Maaf typo bertebaran..
Enjoy reading...
************************************
Setelah Bagas Dan Kenia meninggalkan ruang tempat Laras dirawat inap.
Bu ningsih berjalan mendekati brankar tempat Laras terbaring saat ini, ia mengusap dahi anaknya dengan penuh kasih sayang seorang ibu dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya mengusap pipi anaknya yang agak tirus. Lalu diciumnya pipi Laras dengan lembut.
"Suhu tubuhmu tidak sepanas waktu ibu tinggalkan tadi Ras, maafkan ibu ya nak, sudah ninggalin kamu lama untuk beli obat tadi," isak bu ningsih penuh penyesalan. Air mata mulai mengalir di pipi yang mulai menunjukkan tanda penuaan, walau masih terdapat guratan kecantikkan yang tersisa disana.
"Sssttt.. Gak papa bu," Laras berusaha mengulur tangannya yang lemah itu untuk menghapus jejak air mata yang ada di pipi sang ibu tercinta. Akan tetapi ibunya buru-buru memegang tangan kanan Laras yang sedang di infus.
"Tangan kamu jangan banyak gerak nak, nanti bengkak," bu ningsih mengusap punggung tangan Laras dan di ciumnya biar Laras tidak merasakan sakit karena tangannya di tusuk jarum infus.
Laras tersenyum tipis, bibir dan wajah nya terlihat masih sedikit pucat. Bu ningsih merebahkan tubuhnya disamping Laras dengan posisi sambil duduk. Sedangkan tangan kanannya memeluk Laras. Tanpa terasa kedua ibu anak tertidur. Jam di dinding ruangan rawat inap sudah menunjukkan pukul 22.15 wib.
Bu ningsih terbangun ketika dirasakannya ada yang menyentuh bahunya secara perlahan.
Bu ningsih menoleh mencari tau tangan siapa gerangan.
Ia melihat sudah ada dua orang lelaki yang berjas putih berbeda usia. Yang satu sudah paruh baya dan yang satunya lagi masih muda."Eh.. Dokter, maaf dok saya ketiduran," ujar bu Ningsih sembari berdiri dan menggeser tubuhnya agak jauh dari brangkar yang ditempati oleh buah hatinya, Laras.
Kedua lelaki itu tersenyum, yang ternyata mereka adalah dokter yang akan memeriksa keadaan Laras.
Lelaki paruh baya yang berperawakan tinggi besar, rambut yang sudah mulai memutih dan berkaca mata itu serta dengan alat stetoskop yg tergantung dilehernya mendekati Laras dan mulai memeriksa keadaan Laras yang sedang tertidur pulas."Gimana dok, keadaan anak saya???" tanya bu ningsih harap harap cemas.
Dokter paruh baya yang sedang memeriksa Laras dengan teliti, sedangkan lelaki muda yang ada di dekatnya mengamati apa yang dilakukan oleh dokter paruh baya itu.
"Gak apa apa bu, keadaannya akan segera pulih kok," dokter yang tag name dr, Gunawan sp.PD berusaha menenangkan wanita paruh baya yang berada di hadapannya itu.
"Oiya, anak ibu ada keluhan apa tadi??""Tadi Laras masih ngeluh kepalanya masih terasa berat, dok. Trus dia masih berasa gak enak didaerah pencernaannya," jelas bu ningsih.
Lelaki paruh baya itu mengangguk kepalanya sambil tersenyum. Sedangkan lelaki satunya lagi yang berwajah tampan dan berusia muda, menyimak percakapan ibu si pasien dan dokter seniornya.
"Anak ibu jangan makan yang keras keras atau yang pedas dulu ya bu, harus makan bubur dulu atau nasi yang lembek," saran dokter gunawan ramah, sebelum meninggalkan brangkar tempat Laras berbaring. Sedangkan dokter muda yang ada di belakangnya tersenyum serta menganggukkan kepalanya sedikit ke bu ningsih tanda ia juga pamit.
*****
"Pagi bu," bu ningsih menoleh ketika mendengar seseorang menyapa dirinya. Dilihatnya pemuda berjas putih dengan stetoskop di leher sang pemuda.
"Eh.. Pagi dok," bu ningsih buru buru menegakkan tubuhnya ketika itu sedang membantu anaknya Laras untuk senderan di brangkarnya.
Sedangkan Laras ikutan melihat orang yang baru saja menyapa ibunya. Ia pun memberikan senyuman kecil di bibir yang masih terlihat pucat ketika pemuda itu mendekat dan melemparkan senyuman lembut kearahnya.