Tok...tok..tok
Fani mengetuk pintu kamar putra bungsunya, akan tetapi tidak ada tanda-tanda sahutan dari dalam kamar. Dengan perlahan Fani memembuka pintu, yang ternyata tidak terkunci.
Ceklek...
"Vin...?? Alvin...??" Fani memanggil nama anaknya pelan, ia takut anaknya lagi tidur siang. Fani melongokkan kepalanya sedikit kedalam kamar, ia tidak terlihat Alvin di dalamnya, hanya tempat tidur yang agak kusut, seperti habis ditiduri. Fani pun melangkah kedalam kamar.
"Alvin, kamu dimana, nak?!" Fani menoleh ke arah pintu balkon yang terkuak lebar. Ia pun bergegas mencari anakanya ke balkon, tetapi sama saja, hasilnya nihil. Gak ada orang disana hanya hembusan angin yang menerpa wajahnya. Fani masuk lagi kedalam kamar, ia menutup pintu balkon kamar anaknya dan ia membereskan tempat tidur Alvin yang sedikit berantakan.Alvin yang sedang asyik mancatut wajahnya di cermin yang ada di dalam kamar mandi, ia tidak menyadari kalau bundanya sedang mencari dirinya.
"Weh, jambang gue udah mulai tumbuh nih," Alvin sibuk mengelus elus jambang halusnya yang mulai tumbuh di wajahnya yang tampan.
"Apa gue biarin aja tumbuh ni jambang, biar tambah keliatan keren gue ya?" Gumam Alvin yang mulai narsis.
Cowok itu walau keliatan kalem, sifat narsis dan jailnya terkadang keluar tanpa disadarinya.
Seketika ia terdiam, ketika menyadari kalo ia sudah kehilangan jejak gadis yang dirindukannya. Ia menunduk dan membuka kran di wastafel. Dibasuh wajahnya untuk mnghilangkan bayangan gadis itu seolah berada di pelupuk matanya."Huufffsss..." Menghembuskan nafasnya perlahan.
"Alviinn...Alviiinnn..." Alvin terhenyak ketika sayup-sayup terdengar suara bundanya memanggil.
"Iya ndaaa...Alvin lagi di kamar mandi nih," teriak Alvin dari dalam.
"Bunda manggil dari tadi kok gak nyahut-nyahut sih..!?" Omel Fani di depan pintu kamar mandi anaknya yang berada di dalam kamar.
"Gak kedengeran, nda,"
"Cepetan, jangan lama-lama mandinya, kek anak perawan aja," Fani yang sudah hafal dengan kebiasaan anak bungsunya itu kalau sudah di dalam kamar mandi.