(19)

2 1 0
                                    

Saga keluar dari kamar dengan baju kaos dan sarung yang melilit pinggangnya, tampak terlalu biasa dan sedikit mempesona dengan rambut yang basah karena terkena air wudhu dan tentunya dia baru saja selesai mandi.

Dia turun pandangannya jatuh pada gadis yang saat ini memakai jilbab berwarna hitam sedang duduk sambil memeluk bantal sofa,ada papanya juga disana, Saga mendekat lalu duduk di sebrang sofa berjauhan dari gadis itu.

Selama beberapa menit mereka hanya diam menonton siaran televisi yang menurut Saga membosankan, ketiganya serentak menoleh saat seseorang membuka pintu.

"Assalamualaikum"Ucapnya dengan suara berat, berbeda dengan Saga yang sudah tampak segar dia masih dalam balutan baju kaos kumuh andalannya.

"Waalaikumsalam"Raksa menjawab.

Vano mendekat "Om Mama mana?"Katanya, Saga mencibir Vano tidak tahu menggunakan kata.

"Bukannya seharusnya Pa mama mana? Bukan Om?"Saga menyindir.

"Yakan gue masih punya ayah"Jawabnya cuek.

"Mama ada di dapur"

Setelahnya dia pergi menemui orang yang sudah ia anggap sebagai Mamanya sendiri.

"Pa, mama Dinda itu mama Saga loh, bukan Vano"Saga memgingatkan.

"Mama Vano juga"

"Nggak bisa gitu dong Pa, liat deh Vano tuh manja sama Mama,Saga nggak suka"Saga memincingkan matanya saat melihat Vano malah asik makan bersama Dinda yang tak henti-hentinya mengusap punggungnya.

"Kamu iri? Sana kedapur juga"

Saga mendengus,dia bangkit tapi kembali duduk saat pintu rumahnya kembali di buka oleh seseorang.

"Assalamualaikum,Vano ada?"Katanya.

"Ngapain lo bocah? Vano nggak ada"Saga yang menjawab.

"Om Vano ada?"Dia malah mengabaikan Saga.

"Ada di dapur, lagi makan"

Gadis itu melangkah girang ke arah dapur Saga membuntuti,dia sama sekali tidak menghiraukan keberadaan gadis itu dia bertingkah seakan orang yang saat ini duduk di sofa dengan jilbab itu sama sekali tidak terlihat di matanya.

Saga mendengus melihat Haeria yang dengan santai memeluk mamanya seolah Dinda adalah miliknya juga, sudah cukup Vano jangan di tambah lagi.

"Ehh apa-apaan lo main meluk aja,sana jauh-jauh"

"Pelit lo Ga"

"Bodo amat, ini mama gue"

"Iyaiya"

Saga menatap mamanya,dia begitu menyayangi wanita itu sampai untuk berbagi pelukan dengan Haeria saja dia enggan.

"Tadi aku kerumah"Haeria berucap.

"Laper makanya kesini"

"Jangan umbar kemesraan di sini"Saga memperingati.

Haeria mentap ke arahnya "Iri kan lo? Ngaku"Dia mengejek.

"Sok tau"Tak lama dia pergi naik ke kamar miliknya mengganti baju ada hal yang harus ia tuntaskan.

Saga pergi dari rumah tanpa sepengetahuan orang-orang dia pergi dengan memanfaatkan pintu belakang dan mencuri motor Vano yang cowok itu parkir di depan rumah, masalah kunci terlalu berlebihan jika di katakan walaupun Saga memejemkan matanya dia pasti bisa menemukan kunci motor Vano dia sudah terlalu hafal di mana cowok itu meletakan kunci motornya.

Selama perjalanan Saga hanya berharap semoga keputusannya tidak memunculkan kekecewaan dia hanya berusaha untuk tidak egois, lebih dari pada itu Saga begitu berharap agar dia tidak lagi bertemu di perampok cilik. Alifa.

Orinary Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang