Aku duduk di sebelah pak Burhan dan mulai memijit biasa, dari pundak, punggung, pinggang, paha, betis hingga telapak kaki. Sesekali ku dengar desahan dari pak Burhan."Ternyata enak sekali pijatanmu Sep !"
"Terima kasih pak !" Jawabku sambil terus memijit.
"Sepertinya memang ada beberapa urat yang melintir nih pak jadi pegel !" Ujarku ketika memijit pinggang dan punggungnya.
"Oh ... ahhh ... enak sekali !" Pijatanmu berbeda dengan kakekmu !"
"Ya iya atuh pak, saya mah kan masih muda !" Jawabku.
"Bukan begitu, Sep apa ya namanya ? Pijatanmu itu walau lembut tapi mantap kerasa banget di badan.. ahhh ...!"
Sekarang pijatanku kembali atas bawah dengan sedikit agak di tekan urat dan aliran darahnya.
"Sep !"
"Iya pak !" Jawabku
"Kamu mau kuliah kemana ?" Aku tertegun dengan pertanyaan pak Burhan, sesekali ku usap keringatku.
"Saya, belum tahu pak !"
"Loh, kenapa kamu kan kelas tiga, sama dengan Angga bukan !"
"Iya pak, saya tidak tahu apa dilanjutkan apa tidak !"
"Sayang loh, bapak dengar ... ahhh ... kamu teh anak yang pintar ... aduhhh ahhh ... !" Jawab sambil sedikit mengerang.
"Iya, pak saya dengar biaya untuk kuliah itu mahal !"
"Oh ... kan bisa ke neeegggriii ... ahhh ... !"
"Saya belum tahu apa keterima atau tidak, pak sekarang di balik tubuhnya ...!" Perintahku padanya, dan dia menurut sekarang terlentang.
Aku melihat nafasnya naik turun dan agak berkeringat, aku melirik ke arah tonjolan di selangkangannya yang sudah mengeras ! Hampir sama dengan punyanya mang Danu, batangnya mengeras ada sedikit basah di ujungnya.
"Kenapa kamu Sep !" Aku terkejut.
"Eng ...engga apa-apa, anu ... ngaceng !" Jawabku gugup.
"Oh ... nah lo ... kamu harus tanggung jawab, Sep !"
"Loh ko, kan saya teh tidak ngapa-ngapain bapak !" Jawabku. mukaku memerah. Dan menelan ludah. Dia tersenyum.
Aku mulai memijat dari kaki, menuju betis dan pahanya yang kekar. Kembali terdengar suara desahan, sesekali ia menatapku.
"Sep ... ssshhhh aahhh ... buka aja atuh ...kaosnya udah basah gitu !" Ujarnya aku terdiam. Akhirnya ku buka kaosku dengan sedikit malu.
"Kamu suka olah raga Sep ?" Tanyanya menatap tubuhku.
"Tidak terlalu pak !" Aku kembali memijat, aku melihat gerakan dari kontolnya naik turun, dadaku semakin berdebar keras.
"Badan kamu bagus Sep, cukup kekar ... dan mulus ... ahhh terus Sep ... !" Matanya terpejam.
Karena badannya cukup lebar, mau tidak mau aku harus duduk dipahanya.
"Anu, pak ... boleh saya duduk di pahanya !" Dia menatapku dan mengangguk aku pun berdiri dan ketika hendak duduk.
"Sep, lebih baik buka celana pendek kamu takut kotor kena minyak dan keringat bapa !" Ujarnya, aku terdiam dan menatapnya.
"Engga apa-apa, ini mah memang sengaja saya pakai !" Kataku untuk memghindar.
"Kamu teh, malu ...? Engga apa-apa kita kan sesama laki-laki ! Lagi pula disini hanya berdua !" Tawarnya lagi. Aku ragu akhirnya aku membuka celana pendekku dan tinggal cd berwarna biru saja. Dia menatap ke arah bawah dan tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
DASEP SI TUKANG PIJAT
AdventureDasep keturunan keluarga tukang pijat yang mewarisi kemampuan pijat dari leluhurnya, berkelana ke kota justru jatuh menjadi pemijat ++ kelas atas yang melayani om-om kaya ... dan bagaimana kehidupan Dasep selanjutnya ?... ini cerita baruku yang akan...