau mungkin lebih tepatnya Saga yang diposisi dilepaskan.

Miris!

Saga melangkah cepat berusaha mencari keberadaan seorang Raka, dia tidak mungkin meninggalkan area sekolah dia tidak mungkin melakukan itu dia tidak terbiasa.

Saga memasuki kantin menerobos kerumunan memutar pandangannya keseluruh penjuru kantin matanya menangkap jelas seorang cowok yang sedang asik memainkan ponsel miliknya.

"Ehh Ka?"Katanya sambil duduk.

"Apa?"

"Lo harus tau ini, Arga biarin gue deketin Cintia"

"Urusannya sama gue apa?"

"Yakan tadi lo marah, yaudah gue jelasin biar lo nggak salah paham"

"Oke!"

Sesingkat itu dan sudah berhasil membuat Saga merasa jika niat baiknya untuk menjelaskan kini hanya sebatas omong kosong Raka sama sekali tidak menghargai usahanya, Saga bangkit memilih pergi.

Raka tersenyum.Pemula,pikirnya,Saga sama sekali tidak bisa mengartikan ucapan seorang Arga yang notablenya sudah lama menyukai gadis itu apakah tidak terlalu terbuka saat dia malah dengan santai membiarkan orang lain mengambil jalan yang sudah lama ia lalui?

Saga benar-benar kehilangan akalnya.

***

Cintia tersenyum disela seorang guru sedang asik bercerita tentang bagaimana konflik sosial bisa terjadi bagaimana dampaknya dan apa penyebabnya,Haeria terlihat lebih peka terbukti hanya dia yang terus menerus memperhatikan Cintia dan dua orang lainnya hanya menganggap angin lalu.

Orinary Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang