Bagian 42. RAHASIAKU 2

24.8K 638 20
                                    

Keesokan paginya aku bangun, jam berapa sekarang ya ? aku menggeliat tubuhku dan melirik ke samping, tapi tidak melihat mas Syarif, tubuhku sedikit pegal bagaimana tidak tadi malam kami bermain sex untuk kedua kalinya.

Harus aku akui mas Syarif memang punya hasrat sex yang besar. Aku bangun dan duduk ternyata pukul 8 pagi. Kemana ya dia ? Aku bangun dan ke kamar mandi dan memutuskan untuk mandi sekalian.

Setelah itu ganti baju dan turun ke bawah, aku melihat pak Ahmad dan bertanya.

"Pagi pak ?"

"Pagi den, mau sarapan !"

"Pak, kemana mas Syarif ?" Tanyaku pada pak Ahmad.

"Oh, udah pulang tadi, katanya ada urusan !" Aku tertegun.

"Saya diminta untuk melayani aden !"

"Pak aku mau pulang saja ah !"

"Tunggu atuh den, agan teh baru berangkat barusan ! Pak sopirnya juga baru dijalan, setelah mengantarnya kesini lagi !" Jelas pak Ahmad.

"Ya sudah atuh pak !"

"Nah gitu, ayo sarapan dulu !" Pak Ahmad tersenyum.

Setelah selesai sarapan, pak Ahmad menyuruhku jalan-jalan ke area perkebunan yang tak jauh dari villa katanya sih  pemandangannya sangat indah ! Aku menurutinya, dan tak lama sudah sampai disana. Memang indahnya mengingatkanku dengan kampung halaman. Setelah berjalan cukup jauh aku memutuskan beristirahat di sebuah pondok bambu atau saung. Angin bertiup lembut menerpa wajahku, sangat menyejukan hati.

Ketika sedang istirahat aku melihat seorang lelaki yang berjalan ke arah saung, dia memakai tongkat kayu. Jalannya sedikit aneh seperti tidak melihat, makin lama makin dekat ke arahku, dia memakai kaos putih agak ketat dan kotor karena tanah, memakai celana blue jeans yang dipotong pendek selutut. Benar ternyata tidak melihat tapi sekilas matanya seperti mata normal. Badannya cukup kekar. Tiba-tiba dia terjatuh, aku terkejut dan segera menolongnya.

"Mang, tidak apa-apa ?" Tanyaku menolongnya membantu berdiri.

"Oh, maaf ... saya baik-baik saja terima kasih ya den !" Jawabnya aku memutuskan membawanya ke saung.

"Aden teh siapa ?"

"Oh, saya teh kebetulan jalan-jalan dan beristirahat disini !" Kataku.

"Oh gitu ... maaf ya den !"

"Engga apa-apa atuh mang, anu mamang teh tidak bisa melihat ?" Tanyaku.

"Bisa, kalau dekat seperti ini mah walau agak samar, tapi kalau lihat dari jauh tidak bisa !" Jawabnya.

"Aden dari mana kayak orang sunda ?"

"Iya, mang dari Cianjur, kebetulan lagi nginep di Villa sana !"

"Oh gitu, kenalkan saya teh Jamal !, tadi teh dari kebun !" Lelaki itu mengulurkan tangannya. Aku membalasnya.

"Saya, Dasep mang ! Salam kenal, saya juga lagi kuliah di Jakarta !" Aku memperkenalkan diri, kurasa tangannya sedikit kasar dan besar.

"Tangan kamu teh, mulus pisan kayak perempuan ! Ha ...ha ... !" Dia tertawa.

"Ah mamang mah bisa saja !" Aku tersenyum.

"Cocok sih dengan wajahnya !" Ujarnya seperti merayu.

"Emang, wajah saya kenapa mang !"

"Imut, den ! Pasti banyak cewek yang suka !"

"Waduh, mang !" Aku tertawa, kami berdua tertawa.

"Kamu pasti udah punya pacar ?" Tanyanya padaku.

DASEP SI TUKANG PIJATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang