(12)

7 1 0
                                    


! Kembali saya ingatkan saya tidak bermaksud mengadu domba,ini hanya murni dari imajinasi saya, tapi jika ingin marah silahkan saja!

-----------------------------------------------------------

Haeria memandangi Cintia dengan pandangan jengah, setelah sekolah bubar mereka berdebat perihal gadis itu yang dengan cepat mengiyakan ajakan seorang Saga untuk pulang bersama.

"Pulang bareng gue aja"Haeria kembali membujuk.

"Gue udah janji sama Saga"Balasnya.

"Apasih lo, udah pulang bareng gue, nanti gue traktir,gue beliin poster V BTS deh"Dia masih berusaha melakukan penawaran yang terdengar menyenangkan.

"Gue bukan Fenny atau Rahma yang bakal girang cuman karena poster member BTS"

"Katanya lo bias V"

"Iya sih"

"Yaudah ayo, bareng gue aja pulangnya"

"Nggak bisa gitu Her, kalau Saga nyariin gue gimana? Kasian"

"Lo kok keras kepala baget sih?"

"Udah sana lo balik duluan"Dia malah mengusir.

"Lo ngusir?"

"Ehh! Enggak..."

"Tau ah,gue cabut, gue nggak mau tahu sampe lo ada masalah gue nggak bakal bantu"Katanya lalu pergi.

Cintia memandangi kepergiannya, harusnya Haeria mengerti tidak seperti ini,perasaannya tidak bisa disepelekan.

Gadis itu menunggu dengan sabar sesekali menendang batu kecil yang ada didepannya, dia sudah menunggu terlalu lama tapi Saga masih juga tidak datang,apa Saga lupa?

Gadis itu mendongak cepat saat seseorang menarik pelan rambutnya, dia ada disana dengan ransel yang menggantung di bahu miliknya.

"Sorry ya, lama"Katanya.

"Enggak papa"

Saga tidak lagi membalas dia melangkah ke arah belakang gadis itu mengeluarkan motor miliknya dan memberi sinyal agar gadis itu naik.

Mereka meninggalka sekolah bersama, dari kejauhan seseorang sedang menatap dengan pandangan yang buram,air mata memenuhi pelupuk matanya, andai dia bisa mengatur rencana semesta andai dia tidak menyiayiakan kebetulannya,rasanya pasti tidak akan semenyedihkan ini.

Perkataan kakaknya yang tempo hari semakin membuatnya terpojok dia butuh seseorang untuk sekedar membantunya menanggung beban tapi dari sekian banyak orang yang mengaku sahabat tidak ada satupun dari mereka yang menanyakan perihal keadaannya, mereka selayaknya buta diwaktu yang kurang tepat.

Dia melangkah kearah gerbang memilih pulang dan beristirahat.

Jauh dari tempatnya seseorang sedang menatap sepasang mata yang saat ini tampak bingung.

"Lo kenapa sih Ga?"Dia bertanya karena risih.

"Lo bisa janji?"

"Janji? Buat apa?"

"Janji buat nggak mikir kalau gue cuman jadiin lo mainan dan pelampiasan"

Diam.

"Lo cuman perlu ngangguk,gue tahu kalau lo orang yang tepat buat gue"

Orinary Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang